12. Berubah

674 39 0
                                    

Perempuan dengan rambut sebahu ini baru saja ingin masuk ke dalam perpustakaan. Karena posisinya yang sedang membawa buku banyak, ia tidak sadar kalau ada sekumpulan anak laki-laki yang sedang berlari ke arahnya.

Benar saja, salah satu di antara sekumpulan laki-laki itu menabraknya, buku-buku itu pun berserakan di lantai.

"Eh, anjir," ucap laki-laki itu refleks. Begitu pun dengan perempuan ini, ia merasa sedikit kesal.

laki-laki ini langsung memunguti buku-buku yang terjatuh, sedangkan teman-temannya meninggalkannya dengan sengaja.

"Sori, gue nggak sengaja," katanya seraya memberi buku itu.

Perempuan itu hanya diam lalu mengambil buku-bukunya. Baru saja ingin melangkah, tangannya dicekal.

"Gue ngomong sama lo. Jawab dong,"

"Iya."

"Iya doang? Nama lo siapa?" tanya si laki-laki penasaran.

"Ghea." Jawabnya. Lalu perempuan itu melanjutkan langkahnya yang ingin menuju perpustakaan.

"Semoga kita ketemu lagi dan gue mau kenalin lo sama temen gue!!" teriak laki-laki yang aneh itu. Ghea hanya mengedikkan bahunya tidak peduli.

Namun sekarang, rasa yang harusnya tidak ada ini malah kian menumbuh. Membuat Ghea bingung harus menghadapinya dengan bagaimana.

"Ghe! Awas bola!!" seru suara nyaring dari arah barat. Ghea yang baru saja menoleh langsung saja terkena bola basket itu.

Laki-laki itu segera menghampirinya. "Heh pesek, lo ngapain sih bengong di pinggir lapangan, kena kan lo,"

Ghea menatap sinis laki-laki itu. "Bukannya minta maaf. Sakit nih kepala rapunzel," balas Ghea kesal.

"Idih rapunzel," laki-laki itu bergidik ngeri. "Mirip pantat wajan aja belagu lo!" ledekknya. Detik berikutnya ia mengambil bola basket dan berlari menghampiri teman-temannya.

"GAVIN LAKNAT! MATI AJA LO SANA!"

-FFZONE-

Gavin tahu apa yang akan terjadi setelah Gisca bercerita tentang malam itu. Malam dimana Geo meneleponnya dan meminta maaf dengan tulus padanya. Cih, yakin dia tulus?

Lihat saja sekarang, Gavin seperti kambing congek menunggu Gisca dan Geo yang sedang mengobrol di parkiran. Dan ia menunggunya di dalam mobil. Gavin melirik jam tangannya lalu berdecak sebal.

"Katanya lima menit, apa-apaan udah setengah jam begini,"

Gavin membuka handphone-nya. Ia membuka aplikasi chat dan ternyata isinya hanya dari grup kelas dan beberapa chat dari adik kelasnya. Sampah benar, rutuknya dalam hati.

Baru saja ingin memejamkan mata, ketukan dari luar mobilnya membuat ia mendengus sebal. Gavin menurunkan kaca mobilnya.

"Udah ngegosipnya yang katanya lima menit itu?" sindir Gavin tidak peduli dengan ekspresi Gisca.

Gisca terkekeh lalu menggigit bibir bawahnya, menandakan ia gugup. "Gav kalau lo pulang duluan nggak pa-pa kan? Gue masih ada urusan," ucap Gisca takut-takut.

Gavin melongo. Lalu, buat apa dia menunggu selama setengah jam kalau hasilnya begini? Lebih baik ia bermanja-manjaan dengan Wii kesayangannya. Karena akhir-akhir ini Gavin sedang gila main Wii.

"Gav---"

"Iya-iya gue tau. Ya udah lo minggir gue cabut," ketusnya. Lalu Gavin langsung menginjak pedal gasnya dan berlalu dari hadapan Gisca.

Gisca yang sudah tahu tabiat Gavin seperti apa hanya bisa geleng-geleng kepala. Gisca merasa bersalah, namun ada hal yang harus ia persiapkan di jauh-jauh hari.

Dan nyatanya mobil Gavin malah berbelok ke arah kafetaria favoritnya. Setidaknya Gavin merasa haus dan iseng-iseng mampir. Mumpung dekat kan. Gavin membuka pintu kafe, membuat beberapa pasang mata melihatnya sejenak. Gavin langsung memesan minuman kesukaannya dan matanya mengamati di mana ada bangku kosong. Namun matanya berhenti pada punggung seorang perempuam yang memang sudah Gavin kenali sejak SMP.

"DOORR!!" seru Gavin mengangetkan perempuan itu.

Namun perempuan itu malah menjawab, "Nggak kaget setan."

Gavin menarik kursi di hadapan perempuan itu dan duduk di sana. "Gue bukan setan!" protesnya menyesap minumannya.

"Iya bukan, tapi jelmaan iblis," balas si perempuan namun dengan pandangan yang masih tertuju pada buku.

Gavin yang kesal karena tidak diperhatikan gemas menarik buku-buku itu.

"Apaan sih lo, siniin buku gue!"omel si perempuan kesal. Kenapa setan kecil ini selalu mengganggu waktunya.

"Ghe, jangan belajar mulu napa! Kasihan otak lo kurang piknik tuh," cerocos Gavin meledek.

Ghea mengedikkan bahunya dan kembali menarik buku-buku kesayangannya. "Bukannya lo ya yang kurang piknik? Ngapain coba tiba-tiba dateng gangguin gue?"

Telak. Ghea itu kembaran Gisca dalam menjawab sesuatu. Pasti selalu bisa membuat lawan bicaranya mati kutu. Mengingat Gisca, ia jadi kembali kesal lagi.

"Ghe, menurut lo Gigi sama Geo bakal pacaran nggak?"

Ghea yang sedang menulis jawaban langsung menatap Gavin heran. Pertanyaan yang sangat bodoh bagi Ghea.

"Pacaran atau enggak?" Lanjut Gavin meminta jawaban.

"Mana gue tahu. Gue bukan peramal ya," balas Ghea tidak peduli, kembali melanjutkan mengerjakan tugasnya.

"Terus, menurut lo lagi, wajar nggak dalam persahabatan ada rasa yang beda dirasakan sama satu orang?"

Ghea kesal ia membanting pensilnya. "Kenapa sih pertanyaan lo muter-muter? Padahal kalau ditelaah tuh intinya lo punya rasa lebih sama Gigi, dan lo takut kalau Geo bakal ngambil Gigi dari lo. Gitu kan?!"

Gavin yang mendengar penuturan Ghea refleks meneguk saliva-nya kasar.

"Gue mau balik," ucap Ghea menyadarkan Gavin. Tanpa sadar ternyata buku-bukunya sudah ia masukkan ke dalam tas.
"Loh,loh, kok cepet banget? Gue kan baru sampe,"

"Gue kan di sini mau belajar, bukan nungguin atau nemenin lo ngobrol," balas Ghea telak.

Gavin mendengus kesal. Ghea sialan memangnya. "Ya udah gue yang anter,"

Mata Ghea berbinar-binar. Rejeki anak soleh namanya. "Beneran?"

Gavin mengangguk mantap. Ghea berjalan duluan keluar kafe sedangkan Gavin bergumam sesuatu. "Giliran ada maunya aja baik, dasar setan licik,"

*****

HALOHA!
Sorry baru bisa update sekarang-sekarang ini. Maaf kalau kepanjangan atau kedikitan? I don't know. Intinya hope u enjoy it dear!
With love,

......Belga.

Oktober 2017
♡♡♡

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang