14. Hari Buruk

625 41 4
                                    

Gisca mengempaskan bokongnya di bangkunya. Ia melirik tas yang berada di sampingnya. Tasnya ada, orangnya ke mana? tanyanya dalam hati. Lalu ia menoleh ke belakang. Menemukan tas Gavin di sana. Apa jangan-jangan mereka---

"GAVIN SETAN SINIIN NGGAK!!" Teriakan itu membuat Gisca terperanjat. Ia melihat dua orang itu sedang berlari-larian tidak jelas. Yang perempuan kesal karena dijahili, yang laki-laki senang melihat wajah kesal si perempuan.

Perempuan itu tidak melanjutkan mengejar Gavin. Ia duduk di bangkunya. "Gi! Bantuin gue dong..." rengeknya pada teman sebangkunya.

Gisca menatap Ghea bingung. Ia kasihan, tapi, hubungannya dengan Gavin masih tidak baik. "Gue nggak ikutan," pasrah Gisca.

Ghea seakan sadar dengan raut wajah yang Gisca berikan, ia hanya menghela napas panjang semoga saja Gavin cepat-cepat taubat.

"Pesek! Nih buku lo." Ucapnya dingin.

Ghea menoleh dan melotot tajam pada Gavin. Kenapa nada bicaranya seperti orang marah? Cih! Harusnya Ghea yang marah. "Makanya nggak usah ngerebut buku orang!"

"Masih mendinh buku yang direbut. Daripada sahabat yang dilupakan," Gavin menyeringai. Jelas sekali ucapannya itu menyindiri seseorang di sana.

Tanpa disangka Gisca bangkit dari bangkunya meninggalkan satu orang perempuan di sana menatap bingung dan si laki-laki yang hanya mengedikkan bahu tidak peduli.

-FFZONE-

Langkahnya gontai. Ia tidak tahu harus ke mana. Ia hanya harus jauh-jauh dari dua orang itu. Apalagi dengan si laki-laki. Sebenarnya apa sih permasalahannya? Dirinya hanya ingin mendamaikan persaudaraan yang terjalin di antara mereka. Tapi, kenapa jadi ia yang paling merasa bersalah di sini?

"Gisca!"

Panggilan itu membuat dirinya menoleh. Ternyata ia tidak sepenuhnya melamun. Senyuman orang itu membuat Gisca juga ingin ikut tersenyum. Tapi, kenapa bibirnya kaku begini?

"Tumben sendirian. Kenapa?" tanya orang itu penasaran.

"Emang biasanya sama siapa? Nggak apa-apa kok." Jawab Gisca seadanya.

Orang itu sejenak berfikir. "Ghea sama Gavin mana? Kamu kan biasanya sama mereka,"

"Ternyata kamu merhatiin ya," kekehnya. "Ada di kelas kok."

"Gi," panggil orang itu dengan nada yang lebih serius. Gisca menoleh menjawab 'apa' dari raut wajahnya.

"Bolos yuk,"

Dan dengan senang hati Gisca mengangguk.

-FFZONE-

Sore ini Gavin pergi ke rumah sakit ditemani Ghea. Setelah acara lari-larian pagi tadi dengam Ghea, Gavin tidak melihat Gisca lagi. Sepertinya memang Gisca bolos. Tidak tahu kenapa, Gavin sedikit cemas.

Gavin melihat bundanya yang sedang duduk di ruang tunggu. Jadi begini rasanya melihat orang yang kita sayang dalam keadaan tidak baik-baik saja? Gavin dan Ghea mendekat.

"Bun," panggil Gavin pelan.

Bundanya menengok dan tersenyum ramah. "Avin, udah pulang? Eh, Ghea ya?" ucapnya melihat perempuan yang berdiri di samping Gavin.

"Iya, Tante," balas Ghea senyum ramah.

"Bun, udah makan belum? Avin beliin makan ya?"

"Bunda udah makan kok,"

"Beneran?"

Bundanya mengangguk dan tersenyum. "Bener. Bunda nggak bohong. Sekarang, mending Avin yang makan ya. Kasian tuh Ghea juga pasti belum makan," titah bundanya.

Gavin melirik Ghea yang dari tadi hanya senyum-senyum tidak jelas. "Ngajak dia makan mah Avin bisa bangkrut, Bun,"

Bundanya refleks menepuk lengan Gavin pelan. "Huss, masa cowok perhitungan sih, udah sana,"

Ghea hanya terkekeh. Dalam hati ia sudah mengucap sumpah serapah untuk manusia laknat ini.

Keduanya memutuskan untuk makan siang di kafe yang berada di depan rumah sakit. Tadinya Ghea ingin di kantin rumah sakit saja. Tapi, Gavin beralasan makanan di sana terkontaminasi dengan bau obat. Gavin tidak suka.

"Lo ribet banget sih segala ke sini, pegel nih kaki barbie," keluh Ghea memanyunkan bibir.

Gavin yang sedang menyesap minumannya langsung tersedak. "Hah? Apaan lo berbi-berbi. Bernard iya lo. Lagian di sana bau obat gak suka gue," balasnya tak mau kalah.

Bukan begitu maksudnya, Ghea hanya ingin menjaga uang jajannya saja. Makan di sini sama saja membuang uang jajan selama seminggu. Ghea tidak mau jadi pribadi yanh boros.

"Lagian, nurut aja napa. Yang bayar juga gue," sahut Gavin membuat Ghea melongo. "Ngapain si cengo? Jelek banget," tambahnya.

Ghea melotot tajam. "Sialan lo,"

"Yang penting lo sayang," jawab Gavin asal. Ghea pun hanya mengedikkan kedua bahunya lalu memasang tampang jijik.

-FFZONE-

Gisca keluar dari mobil berwarna hitam itu. Ia melambaikan tangannya dan berdadah-dadah. Baru saja ingin berbalik, ia melihat motor yang sudah dikenali selama ini. Ia menunggu orang itu dan akan berbicara serius padanya. Orang itu membuka gerbang dan membuka helm-nya. Ia melihat Gisca yang masih berdiri tidak masuk pagar. Gisca datang menghampiri.

"Gavin." Panggil Gisca pada Gavin yang sedang membuka resleting jaketnya.

"Gue mau ngomong sama lo."

"Ya udah ngomong aja." Balas Gavin acuh.

Gisca yang kesal melihat Gavin berdecak. "Mau lo apa sih? Mau sampe kapan kayak begini? Lo udah besar. Harusnya lo mikir." Omel Gisca to the point.

Gavin menatap Gisca lalu menyeringai. "Kenapa lo nggak ngaca aja?"

Gisca melongo. Kenapa kata-kata Gavin menusuk sekali?

"Semua orang berubah. Gigi kemana? Lo bukan Gigi yang biasanya. Gigi tuh nggak gini setau gue. Maaf kalau menurut lo gue alay. Tapi emang ini yang gue rasain." Gavin kembali berucap. Kali ini nadanya memelan seperti sedang menyembunyikan kepedihan.

"Gue cuma---"

"Mending lo pulang. Lo capek juga 'kan abis pergi sama Geo? Night Gi," potong Gavin cepat lalu masuk ke dalam rumahnya.

Gisca mematung di tempat. Kenapa rasanya sakit mendengar ucapan Gavin tadi? Apa benar yang dikatakan Gavin? Kalau dirinya sudah hilang. Dirinya yang dikenal Gavin lenyap? Tidak disangka, setetes air mata jatuh di pipinya.

Sedangkan anak laki-laki yang baru memasuki kamar itu merebahkan dirinya lalu bangkit kembali. Ia mengusap wajahnya kasar. Apa ia salah berbicara seperti itu? Apa semuanya akan semakin buruk?

"ARGH!" teriaknya kencang. "Maafin sahabat bodoh lo ini Gi. Maafin gue udah buat lo sakit hati lagi," gumamnya seraya menutup wajahnya.

^^^
GIMANA ADA YANG KANGEN FFZONE NGGAKK?
Hope u enjoy! Jangan lupa kritik dan sarannya. Jangan lupa vomments! With Love, belga.

7 November 2017

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang