16. Mengejar

611 38 2
                                    

Ghea melangkahkan kakinya dengan sangat cepat sampai tidak sadar kalau sepatu di kaki kanannya terlepas. Walaupun sebentar lagi hampir sampai ke kelas. Yang namanya musibah tetap musibah. Ghea tersandung oleh tali sepatunya yang terlepas itu.

"Tuh kan, udah gue bilang tunggu malah jalan duluan. Jatuh kan," celetuk suara yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Pemilik suara itu jongkok membantu Ghea untuk berdiri.

"Gue bisa sendiri." Katanya datar. Ghea tidak menerima uluran tangan itu. Ghea mengikat tali sepatunya lalu berjalan meninggalkan teman semasa SMP-nya. Gavin.

Gavin berhasil mengejar Ghea. Ia langsung  berdiri di samping meja yang Ghea duduki. Dimana di sana sudah ada Gisca yang ternyata datang lebih pagi.

"Elah, lo kenapa sih Ghe?" tanya Gavin pada Ghea. Tidak peduli kalau ada orang yang juga penasaran dengan semua ini.

Ghea diam. Ia tidak menjawab. Ia malah mengambil ponselnya lalu memainkannya. Gavin yang merasa gemas dengan sikap Ghea langsung saja merampas ponsel itu.

"Siniin, nggak!" seru Ghea memasang tampang kesal setengah mati.

Gavin menyengir lebar. "Kasih tau dulu kenapa. Baru gue jawab," katanya meledek.

"Nggak papa! Siniin hape gue!" omel Ghea. Kenapa sih Gavin harus menganggunya?

"Nggak akan." Gavin memeletkan lidahnya lalu pergi begitu saja. Mengabaikan Ghea yang sedang mendumel kesal sendirian.

"Lo kenapa?" Pertanyaan itu keluar dari orang yang duduk di samping Ghea. Orang yang dari tadi memperhatikan Ghea dengan Gavin.

Ghea menoleh tersenyum kaku. "Nggak pa-pa kok Gi, Gavin kan emang biasanya iseng," jawabnya pelan.

Gisca mengangguk mengerti. Ia kembali melanjutkan membaca buku. Walaupun sebenarnya ia tahu kalau Ghea sedang berbohong padanya. Dan, Gisca sangat menunggu penjelasan atas kejadian kemarin.

-FFZONE-

Geo menaruh gitarnya ke tempat semula. Memang sengaja ia tidak ikut teman-temannya ke kantin. Entahlah, Geo hanya ingin sendiri saja. Perasaannya sedang bercampur aduk.

Geo baru saja ingin memejamkan mata di atas meja namun suara dorongan pintu membuatnya menoleh. Seorang perempuan dengan rambut panjangnya masuk seraya tersenyum padanya.

"Sendiri?" katanya bertanya mendekat pada Geo.

Geo mengangguk. "Kamu juga sendiri?" Geo balik bertanya.

"Iya." Jawabnya. "Emang biasanya sendiri kan?" tambahnya tertawa renyah.

Geo terkekeh. "Biasanya atau emang lagi sekarang-sekarang aja? Karena jarak kamu dan Gavin jauh?"

Perempuan itu menghela napas panjang. "Udah lah, nggak usah dibahas,"

"Gi, pulang sekolah nanti bisa kita ke kafe biasa?" Geo bangkit dari bangku yang ia duduki.

Gisca menaikan alisnya sebelah. "Mau ngapain?" katanya penuh tanya.

"Ada yang mau aku omongin,"

"Apa?"

"Nanti,"

"Kenapa nanti kalau ada aku sekarang?" Gisca memojokkan Geo.

Geo menghela napasnya. "Oke-oke kalau kamu maunya gitu. Aku mau bilang kalau, apa aku boleh isi hati kamu yang sekarang kosong itu?"

-FFZONE-

"Sekali ini aja Ghe, kenapa sih lo pelit banget sama gue,"

Ghea berdecak. Pelit apaan? Ada juga Gavin datang saat ada maunya saja.

"Ayo dong Ghe, gue mohon. Sangat mohon, lo mau kan?" Gavin lagi-lagi memaksa Ghea dengan tampang yang sangat menggelikan.

"Udah duapuluh empat kali gue bilang enggak. Apa lo nggak punya telinga Gavin Adrian?" Ghea melotot tajam ke arah Gavin.

"Ya Allah Ghe, gue bener-bener mohon banget sama lo. Kenapa sih lo nggak bisa sekali aja baik sama gue," katanya sendu. Gavin menggenggam tangan kanan Ghea dengan lembut. Penuh kasih sayang.

Ghea menatap Gavin dari atas sampai bawah. Kasihan sih, tapi... ini masalah perasaan.

"Gue takut Gisca nggak bisa nerima ini," ucap Ghea mencicit. "Lo tau sendiri gue dan dia sedeket apa," tambahnya.

Lagi-lagi Gavin berdecak. "Kenapa sih lo mikirin banget Gigi? Ya udah kalau emang lo---"

"Oke, gue mau." Potong Ghea cepat sebelum Gavin melanjutkan kata-katanya.

Mata Gavin berbinar-binar. Ia mengeratkan genggaman tangannya. "Lo serius kan?!"

Ghea mengangguk dengan wajah datarnya.

"Akhirnya Ghea jadi orang baik. Terima kasih Ya Allah," seru Gavib tidak karuan. "Oke-oke, karna hari ini hari pertama jadian, gue bakal traktir lo," lanjut Gavin membuat mata Ghea kini berbinar.

"Serius?"

"Iya serius. Bebas. Lo boleh makan apa aja!"

"Yes!"

Setidaknya, permintaan Gavin menjadikan  Ghea kekasihnya bisa membuat Ghea tersenyum.

Lohaaaa!
12 Desember 2017

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang