18. Menyendiri

619 32 1
                                    

Hari ini sudah diputuskan. Gisca akan meminta maaf secara terang-terangan kepada Gavin. Tapi, sudah dua jam menunggu, ke mana Gavin? Kenapa belum pulang juga? Padahal, langit sudah mulai gelap.

"Gi, di makan dong kuenya. Masa tante udah bolak-balik belum juga di makan," ucap bundanya Gavin membuat Gisca tersadar dari lamunan.

"Iya tante, maaf lagi kurang fokus," katanya diiringi senyuman.

Bunda Gavin duduk di samping Gisca. "Gi, hari ini bunda ada janji sama temen bunda. Bunda nggak bisa temenin kamu nunggu Avin, nggak apa kan?"

"Nggak papa tante, Gisca juga kayaknya pulang aja deh,"

"Jangan. Lebih baik kamu di sini aja. Di rumah nggak ada orang kan, mungkin sebentar lagi juga Gavin pulang,"

Gisca sejenak berpikir. Iya juga sih. "Ya udah deh tan, Gisca tunggu aja,"

Bunda Gavin tersenyum dan segera pergi dari hadapan Gisca. Gisca melirik jam dinding. Sudah pukul empat sore. Sebenarnya Gavin itu ke mana? Gisca tidak tahan kalau harus terus-terusan duduk di sini. Apa menunggu di luar saja ya? Ya, sepertinya itu ide yang bagus.

Gisca pun keluar berdiri menunggu Gavin bersama langit yang sebentar lagi akan menurunkan hujannya.

-Fanzone VS Friendzone-

"Kalo yang ini gimana?"

"Lo tuh sengaja ya nanya-nanya begini biar gue nggak pulang?"

Telak. Gavin langsung nyengir lebar. "Lagian hujannya deres begitu. Mana tega gue lihat pacar gue ujan-ujanan,"

Ghea yang mendengar itu sebisa mungkin mengontrol dirinya agar tidak terlihat salah tingkah.

"Kecuali kalo lo bawa payung. Kan enak tuh sekalian ojek payung. Seru," sahut Gavin yang dihadiahi tabokan kecil dari Ghea.

"Mulut lo minta gue jahit rasanya!"

"Jangan dong, nanti yang gombalin lo siapa kalo mulut gue dijahit,"

"Bodo amat gue gak peduli!" Balas Ghea sengit.

"Gak peduli di mulut, peduli di hati. Cieee," ledek Gavin yang malah membuat Ghea semakin naik darah.

Ghea malah memukuli Gavin kesal. Sumpah, cowok macam apa sih Gavin ini! Ghea melirik jam di tangannya. "Udah mau jam 6, gue mau pulang,"

"Ya ampun berapa kali gue bilang kita harus tunggu ujan reda," ucap Gavin gemas mencubit kedua pipi Ghea.

Ghea langsung menepis tangan Gavin. Pipinya pasti merah. Ghea yakin sejuta persen.

"Eh---ini pipi lo merah banget. Gue nyubitnya kekencengan ya?" Dengan beraninya Gavin malah memegang kedua pipi Ghea dan mengusapnya pelan.

Mata Ghea dan Gavin kini saling beradu. Ghea merasakan perutnya yang tiba-tiba mulas berada sedekat ini dengan Gavin. Sedangkan Gavin, jantungnya tiba-tiba saja berdetak lebih cepat. Ghea yang sadar lebih dulu dengan jarak mereka langsung menjauhkan kepalanya.

"Udah ah, gue mau balik." Ghea bangkit dan segera berlari keluar kafe.

Gavin menghela napasnya. "Wuuh, untung udah reda. Ngeyel banget jadi manusia. Tapi, tadi kok jantung gue jadi ser-ser-an gitu ya," ucapnya memegangi dadanya sendiri. Mungkin kah Gavin jatuh......sakit?

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang