22. Adakah Kesempatan?

576 30 0
                                    

Gavin tidak bisa tidur.

Tidak seperti biasanya, kali ini seorang Gabin yang sangat mencintai tidur malah tidak bisa tidur. Mukanya pucat, kantong mata menghiasi bawah matanya, napasnya berderu tidak karuan. Pikirannya benar-benar kacau. Saat Gavin mengantarkan Ghea tadi, ia ingat kalau Ghea benar-benar serius dengan ucapannya. Dan saat ia pulang, ia menemukan Gisca sudah duduk manis di ruang tamunya.

"Lo... cepat amat Gi, udah di sini aja," sapa Gavin setengah kaget. Jantungnya deg-degan. Tiba-tiba ia merasa ada yang tidak beres.

"Gav, gue mau lo jujur," Gisca langsung bertanya ke intinya. Ia benar-benar sedang tidak mau bercanda.

Gavin menelan ludahnya. Kenapa ia jadi gugup begini? "Jujur soal apa?"

"Ghea." Satu kata itu langsung mencelocos jantung Gavin. Apa ia harus menjelaskannya sekarang?

Gavin yang posisinya berdiri sekarang menjadi duduk di sofa besar itu. Ia menghela napas pelan. "Gue... sama dia pacaran. Tapi ini nggak seperti yang lo pikirin. Gue.. ada alasan dibalik itu semua,"

"Dan alasannya?"

"Alasannya... gue... gue... gue cemburu sama Geo karena dia dekat banget sama lo. Nah, karena itu gue mengusulkan ide bodoh ini. Dan ternyata gue sadar kalau Ghea nganggap semua ini serius. Barusan saat gue anter Ghea pulang, dia bilang kalau... kalau dia beneran cinta sama gue," jelasnya.

Gisca terbelalak. Astaga, kenapa bisa serumit ini? Kenapa Gavin harus cemburu dengan Geo? Padahal kan Geo saudara tirinya. Lalu, kenapa... kenapa Ghea bisa benar-benar mencintai Gavin? Dan ternyata ini semua alasan Ghea menjauhi dirinya.

"Gue pamit pulang," setelah itu Gisca pulang tanpa mengatakan apa pun. Gavin lagi-lagi menghela napasnya panjang. Kenapa ia bisa sebodoh ini.

Dan kejadian itu sangat berefek sampai sekarang. Ia benar-benar tidak bisa tidur.
"Dasar idiot! Bego! Oon! Kenapa lo dungu banget sih Vin! Kenapa?!!" serunya menjambak rambutnya sendiri. "Kalau udah gini, gue harus gimana? Yang gue suka itu Gisca. Gisca Anastasia. Bukan Ghea Syafrika!"

-FFZONE-

Pagi ini senyum dari bibir Geo sama sekali tidak mau lepas. Ya, walaupun ia memang ramah, tapi ini tidak seperti biasanya. Geo hari ini benar-benar berbeda. Dan, setelah diselidiki, alasan Geo tersenyum terus adalah Geo mendapat pesan kalau dirinya ditawarkan untuk menjemput Gisca. Itu penawaran yang sangat luar biasa.

"Bahagia ya Mas?" ledek Alvin cengengesan.

"Banget Mba," jawab Geo asal.

"Mba? Lo pikir gue Mba Ijah apa!" sewot Alvin menyebut nama pembantu di rumah Ibra.

Ibra, Nuga, dan Geo hanya tertawa.

"Eh, tapi lo mirip loh Al," ucap Ibra membuat ketiganya penasaran.

Alvin mengerutkan dahi. "Mirip siapa?"

"Mba Ijah! HAHAHAHA," bukannya Ibra yang menjawab, Nuga malah menyahut dan tertawa menggelegar.

Alvin yang merasa jadi bahan bully-an langsung menabok Nuga kencang. Ha! Mamam tuh!

"Terus kapan mau diresmikan Yo?" Nuga bertanya dengan sangat percaya diri.

Seketika suasana menjadi hening.

"Gue... nggak tahu,"

"Lho? Kok nggak tahu? Emang lo nggak ada niatan buat jadiin Gisca sebagai pacar lo gitu? Biar dia spesial," sahut Alvin.

Geo mengedikkan bahunya. "Bukan pacar aja gue udah anggap dia spesial kok. Dia itu berbeda," jawabnya seraya menatap teman-temannya lekat.

Teman-temannya hanya mengangguk dan mendoakan semoga Geo bisa menjadikan Gisca kekasihnya.

Sedangkan di kelas ini hanya ada Gisca dan Ghea. Gisca masih kesal dengan Gavin. Bukannya apa, ia hanya merasa dirinya dibohongi. Apalagi Gavin bilang kalau Ghea sahabat perempuannya menyukai Gavin, sahabat laki-lakinya. Ya ampun Gisca sangat dilema.

Lihat saja, keduanya tidak mengobrol sama sekali. Yang satu sibuk mengerjakan soal, dan yang satu asyik memainkan ponselnya. Ia melakukan hal random.
Sampai akhirnya ketika Ghea bangkit, Gisca dengan cepat menahan pergelangannya.

Ghea menatap bingung dicampur dengan wajah juteknya.

"Gue mau ngomong," ucap Gisca serius.

"Kalau nggak penting gue nggak mau dengar," balas Ghea ketus melepaskan cekalan tangan Gisca.

"Ini tentang Gavin,"

Seketika Ghea menegang. Ia kembali duduk di kursinya. "Apa?"

Gisca menarik napasnya pelan. Ini benar-benar hal nekat yang paling nekat yang ia lakukan seumur hidupnya.

"Lo... pacaran sama Gavin?" Ya, Gisca sudah tahu jawabannya. Tapi, ia ingin mendengar langsung dari Ghea.

Ghea melotot kaget. Ia kira Gisca tidak akan senekat ini. Baiklah kalau begitu, Ghea akan mengeluarkan semua unek-uneknya.

"Kalau iya kenapa?!"

"Gue cuma nanya. Emang lo suka sama dia?"

"Kenapa sih? Lo nggak terima gue pacaran sama dia? Lo merasa kehilangan? Iya? Itu yang dari dulu gue rasain! Asal lo tahu Gi, dari awal gue kenal Gavin, gue udah suka sama dia. Tapi apa? Dia cuma anggap gue sebatas sahabat. Terus, dia juga lebih deket sama lo. Bukan sama gue. Sekarang, kalau gue memanfaatkan keadaan ini, apa gue salah? Gue tahu Gavin cuma minta gue jadi pacar pura-puranya. Lo tahu karena apa? Karena dia suka sama lo! Hati lo tuh terbuat dari apa sih Gi? Sampe Gavin yang tulus lo gak lihat. Tapi baguslah kalau lo suka sama Geo. Gavin bisa jadi milik gue!" Jelasnya dengan ketus lalu pergi meninggalkan Gisca di tempatnya yang mematung.

Gisca menutup wajahnya dan tanpa sadar air matanya menetes. Ia tidak menyangka Ghea bisa berbicara tajam seperti itu. Dan sekarang, hatinya hancur. Benar-benar hancur lebih dari ditolak ataupun diacuhkan laki-laki yang disukai.

-FFZONE-

"Gue udah bilang semuanya,"

Gavin menoleh pada sumber suara. Ia menatap orang itu lekat.

"Gue udah bilang kalau kita pacaran pura-pura dan gue juga bilang kalau gue suka sama lo. Dan gue bilang kalau lo suka sama Gigi. Dan dia udah tahu semuanya,"

Gavin terbelalak. Ia tidak menyangka kalau gadis yang jenius ini akan memberitahu semuanya.

"Lo udah gila?"  maki Gavin tiba-tiba emosi.

"Kenapa? Lo nggak terima? Lo takut Gigi bakal ngacangin lo lagi? Iya? Emangnya lo pikir gue mau kayak gini? Kalau aja perasaan bisa diatur, gue nggak mau suka sama lo Gav, enggak," air mata Ghea menetes. Ia menutup wajahnya dan menangis di sana.

Gavin tambah terkejut. Ia menepikan mobilnya dan berhenti. Ia bingung harus apa. Apa tadi ucapannya sangat sakit di hati Ghea?

"Ghe... duh kok lo nangis sih.. gu--gue.. minta maaf Ghe. Gue nggak maksud untuk bentak lo. Gue cuma...cuma emosi Ghe," Gavin benar-benar panik. Ghea bukan Gisca yang sekali ngambek disogok makanan langsung bilang iya. Ghea hanya gadis jenius yang tidak mengerti tentang cinta.

~~~~~

Eakkk!
Hope u enjoy!
3/4/18

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang