35. Sedikit Cemas

478 27 0
                                    

Gisca sekarang sudah berada di rumah sakit. Ia memang nekat datang ke sini, padahal sudah jam 9 malam. Tapi, nggak masalah. Karena besok itu hari Sabtu dan orangtuanya juga nggak akan pulang ke rumahnya.  Ia juga sudah mengirim pesan pada bundanya Gavin untuk mengirimkan alamat rumah sakit. Untung saja bundanya Gavin langsung memberitahu. Kalau nggak, Gisca nggak tahu deh harus gimana.

Gisca menghampiri bundanya Gavin yang sedang duduk di luar ruangan.

"Tante," panggilnya.

Bundanya Gavin menoleh dan langsung memeluk Gisca erat. "Halo Sayang, akhirnya kamu dateng," lalu ia melepaskan pelukannya.

Gisca hanya tersenyum manis.

"Kamu tunggu di dalam aja,"

"Lho? Gavin-nya ke mana Tan?" tanyanya bingung. Emangnya Gavin udah boleh jalan-jalan ya?

"Harusnya sih dia istirahat. Tapi tadi Ghea datang. Kayaknya lagi di taman rumah sakit. Lagi ngobrol mereka," jawab Bunda Gavin.

Gisca manggut-manggut mengerti. Entah ke napa rasanya ia iri pada Ghea. Tapi, bukankah itu hal baik? Berarti hubungannya akan semakin baik.

Gisca pun masuk ke dalam ruangan dan memainkan ponselnya. Selama satu jam menunggu Gavin belum datang juga. Gisca pun mulai merasa ngantuk. Apa ia sebaiknya pulang saja? Gisca pun bangkit. Namun bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan ini.

Gavin sedikit terkejut melihat Gisca di sana.

"Gigi?" katanya pelan.

Gisca tersenyum canggung. "Hai,"
Gavin berjalan mendekat dan duduk di kasur. "Udah lama?" tanyanya merasa nggak enak.

"Lumayan lah, Ghea udah pulang?" tanyanya langsung intinya.

"Eh--iya udah. Tadi nunggu abangnya. Kebetulan kan kerja deket sini," jawabnya sambil menggaruk tengkuknya yang nggak gatal.

"Gue ke sini mau minta maaf sama lo. Gue tahu gue sangat salah. Gue terlalu memaksa akan hubungan lo dan Ghea. Gue cuma pengin lihat sahabat gue bahagia aja. Udah, itu aja kok, nggak ada maksud yang lain-lain," Gisca menjelaskan.

"Iya Gi, nggak pa-pa. Anggap aja masalah ini udah selesai. Gue juga udah maafin lo. Lagian, lupain aja omongan gue kemarin. Anggap aja gue lagi ngawur,"

Gisca tersenyum mendengar permintaan maafnya diterima. Namun, ada yang aneh rasanya ketika Gavin bilang bahwa omongan yang kemarin harus dilupakan.

"Nginep aja Gi,"

"Hah?"

"Ini udah malam. Lagian gue nggak mungkin nganterin lo pulang. Gue juga nggak tega biarin lo pulang sendiri. Bunda juga mau pulang dulu karena dari pagi belum ke rumah,"

Gisca memikirkan sejenak dan akhirnya ia menyetujui. Setidaknya ia sudah bisa bermaafan dengan Gavin. Urusannya sekarang tinggal dengan Ghea. Ia tidak mau hubungannya renggang lagi bersama Ghea.

***

Paginya, pembantu rumah Gisca datang membawakan Gisca baju ganti karena Gavin ingin ia tetap menemaninya di sini. Gisca pun sama sekali tidak merasa keberatan.

"Yang lain mau ke sini," ucap Gavin membuat Gisca yang sedang menyisir rambut menoleh.

Itu berarti ada Ghea. Ah, Gisca akan minta maaf lagi padanya.

"Lo mau sarapan nanti atau sekarang?"

"Nanti aja bareng-bareng," katanya. Lalu ia kembali duduk di dekat kasur itu.

"Lo begini banyak pikiran ya?"

Gavin diam tidak menjawab.

"Lo nggak mungkin sakit kalau nggak banyak pikiran. Mikirin apa sih? Kejadian kemarin ya?" Gisca masih membahas masalah kemarin.

"Ah, engga kok,"

"Lo nggak bisa bohong Gav sama gue," katanya menyeringai.

Gavin menghela napasnya pasrah. "Ya... mau gimana lagi? Ya udahlah, udah terjadi juga,"

Kini giliran Gisca yang terdiam. Ia jadi merasa nggak enak pada Gavin. Kenapa sih Gisca harus menyusahkan orang lain?

Saat sedang asyik-asyiknya melamun, seruan yang datang membuatnya menoleh. Ternyata itu mereka.

"Wah! Pagi-pagi udah berduaan aja nih," celetuk Alvin membuat yang lain terkekeh. Kecuali Ghea.
"Acong mana?" tanya Gavin ketika menyadari teman sebangkunya itu tidak datang.

"Oh iya, ada urusan keluarga," jawab Ghea yang tahu alasan Acong tidak bisa hadir. Ghea melirik Gisca sekilas.

Gisca yang dilirik hanya tersenyum canggung. Teman-temannya yang menyadari hal itu pun langsung bersuara.

"Belum pada sarapan kan? Gue bawain nih," Geo bersuara mencairkan suasana.

Yang lain pun sudah heboh mengambil makanan itu. Begitu juga Gisca. Ternyata Geo menyisakan satu untuk perempuan kesayangannya itu.

"Ghe, lo udah sarapan kan? Bisa bantu gue?" celetuk Gavin membuat teman-temannya kompak menoleh.

Ghea pun menghampiri Gavin dan mengambil mangkok yang sudah berisikan bubur itu untuk dimakan. Tentunya hal itu mengundang kekehan dari teman-temannya. Apalagi Nuga dan Alvin.

"Ekhem! Ada yang celebek nih!" seru Nuga. "Kalau sampe jadi lagi, harus traktir kita tujuh hari tujuh malem ya!"

Gavin hanya meliriknya sinis. Sedangkan Ghea hanya menetralkan jantungnya.

"Lihat si Ghea mukanya merah udah kayak pantat onye!" teriak Alvin yang mendapat gelak tawa dari mereka kecuali Gisca. Gisca hanya tersenyum kecil. Entahlah, rasanya aneh. Ia seperti sedang tertusuk tombak. Sakit.

"Gi, kok bengong? Dimakan dong," Geo berbisik.

Gisca hanya mengerjap dan tersenyum.

Apa Gisca sudah mulai merasa takut kehilangan Gavin?

******
Lohaloha!
Hope u enjoy it!
23/6/18

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang