11. Bersama

696 40 5
                                    

Setelah kejadian di kafetaria itu, Gavin dan Gisca sudah berbaikan. Gavin dan Geo melakukan latihan bersama, walaupun Gavin tidak berbicara apa pun pada Geo. Mengenai hubunyan Gisca dan Geo, keduanya diam tidak ada yang mau memulai duluan.

"Kebiasan, sukanya ngelamun mulu," celetuk Gavin menyadarkan Gisca.

"Siapa yang---"

"Itu ada saos di idung lo," langsung saja Gavin membersihkan saos di hidung Gisca. Gisca yang terkejut hanya senyum-senyum tidak jelas. Kapan lagi Gavin begini? Biasanya Gavin akan diam saja dan membuat Gisca malu.

"Ih, baik banget sih, jadi sayang deh," tutur Gisca dengan nada manja.

Gavin mencubit hidung Gisca kencang. "Giliran kesusahan baru aja sayang,"

Gisca mengusap hidungnya dan terkekeh. Baru saja Gavin ingin mengacak rambut Gisca, suara deheman seseorang membuat aksinya berhenti.

"Mentang-mentang udah akur, kita berdua dilupain," Acong menceletuk asal dan langsung menghempaskan bokongnya di dekat Gisca. Sedangkan Ghea di dekat Gavin.

"Yailah, alay lo Cong. Baru juga ditinggal ke kantin belom ke Afrika," balas Gavin meledek.

Acong memutar bola matanya sebal. "Mau ngapain lo ke Afrika? Nyebarin virus rindu merana ditinggal Gigi?"

Gisca dan Ghea tertawa ngakak, sedangkan Gavin memelototi Acong tajam.

Semuanya kembali normal. Gisca sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka. Ditambah, hubungannya dengan Gavin membaik. Namun, ada perasaan bersalah yang menghantui Gisca.

Ini adalah masalah Geo. Harusnya, Gisca memaafkannya, tapi, Gisca malah berusaha menjauh dari Geo. Benar-benar membuat hidupnya pusing.

-FFZONE-

Pulang sekolah, Gisca tidak langsung pulang ke rumahnya. Gavin memaksanya untuk menemaninya membeli bass baru. Baguslah, di rumah juga Gisca akan merasa bosan. Selain itu, banyak yang harus ditanyakan pada Gavin. Agar semuanya jelas dan tidak ada rahasia lagi di antara persahabatan mereka.

"Jadi yang putih atau yang item aja nih?" Gavin menunjukan dua bass yang sudah ada ditangannya. Ia bimbang harus memilih yang mana. Menanya Gisca, Gisca hanya menjawab 'terserah lo', 'kan menyebalkan.

"Udah yang ke sepuluh nanya dan gue tetep bakal jawab terserah lo," jawab Gisca kesal.

Gavin berdecak pelan. "Dasar cewek gak ada tujuan. Masa suruh milih aja susah banget!"

Gisca mengedikkan bahunya dan berjalan meninggalkan Gavin yang masih dalam kebingungan. Gisca keluar dari toko alat musik, ia melanjutkan langkahnya dan masuk ke sebuah tempat makan. Masa bodo dengan Gavin, Gisca yakin seribu persen Gavin akan memilih warna putih. Camkan itu.

Gisca memesan dua porsi makanan. Karena Gisca tahu pasti Gavin akan mengamuk karena ditinggal dan tidak dipesankan makanan. Setelah menunggu selama lima belas menit akhirnya batang hidung Gavin pun terlihat.

"Ih gue cariin taunya di sini! Ngeselin ah," Gavin memanyunkam bibirnya.

"Lagian lo lama, gue laper tau," balas Gisca tidak mau kalah.

Gavin mencubit hidung Gisca. "Dasar, perut karet,"

Gisca hanya terkekeh. Matanya melirik pada bass baru yang Gavin bawa. Dan, ternyata dugaannya benar, bass yang dipilih warna putih.

"Udah lama ya Gi nggak kayak begini," celetuk Gavin yang sedang menyuir-nyuir ayam miliknya.

Gisca mendongak menatap Gavin kaget. Ternyata bukan Gisca saja yang menyadari perubahan itu. Gavin juga.

"Lo gimana? Sama Geo? Kalian beneran saudara?" Gisca bertanya tepat sasaran membuat Gavin tersedak-sedak.
"Yailah, segala keselek lo," ucap Gisca terkekeh seraya memberikan minum untuk Gavin.

Gavin menatap kesal Gisca. "Udah tau lagi serius makan, malah ditanya kayak gitu. Untung nih tulang nggak muat di tenggorokan gue,"

"Makanya nggak usah tegang gitu. Gue 'kan cuma memastikan,"

"Iya. Gue sama Geo saudara. Papah nikah sama ibunya Geo. Otomatis dia saudara tiri gue,"

"Tunggu, jadi papah lo----"

"Dengerin gue dulu, lo berhak tau ini semua Gi," ucap Gavin memotong cepat ucapan Gisca.

Gisca pun mengangguk dan mendengarkan semua alasan mengapa Gavin menyembunyikan masalah ini rapat-rapat.

-FFZONE-

Geo resah. Dari tadi ia hanya bolak-balik mengelilingi kamarnya yang luas. Rasa bersalah masih terus menghantui Geo.

Ia melirik jam dinding besar yang berada di dalam kamarnya. 8.15 WIB, sepertinya memang Geo harus nekat menghubungi Gisca. Geo mengambil ponselnya dan menghubungi Gisca.

"Halo?" Geo membuka suara setelah sambungan itu diangkat oleh seseorang di sebrang sana.

Gisca yang memang ketiduran itu mengangkat telepon dengan nyawa yang belum sepenuhnya kumpul. "Iya? Siapa nih?"

"Ini Geo, suara kamu kok serak? Kamu udah tidur ya?" ucap Geo ragu-ragu.

"Ha? Geo? Kamu ngapain nelfon aku tengah malem gini?!" Suara Gisca sedikit berubah. Namun, tetap saja suara seraknya masih kentara.

Geo terkekeh sendiri. Perempuan itu benar-benar lucu. "Kamu lanjut tidur aja ya, sleep tight Gigi," lalu Geo memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Di seberang sana, Gisca langsung bangun dari tidurnya dan duduk dengan tangan memegang pipi. Ia kembali melihat layar ponselnya yang memperlihatkan panggilan masuk dari Geo.

"Jadi gue beneran nggak mimpi nih? Ya Tuhan, gue butuh Gavin!" Gisca menggeram kesal sendiri.

Holaaaaa
Ada yang kangen?
Hope u enjoy it!
Don't forget for comment and vote.
Thank you so much guys!
September, 2017

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang