15. Berjauhan

640 40 0
                                    

Suasana kafe memang ramai. Tapi rasanya sangat sepi bagi Gisca. Pikirannya melayang-layang entah ke mana. Banyak sekali cobaan yang datang dan ia tidak tahu harus bercerita dengan siapa. Kedua sahabatnya menghilang. Kadang Gisca bertanya, untuk apa ada sahabat tapi tidak berguna?

Dentingan pintu kafe sama sekali tidak membuyarkan lamunan Gisca. Padahal orang itu perlahan mendekat ke meja Gisca.

"Gigi?" Suara orang itu membuat lamunan Gisca buyar.

"Eh, elo, tumben," ucap Gisca kikuk. Pasalnya ia seperti terciduk sedang melamunkan sesuatu.

"Lo ngelamun ya? Ngelamunin apa hayo?" ledek orang itu membuat bibir Gisca sedikit tertarik senyuman.

"Sotoy lo Vin, nggak lagi ngelamun kok. Lo ngapain?" tanya balik Gisca pada laki-laki yang memang ia kenali karena dia adalah salah satu anggota Band  Taruma juga.

Alvin berpikir sejenak. "Itu, beliin makan buat anak-anak. Ikut yuk," tawarnya.

Tanpa diduga Gisca mengangguk. Karena di sana pasti ada Geo dan Gavin, Gisca berencana ingin berbicara baik-baik dengan Geo dan Gavin.

-FFZONE-

Gisca baru tahu kalau ternyata jarak antara kafe dengan studio musik tidak terlalu jauh. Gisca juga cukup asyik berjalan bersama Alvin. Sesekali Alvin membuatnya tertawa puas. Benar-benar moodboster.

Alvin membuka pintu studio pelan membuat beberapa orang di dalamnya yang sedang tertawa berhenti sejenak.

"Ke kafe lewat mana sih lama betul," celetuk Nuga. Wajar, Nuga tipe orang yang tidak sabaran terhadap makanan.

"Ya ilah, nih gue bawa siapa tebak," cengir Alvin membuat teman-temanya menautkan alis pertanda bingung.

"Kita panggilkan, ini diaa..... Giiii----"

"Ghea?" Suara Alvin terpotong oleh seseorang di belakangnya. Gisca menatap Ghea bingung. Kok bisa Ghea ada di sini? Apa Gavin yang menyuruhnya?

"Loh, Gi? Lo ngapain?" tanya Ghea refleks karena tidak menyangka kalau Gisca akan berada di tempat ini.

"Gue...gue diajak Alvin," ucapnya mencicit. "Tapi gue langsung mau balik kok," lanjutnya.

"Loh--"

"Oh yang lo bawa Gisca?" Suara vocalis Band Taruma ini membuat semua orang menatapnya aneh. "Sini Gi, kumpul sama kita,"

Gisca baru saja ingin menolak, tapi ternyata Geo bangkit lalu menarik pelan tangan Gisca menuju tempatnya berkumpul bersama yang lain.

Saat Gisca baru saja duduk, laki-laki yang hari ini mengenakan kemeja dengan kancing terbuka itu bangkit dari duduknya.

"Gue cabut anter Ghea dulu." Belum sempat mendapat persetujuan dari yang lain, laki-laki itu sudah pergi bersama Ghea.

Memang begitu dan selalu begitu. Tidak pernah mau memberi kesempatan orang untuk berbicara. Dialah Gavino Adrian.

-FFZONE-

Gavin menyeret Ghea menuju perpustakaan kota. Entahlah, padahal ia tidak suka dengan tempat ini, tapi hatinya menuntun ke tempat ini.

"Lo sadar nggak sih kalau lo tuh salah?"

Lagi-lagi pertanyaan itu. Sudah berapa kali Gavin menjawab, tetap saja perempuan itu tidak menggantinya dengan pertanyaan yang lebih bermutu lagi.

"Mau pulang jam berapa?" Gavin malah memberi pertanyaan lain.

Perempuan di hadapannya berdecak kesal. "Lo tuh nyebelin ya!"

"Udah tau nyebelin, lo masih aja nanya kayak gitu. Ganti kek," sahut Gavin tidak mau kalah.

"Ya udahlah, terserah lo," pasrah perempuan yang hobinya membaca, Ghea.

Gavin melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. "Mau pulang kapan? Sekarang aja yuk,"

"Gue minta jemput aja," balas Ghea mengambil ponselnya ingin mengirim pesan.

Gavin dengan cepat merampas ponsel itu. "Nggak-nggak. Gue kan yang bawa lo pergi, pulang juga harus sama gue,"

"Udah gue minta jemput aja, ih," Ghea berusaha mengambil ponselnya. Namun Gavin malah semakin menjauhkannya.

"Udah deh diem aja." Lalu Gavin bangkit dan menarik kasar Ghea keluar perpustakaan itu.

Sesampainya di mobil Gavin, Ghea meracau tidak jelas.

"Ghe, lo pms ya?" Gavin yang ikut kesal mendengar gerutuan Ghea itu akhirnya bertanya lancang.

Ghea langsung melotot melihat laki-laki di sampingnya ini. "Gue tuh maunya balik sama kakak gue, bukan lo."

"Ya elah, ya udah turun sini deh," Gavin bersiap menginjak rem namun Ghea memegang bahu Gavin kencang.

"Tanggung Gav, satu gang lagi," rajuknya. Sialan. Apa ada manusia macem Ghea begini? Semoga aja cuma satu aja spesies kayak gini.

"Gue bingung." Suara itu tiba-tiba keluar dari mulut Ghea. Gavin memberhentikan mobilnya karena memang sudah sampai.

Gavin menatap Ghea bingung. Kenapa lagi ni cewek? Tadi marah-marah, sekarang galau.

"Apa yang besok gue lakuin saat ketemu Gisca," ucapnya lagi membuat Gavin mencernya baik-baik setiap ucapan Ghea.

"Lo nggak harus mikir begitu. Kalau ada apa-apa gue yang akan tanggung jawab," sahut Gavin menenangkan berbagai macam pikiran buruk dalam benak Ghea.

Ghea melepas seatbelt-nya lalu berdehem. "Satu-satunya jalan ya lo harus buka hati lo untuk orang lain Gav. Cinta itu nggak memaksa,"

Ghea mengucapkan terima kasih lalu segera keluar dari mobil Gavin dan memasuki rumah minimalis itu. 

Sementara itu, Gavin masih belum beranjak dari rumah Ghea. Ucapan Ghea itu membuatnya berpikir keras. Apa ia Gavin harus berpaling dari Gisca? Tapi, berpaling pada siapa? Gavin sama sekali tidak mudah mendekatkan diri pada perempuan lain. Waalaupun nyatanya banyak sekali perempuan yang mengantri untuk mendapatkannya. Tidak. Gavin tidak akan menunjuk satu orang itu menjadi kekasihnya. Gavin tidak se-brengsek itu. 

Jadi, harus bagaimana Gavin sekarang? 

Ghea, perempuan itu masih berdiri tegap di depan jendela rumahnya. Ia menatap mobil hitam itu dengan nanar. 

"Emang bener ya. Kadang yang peduli itu nggak terlihat. Malah, yang biasa saja yang menonjol dilihat. Cinta memang kadang terasa rumit," desisnya pelan. 

Semoga saja ucapan Ghea tadi membuat Gavin sadar bahwa ada hati yang selama ini jauh peduli padanya. Ada hati yang sudah menunggunya lama di sini. Ada hati yang sudah berkali-kali merasa sakit namun tetap bertahan. 

Ghea tau, cinta akan pulang pada tempatnya. Dan, semoga saja, dialah tempat pulangnya Gavin. 

HALOHA! 

SELAMAT MEMBACAAA! 

26 NOVEMBER 2017

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang