32. Rencana yang Gagal

492 28 2
                                    

Acong menaruh tasnya asal dan langsung membuka ponselnya. Kali ini Acong datang lebih pagi dari biasanya karena menghindari adiknya yang memaksanya mengantarnya ke sekolahnya. Acong malas, karena teman-teman adiknya itu sangat nge-fans sekali pada Acong.

Dan Acong akui, ia benci menjadi orang tampan begini. Maka dari itu ia selalu menjadi anak yang iseng, jahil, dan menyebalkan. Ia tidak suka menjadi cowok dingin yang digilai cewek-cewek jaman now. Katanya, bukan gue banget.

"Cong," panggil seseorang yang Acong sudah kenali suaranya.

Acong hanya bergumam. Ia sibuk memainkan game di ponselnya. Biasanya ia akan menonton drama atau melihat video clip boyaband Korea, tapi kayaknya kalau Acong sudah bermain game, ada dua alasannya.

1. Semua dramanya belum update.
2. Acong lagi dalam proses taubat.

"Cong," panggil orang itu lagi.

Dan lagi, Acong hanya bergumam tanpa mau mendongak melihat orang itu.

Orang itu berdecak sebal. "Cong, rencana lo sama Ghea gagal total," ucapnya.

Mendengar itu, otomatis Acong langsung mendongak dan--- "SIALAN! YAH, KAN MATI!" jeritnya. "Gav, ini tuh masih pagi, kenapa sih udah bikin mulut gue menyebut bahasa haram aja?!" protesnya.

Gavin hanya memutar bola matanya dan duduk di samping Acong. "Mampus," katanya tepat di telinga Acong.

Kini Gavin ingin menelungkupkan kepalanya namun dicegah oleh Acong. "Terus, ini kenapa nggak berangkat bareng?" tanyanya heran tidak melihat Gisca.

"Dia nggak mau. Nyuruh gue berangkat sama Ghea. Maksudnya apa coba Cong, cewek itu nggak sadar-sadar,"

Acong menghela napasnya lalu berpikir sesuatu. "Kayaknya dia maksa banget ya pengin bikin lo sama Ghea balikan? Padahal udah jelas, lo sayangnya sama dia,"

"Justru itu Cong. Dengan gue dan Ghea yang putus begini, ini jadi acuan untuk mempersatukan gue lagi bagi dia,"

"Gav," panggilnya tiba-tiba.

"Hm?" Gavin menatap Acong bingung.

"Kayaknya Gisca harus di rukiyah deh," ucapnya santai.

Dan langsung saja Acong diberi hadiah satu toyoran kencang di pagi hari dari sahabat laknatnya.

-FFZONE-

Nuga baru saja kembali dari kamar mandi dan ingin menuju kelasnya. Sesampainya di kelas ia melihat Geo yang tiba-tiba sedang menelungkupkan kepalanya.

Aneh, nggak biasanya Geo seperti ini.

"Yo? Napa lo?" tanya Nuga.

Geo mengangkat kepalanya dan menatap Nuga datar lalu tersenyum. "Nggak papa,"

"Ih, kok jijik sih Yo!" serunya ketika melihat reaksi Geo tadi.

Geo hanya mengedikkan bahunya lagi. Nuga berpikir sejenak tiba-tiba ia berbicara, "Masalah Gigi lagi ya? Kenapa lagi anak itu?"

"Engga papa kok," jawab Geo mengalihkan.

Nuga refleks menyenggol bahu Geo. "Kayak perawan aja lo, ditanya jawabnya nggak papa mulu," usilnya.

"Emang beneran nggak papa,"

"Yah, lo mah gitu, nggak asyik!" dengusnya.

Geo tidak mengindahkan perkataan Nuga. Ia malah melambaikan tangan pada seseorang yang baru saja datang, Ibra dan Alvin.

"Apa sih Yo? Jijik melambai-lambai begitu," celetuk Alvin seraya mengunyah permen karetnya. Kebiasaan yang nggak pernah hilang sejak kecil.

Ibra yang berada di samping Alvin menyenggol bahunya. "Biarin aja napa,"

"Eh--iya deh iya," kalau udah ditegur gini sama Ibra, Alvin nggak mau membantah deh.

Ibra mengampiri Geo dan Nuga lalu duduk di belakangnya. "Kenapa Yo?" tanya Ibra yang sadar dengan raut wajah Geo.

"Bingung Bra," Ibra memutar bola matanya. Namun Nuga dan Alvin sedang menahan kekehannya. Jaranh-jarang Geo memanggil Ibra itu Bra. Kadang lebih sering Bang, atau Ib.

"Bingung kenapa?" tanya Ibra lagi. Tidak peduli dengan Nuga dan Alvin.

Geo menghela napasnya. "Perasaan cewek tuh, rumit ya," celetuknya.

Nuga dan Alvin reflek menganga saat Geo mengatakan itu. Apalagi Nuga, ia merasa sakit hati karena giliran dirinya yang bertanya Geo malah menjawab "nggak papa", menyebalkan.

"Rumit nih?" Ibra bersuara.

Geo mengangguk cepat. "Rumit banget. Gak ngerti lagi gue maunya gimana. Dikasih ini, maunya itu, udah dikasih itu, malah minta yang ini. Serba salah deh,"

Ibra malah terkekeh mendengar penuturan Geo. Sedangkan ketiganya malah memasang tampang bingung sekaligus kaget. Jarang-jarang nih Ibra kayak begini.

"Berarti lo belum sepenuhnya mengenal cewek Yo," ucapnya.

Geo menaikan satu alisnya. "Maksudnya?"

"Yo, saat lo mengenal yang namanya perempuan, lo harus memastikan diri lo untuk memahami dia. Sebenarnya sih cewek nggak banyak maunya. Cuma gimana kitanya aja ngadepinnya bisa apa nggak. Tapi, ada juga sih cewek yang banyak maunya. Yang selalu menyalahkan si cowok. Tapi, banyak juga kok cewek yang berpikiran dewasa." Jelas Ibra panjang lebar.

Alvin dan Nuga refleks bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya kompak. Sedangkan Ibra yang merasa dipuji hanya memutar bola matanya.

"Jadi, mau gimana lagi lo sama Gigi?" tanya Ibra yang tiba-tiba, membuat ketiganya cengo.

"Lho? Kok Gigi Bra?" tanya Alvin tidak paham.

Alvin disenggol oleh Nuga. "Yah, ini nih, cowok nggak pekaan!" sungutnya.

Alvin hanya menatap sinis Nuga.

Geo bungkam. Sebenarnya ia hanya merasa... ah, apa ia harus bertanya langsung pada Gigi? Atau bagaimana?

"Yo!" tepukan Ibra membuat Geo mengerjap kaget. "Jangan bengong. Yo, gue cuma mau bilang, cerita kalo emang lo mau cerita. Kita di sini akan dengerin lo. Lo boleh simpen rahasia, kita ngga akan larang. Tapi kalau lo butuh pendengar, kita selalu ada Yo," tuturnya tersenyum manis.

Geo balas tersenyum. Masalahnya hanya... ia bingung harus bercerita bagaimana.

"Geo!" panggilan itu membuat keempatnya menoleh ke arah pintu kelas yang menampakkan seorang perempuan yang dikuncir sedang tersenyum ke arahnya.

"Nah, panjang anu," celetuk Nuga.

Alvin langsung menoyor kepala Nuga. "Umur, bego,"

Nuga memutar bola matanya sebal. Geo melirik teman-temannya seakan meminta izin untuk menemui perempuan itu. Perempuan yang dulu ia pernah tembak, namun ditolak. Dan kini ia datang lagi. Entah tujuannya apa untuk kembali, tapi perasaan Geo masih sama.

Masih mencintainya.

Dia adalah Gisca Anastaya.

**********

Aloha!
Selamat membaca!
Hope u enjoy!
Ily guys!
18/6/18

Fanzone vs Friendzone // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang