Four : Visitor

1.1K 108 0
                                    


Aku memanjat pohon sycamore lebih jauh lagi agar dapat melihat pemandangan yang lebih indah dari sebelumnya. Warna putih dari salju yang menyelimuti hutan membuatku sulit untuk tidak memandangnya. Dengan menikmati pemandangan dari atas pohon sycamore, aku merasa lebih tenang dan lupa untuk sesaat bahwa hutan ini sebenarnya adalah penjaraku. Terdengar suara derap kaki kuda dari kejauhan. Aku mengamatinya dan yang benar saja! Itu adalah Pangeran Alastair!

Ia berdiri di depan rumahku lalu mengetuk pintu rumah. Dengan malas, aku menuruni pohon sycamore lalu berjalan mendekatinya. "Butuh sesuatu?" tanyaku. Ia menengok ke arahku lalu tersenyum. "Scars!" serunya. "Lama tak jumpa, Pangeran Alastair,"

"Panggil aku Alastair saja,"

"Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?"

"Tidak ada,"

Aku menaikan alisku. "Untuk apa kau datang ke sini?" tanyaku lagi. "Bisakah kita berbicara di dalam rumahmu saja? Aku kedinginan," keluhnya. "Kau memang payah untuk seorang pangeran." Ejekku lalu membukakan pintu rumah dan mengajaknya untuk masuk ke dalam. Aku segera membuat api untuk menjaga kami dari dinginnya salju. "Tidak banyak berubah, eh?" katanya. "Memangnya apa yang kau harapkan? Bodoh. Aku tinggal sendiri sekarang," balasku kesal. "Ke mana ibumu?" tanyanya penasaran. "Entahlah. Aku tidak peduli lagi," jawabku pelan. Usai membuat api, aku duduk di atas sofa tua di samping Alastair. "Jadi, kau berburu untuk bertahan hidup?"

"Ya, begitulah,"

"Seperti itu rupanya,"

Tiba-tiba aku teringat akan sesuatu. Rumah itu. Tempat Pangeran Lucas disembunyikan. "Dengar, Alastair. Mereka masih ada di luar sana," kataku sambil menatapnya dengan serius. "Mereka?" tanyanya kebingungan. "Ya, mereka. Kau lupa? Mereka yang membunuh Pangeran Lucas. Kemarin aku bertemu dengan Warren," jelasku.

"Warren? Siapa dia? Apakah aku ketinggalan sesuatu yang penting?" tanyanya. Aku pun memutuskan untuk menjelaskan segalanya. Dimulai dari seorang wanita yang mati dengan misterius hingga laki-laki yang bernama Warren. "Aku akan coba menyampaikan informasi darimu pada Raja Jorge," katanya, usai aku jelaskan. Aku mengangguk pelan. "Walau hanya satu tahun, aku merindukanmu Scars," katanya tiba-tiba. Aku terkejut mendengar perkataannya itu. Entah dari mana datangnya. "Aku tidak bisa berlama-lama di sini," sambungnya. Ia kemudian beranjak dari sofa. Aku mengikutinya. "Kau memang hebat, Scars," perkataannya yang aneh itu terucap lagi. Jantungku berdegup kencang. Semakin kencang saat ia mendekatiku. Pipiku memanas karena ia memelukku erat tanpa aba-aba. "E-eh?"

Ia melepaskan pelukannya lalu tertawa, "Kau kaget ya? Maaf deh!" Dipeluk oleh seorang pangeran memang adalah salah satu impianku waktu kecil tapi entah mengapa tubuhku terasa kaku setelah dipeluk. Aku tidak tahu harus berkata apa. Pangeran itu memang sulit ditebak. "Aku benar-benar harus pergi sekarang. Maaf hanya sebentar mengunjungimu," katanya pelan. "Scars?" panggilnya. Aku pun tersadar lalu menatapnya. "Ba-baiklah. Terimakasih sudah mengunjungiku," kataku malu-malu.

Ia pergi menunggangi kudanya. Pelukan hangatnya masih terasa. Entah apa yang ia pikirkan tadi aku tidak mengerti. Walaupun aku merasa senang, aku tetap ingin Landon yang mengunjungiku. Tentu aku merindukan yang lain termasuk Alastair tapi aku merindukan Landon lebih dari yang lain.

Aku kembali memanjat pohon sycamore. Melihat salju yang menyelimuti hutan ini dan berharap Landon mengunjungiku sesegera mungkin. Aku tersenyum mengingat Alastair memelukku beberapa menit yang lalu. Setidaknya aku tahu masih ada yang peduli padaku. Pangeran itu memang sulit ditebak. Siapa pula yang menyangka ia akan memelukku begitu eratnya?



Yeyyy akhirnya update jugaa walopun cuma dikit ><

iya part ini aneh dan gak nyambung(?) tapi aku pengen banget bikin Scars Alastair moment gituu wkwk maafkeun yak

makasih yang udah setia nungguin ^_^ yang penting aku gak php kayak doi //plak//

Scarlett (Book Two) : Winter SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang