21 : Footsteps

913 85 0
                                    

Megan's point of view

Setibanya di halaman istana, aku langsung bergegas turun dan berlari untuk masuk ke dalam istana. Beberapa penjaga istana memberhentikanku dan memintaku untuk menunjukkan undangan, tetapi aku tidak membawa undangannya dan aku tetap memaksa untuk masuk.

"Tolonglah! Aku sedang dalam bahaya dan aku harus bertemu seseorang!" pintaku pada penjaga istana itu.

Yang kudapatkan dari ketiga penjaga istana itu adalah omelan dan membuat seseorang penasaran. Lelaki yang berpakaian rapih itu datang menghampiriku yang sedang beradu mulut dengan ketiga penjaga istana di depanku.

"Hei, hei, ada apa ini?" Tanya lelaki itu.

Aku mengingatnya. Kurasa namanya adalah Mason.

"Apa kau ingat aku? Aku datang bersama Scarlett—maksudku Kak Scars tadi. Tolonglah aku! Aku harus bertemu dengan Landon!" pintaku padanya.

Ia menaikkan alisnya dan menatapku bingung.

"Ayolah! Aku tidak bercanda! Scarlett dalam bahaya!" lanjutku.

Mason terlihat sedikit terkejut saat aku mengatakan itu. Ia menyuruhku untuk menunggu di halaman istana dan aku menurutinya.

Setelah tidak lama aku berdiri di atas salju yang dingin sendirian, Landon dan Mason akhirnya datang menghampiriku.

"Apa maksudmu Putri Scarlett dalam bahaya?" Tanya Mason padaku dengan tatapan curiga.

Aku menghela nafasku sebelum menjawab pertanyaannya. Putri Scarlett yang ia ketahui itu berbeda dengan Putri Scarlett yang sesungguhnya dan aku tidak tahu harus menjelaskan dari mana.

"Scars dalam bahaya," jawabku.

"Scars? Apa yang terjadi?" kini Landon yang bertanya padaku.

"Mereka yang bekerja sama dengan Jullie datang ke rumah dan menyerang kami," jawabku pelan sambil menundukkan kepalaku.

Landon membelalak. Ia terlihat tidak percaya dengan omonganku.

"Scars tertangkap. Aku tidak bisa membantunya karena jumlah mereka terlalu banyak, jadi ia menyuruhku untuk melarikan diri. Kalian adalah temannya, bukan? jika kalian memang benar temannya, kuharap kalian mau membantuku untuk membawanya pulang," sambungku.

"Kau punya bukti?" Tanya Mason.

Aku menyisir rambutku ke belakang menggunakan tangan kananku. Sesulit itukah untuk membantu teman sendiri?

"Kau butuh bukti? Aku adalah buktinya. Aku yang berhasil melarikan diri dan memutuskan untuk pergi ke istana mencari kalian dengan harapan kalian dapat membantuku untuk membawa Scars pulang. Kalian mau lihat senjata yang kugunakan untuk melawan pria-pria dengan tampang yang mengerikan tadi? Aku masih membawanya bersamaku." Kesabaranku mulai habis. Scars dalam bahaya dan aku hanya ingin menolongnya.

Aku mengeluarkan semua senjata yang kubawa dan menjatuhkannya di atas salju. Mungkin mereka tidak percaya bahwa aku cukup mahir menggunakan senjata tajam.

Aku tahu ayah menyuruhku untuk tidak menjadi anak yang cengeng, tetapi pada situasi ini, aku tidak tahan lagi. Air mataku mulai berjatuhan dan aku berhasil membuat kedua teman Putri Scarlett Rose yang berdiri di depanku ini kebingungan.

"Maaf," lirihku. "Aku ... tidak tahu harus memulai dari mana."

Landon mengusap kepalaku dengan pelan. "Apa kau tahu ke mana mereka membawa Scarlett?" Tanyanya kemudian.

Sepertinya Scarlett sudah memberitahu kebenaran tentang dirinya pada Landon. "Tidak," jawabku dengan suara yang bergetar.

"Tunggu dulu ... tadi kau bilang bahwa Putri Scarlett sedang dalam bahaya dan sekarang kau membicarakan Scars?" Mason tampak kebingungan.

Aku rasa saat ini bukanlah saat yang tepat untuk menceritakan segalanya. Lagipula aku ragu Mason akan percaya padaku.

"Yang kumaksud adalah Scars,"

Mason hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ada berapa banyak orang yang menyerangmu?" Kini Landon yang bertanya.

Aku berusaha untuk mengingat berapa jumlah mereka.

"Delapan belas termasuk Jullie, Dexter, dan Warren," jawabku setelah mengingat kembali.

"Delapan belas? Kita butuh lebih banyak orang,"

"Apa kita tidak bisa meminta bantuan dari Raja Jorge?"

"Entahlah,"

"Oh, ayolah! Bukankah Scars yang berhasil menemukan Pangeran Lucas?"

Kami berdua saling bertatapan. Pada luarnya, Landon memang terlihat dan bersikap tenang, tetapi aku tahu sesungguhnya ia sangat khawatir tentang keadaan Putri Scarlett.

"Aku akan mencoba untuk membicarakan hal ini pada Raja Jorge," ujar Mason memecah keheningan.

Ucapannya itu berhasil membuatku kembali bersemangat, meskipun kemungkinannya kecil. Scarlett tidak mudah menyerah dan aku juga harus seperti dirinya.

"Bisakah kalian ikut denganku sebentar? Aku rasa kita masih bisa melacaknya melalui jejak di atas salu," pintaku pada Landon dan Mason.

"Tentu saja," jawab Landon.

"Maaf, aku harus tinggal hingga acara ini selesai," jawab Mason.

Aku mengangguk. Mason kembali masuk ke dalam istana setelah aku mengatakan 'terima kasih' padanya sedangkan Landon—ia pergi mengambil kudanya.

Aku dan Landon pergi ke hutan dengan menunggangi kuda dalam kecepatan tinggi. Saat tiba di perbatasan, Goso tidak lagi memedulikan kudanya yang telah kupinjam. Ia terlihat sangat khawatir saat aku memberitahunya bahwa Scars telah diculik. Ia bahkan telah berjanji untuk membantu kami dalam mencari Scars setelah ia menyelesaikan tugas dari raja.

Aku dan Landon terus mengikuti jejak para penculik itu di atas salju dengan teliti. Landon bertanya padaku tentang mengapa kejadian itu kebetulan terjadi di depan rumahnya. Ternyata Scars belum memberitahu temannya itu. Aku menjawab pertanyaannya dengan jujur karena aku yakin Scars tidak mungkin berbohong pada temannya sendiri.

Scarlett (Book Two) : Winter SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang