28

927 80 0
                                    

Megan's pov

Saat aku hendak menusukkan pedang itu pada jantungnya, Scars mulai berbicara.

"Megan ... jangan lakukan itu ... semua nyawa berharga," katanya dengan pelan.

Kalimatnya itu membuatku ragu untuk membunuh Dexter yang sudah kewalahan melawanku. Pada akhirnya, aku menjatuhkan kedua pedang yang kugenggam dan menyemprotkan air bercampur lada pada kedua mata pria sialan itu.

"Kuharap kau akan terus mengingat bahwa kau masih mendapat belas kasihan dari seorang gadis kecil," kataku lalu melemparkan botol pada kepalanya yang membuatnya mengerang lebih kencang.

"Aku suka semangatmu, Megan," puji Pangeran Alastair setelah selesai melawan Warren.

Mason dan kedua ksatria pribadi Pangeran Alastair mengikat kedua kaki dan tangan Dexter dan Warren agar mereka tidak kabur.

"Serahkan Scars sekarang juga!" tegas pangeran itu.

"Tidak!" tolak Jullie dengan histeris.

"Lihatlah sekelilingmu! Kau sudah kalah! Apakah kau belum sadar juga?" omelku.

Dengan cepat, Pangeran Alastair menahan tangan Jullie yang hendak menggoreskan pisaunya pada leher Scars. Untungnya tenaga pangeran itu cukup kuat untuk menahan Jullie.

Yang membuatku cukup terkejut adalah—Jullie tidak melakukan perlawanan. Ia membiarkan Pangeran Alastair merebut Scars dari cengkramannya. Jullie tampak menyembunyikan penyesalannya dengan memasang senyum canggung.

"Ah ... seharusnya aku tahu akhirnya akan seperti ini," katanya kemudian sambil menyodorkan kedua tangannya pada Landon sehingga membuat Mason menatapnya bingung.

"Hei, anak muda, cepat ikat kedua tanganku atau aku akan melarikan diri," kata Jullie.

"Tanpa kau suruh pun juga akan kulakukan." Mason kemudian mengikat kedua tangan Jullie dengan kencang.

Aku ingin sekali mengobrol dengan Scars, tetapi pikiranku berubah saat aku melihatnya berada dalam pelukan sang pangeran. Pangeran Alastair terlihat lega ketika Scars berada dalam pelukannya. Aku tidak ingin mengganggu mereka—apalagi mencuri dengar obrolan mereka. Akhirnya, aku membantu Mason dan ksatria lainnya membawa ketiga buronan itu keluar dari rumah ini.

Aku menghentikan langkahku dan berdiri di samping Landon yang masih saja menyaksikan gadis yang katanya, ia sayangi, sedang berada dalam pelukan sang pangeran. 

"Apa yang kau rasakan sekarang?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Lega," jawabnya ragu.

"Kenapa begitu?"

"Yah, karena kau tahu, ia sudah bersama seseorang yang dapat melindunginya dan menjaganya dengan baik." Landon melirik ke arahku untuk sesaat. "Padahal aku sudah berjanji untuk menjaganya,"

"Hei, jangan menyalahkan dirimu. Bukankah yang terpenting sekarang ia sudah aman?" 

"Ya, kau benar."

Mendengar jawabannya itu berhasil membuatku terdiam dan menyunggingkan senyuman kecil. Aku menepuk punggungnya dengan pelan sebelum aku pergi meninggalkannya yang masih asyik memandangi gadis kesayangannya itu.

Pangeran Alastair menggendong tubuh Scars keluar rumah. Semua perhatian tertuju pada mereka. Wajah Pangeran Alastair yang tadinya terlihat muram kini berubah. 

Kami kembali ke istana dengan mengendali kuda sedangkan Jullie dan anak buahnya yang sudah diikat kedua tangannya itu dipaksa untuk berjalan mengikuti kami menuju istana. Mereka tidak bisa kabur karena sebagian dari kami ikut berjalan untuk menjaga agar mereka tidak bisa lari.

Sama seperti saat kami berangkat, orang-orang berhamburan keluar rumah untuk menyaksikan kami. Mereka bertanya-tanya satu sama lain, tetapi tentu saja belum ada satu orang pun kecuali kami yang mengetahui sesuatu mengenai kejadian ini.

Aku bersyukur akhirnya Jullie dan anak buahnya berhasil ditangkap karena dengan ini, Scars akan dapat lebih mudah untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

***

Mereka membawa Scars ke dalam ruang kesehatan di istana. Aku ingin duduk di samping Scars, tetapi sudah ada Pangeran Alastair dan yang lainnya menjaganya jadi aku memutuskan untuk duduk di taman istana.

"Kau tidak ikut? Scars sudah sadar," tanya Landon.

Aku menggeleng lalu menjawab, "Duluan saja. Aku sedang ingin sendiri." 

Landon pun mengerti dan langsung pergi meninggalkanku sendiri. Yah, meskipun bukan itu alasanku yang sebenarnya. 

Aku memandangi pepohonan yang dahan-dahannya tertimbun salju. Aku selalu menyukai pemandangan ini. Warna putih yang mendominasi seakan membuatku berada di dunia yang berbeda. Tidak peduli dengan suhunya yang dingin. 

"Megan!" panggil Scars ketika ia melihatku. Aku langsung bangkit dari tempat duduk.

"Tuan putri ....," kataku sambil membungkuk.

"Tidak usah membungkuk seperti itu, Megan." Ia menyuruhku untuk berdiri dengan tegap. Ia kemudian memelukku dan berbisik, "Terima kasih."

Aku membalas pelukannya sambil tertawa kecil. "Kau dan Pangeran Alastair benar-benar cocok," kataku kemudian.

"Eh?"

"Ayolah! Jangan berpura-pura. Aku tahu kau memiliki perasaan untuknya,"

"Jangan bercanda ... Aku tahu pangeran itu menyukai Diana," katanya sambil memalingkan wajahnya dariku. Ia terlihat sangat lucu membuatku tidak tahan lagi untuk tertawa.

"Biarkan sang pangeran sendiri yang menjelaskan," kataku sambil melihat seseorang yang berdiri di belakang putri itu. 

"Kurasa aku harus pergi," kataku lagi sebelum berjalan meninggalkan mereka berdua.

Scarlett (Book Two) : Winter SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang