Bonus Chapter: Winter

401 27 0
                                    

Surat itu merupakan surat kedua yang aku terima dari Scars

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Surat itu merupakan surat kedua yang aku terima dari Scars. Awalnya, kami tidak diperbolehkan untuk berkirim surat, tetapi berkat persetujuan Raja, aku dan Scars sudah bertukar pesan selama empat bulan terakhir. Suratnya membutuhkan dua minggu untuk sampai karena aku sedang berada di wilayah Kerajaan Cleague.

Scars memang menginginkanku untuk menjadi kesatria pribadinya, tetapi hal itu hanya bisa dicapai jika aku berhasil menyelesaikan misi ini, menangkap sang pencuri dan mengembalikan pedang kristal yang merupakan simbol persahabatan dari lima kerajaan yang disimpan di Istana Cleague. Semua kerajaan mengirimkan satu tim sebagai perwakilan untuk merebut kembali pedang yang dicuri itu. Raja dan Ratu Arabella mengutus Tim Lilac untuk menyelesaikan kasus ini. Kebetulan sekali, aku adalah salah satu anggota Tm Lilac yang dipimpin oleh Landon.

Aku menulis balasan untuk Scars di bawah cahaya lilin. Kami terpaksa bermalam di sebuah rumah kosong tanpa listrik, jadi lilin dan lentera adalah penyelamat kami saat hari mulai gelap. Usai menulis, kutumpahkan lelehan lilin ke atas amplop untuk menyegelnya.

Aku keluar dari kamar untuk menemui Goso dan memberikan surat ini. Rumah ini memiliki empat kamar, Karena tidak cukup untuk lima regu, maka kami membuat kamp dan setuju untuk menggunakan kamar secara bergiliran setiap satu minggu. Aku sekamar dengan Kei dan Yuan. Mereka membiarkanku menempati ranjang sementara mereka tidur di atas lantai yang dialasi selimut tebal.

Kututup pintu kamar dengan hati-hati agar tidak membangunkan Kei dan Yuan. Goso sudah menunggu di luar rumah dengan teh panas dan selimut yang menutupi punggungnya. Begitu ia melihatku, senyumnya merekah.

"Seperti biasa," ucapku sambil memberikan surat.

Goso meletakkan cangkirnya dan mengambil suratku untuk dimasukkan ke dalam tasnya.

"Terkadang, aku iri padamu. Aku juga ingin mendapat surat dari sang Ratu," candanya.

Goso melepaskan selimutnya lalu berdiri. Ia mengenakan kembali sarung tangan dan topi lusuhnya.

"Apa kau tidak ingin bermalam di sini?" tanyaku.

Ia menggeleng. "Aku tidak akan membiarkan sang Ratu menunggu lebih dari dua minggu,"

Aku tertawa. Bertemu dengannya adalah salah satu hal favoritku selama menjalankan misi ini. Rasanya seperti liburan. Menjadi kesatria tidak sesederhana yang kupikirkan. Banyak hal yang perlu ditangani dan hidup beberapa orang tergantung pada apa yang aku lakukan. Jika aku ceroboh sedikit saja saat misi pertamaku, gadis itu akan mati di tangan sang pembunuh. Jika aku tidak berpikir kritis saat ini, aku tidak akan menemukan sang pencuri.

Goso melambaikan tangannya padaku sebelum mengayunkan tali yang tersambung pada kudanya. Aku membalasnya dengan senyuman lebar yang kemudian menghilang saat kereta kudanya tidak lagi terlihat.

"Kau terlihat begitu bahagia setiap dia berkunjung,"

Aku melihat ke samping. Landon bersandar di dinding sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Kepalanya ditutupi kupluk berbahan wol. Mata cokelatnya tertuju padaku dan senyumannya merekah. Empat tahun lamanya aku bertarung bersamanya, tetapi tidak juga diriku terbiasa melihat hangatnya senyuman itu. Jantungku selalu saja dibuat berdebar.

"Rasanya seperti dikunjungi teman lama. Yah, walaupun aku pernah membohonginya dulu," balasku.

Landon berjalan ke arahku sambil tertawa. "Bukankah seharusnya kau sudah tertidur sekarang?"

"Landon, umurku delapan belas dan kau bukan ibuku,"

"Mungkinkah kau merasa tidak nyaman satu kamar dengan Kei dan Yuan?"

Aku menggeleng. "Tidak. Kasurnya nyaman dan hangat. Aku merasa bersalah melihat mereka berdua tidur di atas lantai."

Landon menggaruk kepalanya. Kecanggungan di antara kami saat ini membuatku ingin mengubur diri di bawah salju dan meninggalkan semuanya. Namun, tidak mungkin aku melakukan hal itu kalau aku ingin menjadi kesatria pribadi Scars dan menjaga reputasiku di depan seseorang yang kukagumi.

"Sebaiknya aku ... aku harus istirahat,"

"Sampai jumpa,"

"Ya, sampai jumpa."

Aku melangkah ke dalam kamar cepat-cepat sambil menunduk. Akhir-akhir ini kami jarang berbincang karena posisinya sebagai ketua yang tentunya disibukkan oleh berbagai hal. Aku hanya bisa menemuinya dan bicara dengannya saat larut malam dan saat itu, aku sudah tertidur.

Seiring hari berganti, wajah Landon tampak lelah. Kantung matanya bertambah dan rambut acak-acakannya disembunyikan di bawah kupluk. Tidak jarang terdengar suara helaan napas yang panjang saat kami sedang istirahat bersama keluar dari mulutnya. Ingin rasanya aku mendatanginya dan berkata, "Kau tidak perlu menanggung beban ini sendirian."

Kutarik selimut hingga leherku. Kutatap jaring laba-laba yang menghiasi langit-langit kamar sambil terbayang wajah Landon yang disinari matahari musim panas waktu itu.

Scarlett (Book Two) : Winter SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang