Chapter 8

592 46 33
                                    

          Pagi ini ku sibukkan diriku dengan berolahraga. Hanya ini satu-satunya aktivitas yang bisa membuatku melupakan masalahku. Seperti apa yang di katakan Mami Trisya, melakukan suatu kegiatan yang dapat membuat kita lupa walau sesaat.

      

    Sudah cukup berlari-lari kecil di pekarangan Rumah, aku berniat keluar. Ku dengar saat aku mulai menjauh Trisya meneriaki namaku, tanpa menoleh dan menjawab, aku terus berlari, hingga taada lagi ku denger suaranya memanggilku.

   Aku ingin sendiri tanpa Trisya dan siapapun.

  Aku ingin tenang tanpa beban dan masalah.

    

Matahari mulai menampakkan sinarnya. Aku berhenti di taman. Ku lihat banyak sekali orang disini dengan kegiatannya masing-masing, tetapi taada satupun yang ku kenal.

  Aku melihat sekelilingku taada seorangpun penjual minuman,  atau air mineral. Kurasa di tempat ini memang tidak di perbolehkan untuk berjualan, terlihat dari taman ini bersih tanpa ada sampah plastik atau jajan-jajanan lainnya. Beruntung ku lihat di ujung sana ada kursi besi panjang yang kosong.

  Aku bisa beristirahat sebentar menghilangkan lelahku, walau sepertinya sulit tanpa air yang membasahi tenggorokanku yang mengering.

      

Di kursi besi ini, ku pejamkan kedua mataku menikmati sinar matahari yang semakin lama menyengat tubuh. Ku rasakan seseorang duduk di sampingku. Aku enggan menoleh, karna aku tak mungkin kenal dengan orang-orang di sekitar sini.

"Ellen.."

  Seseorang memanggil namaku dengan lembut, terdengar dari arah sampingku. Tapi siapa orang ini? seperti tak asing dengan suaranya, akhirnya aku membuka mataku dan menoleh ke samping.

Mataku membulat melihat Ega hanya berjarak beberapa senti dariku. Mengapa dia berada disini? Ataukah aku hanya beralusinasi?

"Ellen?"

  Tidak, aku tak mungkin beralusinasi, suara itu nyata terdengar, dan Ega benar-benar di depan mataku.

"Ya,"  Aku tercekat, sulit ku rasa berkata, apalagi tenggorokanku semakin kering.

"Pagi ini memang hari yang pas untuk berolahraga kan?"

   Aku benci berbicara dengannya karna aku, gugup. Kenapa? Ok Ellen. Enjoying, ok.

"Hmm," Aku hanya menjawab singkat.

"Kau terlalu irit berbicara sekarang, ada apa?"

"Bukan urusanmu."

"Anggaplah aku orang baru, Ellen! lupakan yang lalu, tak ada gunanya di ingat-ingatkan?"

"Kau jangan bermimpi berada di ingatanku, terbesit namamu walau selintaspun tidak pernah"
 
Ok, kalian tahu pasti, bahwa yang ku katakan ini bohong, tapi please, bantu aku seakan benar-benar telah melupakannya.

"Waw, itu bagus. Berarti kau tak perlu sungkan untuk berteman denganku kan?"

"Stop. Jangan pernah berharap untuk berteman denganku walau kita patner kerja. Kenapa kau di sini?"  Aku mulai muak dengan keadaan yang seperti ini.

"Aku? Disini? Haha, pertanyaan apa itu Ellen? Jelas-jelas aku di sini untuk bersamamu, untukmu."

"Berhenti gila Ega. Ku tanya kenapa kau di sini? Kenapa kau selalu mengikutiku? Aku muak melihatmu! Aku benci melihatmu!"

   Aku beranjak berdiri, masih menatap kearahnya dengan tatapan marah. Se-enaknya dia berkata "untuk bersamaku, dan untukku"  apakah dia tidak berpikir bahwa kata-katanya itu hampir meracuniku?

Move On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang