"Ellen kau mau kemana?"Dheg..
Aku merasakan jantungku seakan berhenti berdetak. Saluran napasku seakan terbendung batu besar. Aku sangat sulit bernapas.
"Hei, ada apa?" Katanya lagi.
Aku memejamkan mataku mencoba menarik napas sedalam-dalamnya dan menghembuskan perlahan. Begitu ku ulangi sampai berkali-kali sampai sampai Ega terlihat bingung dengan apa yang aku lakukan.
Aku mengabaikan perkataan Ega dan menarik Koperku yang sudah selesai ku kemas menuju keluar rumah. Langkah kaki di belakangku yang tak lain adalah Ega mengikutiku sambil berlari kecil mengejarku.
"Ellen kau mau kemana?" Tangannya mencoba mencegahku tapi langsung ku hempaskan.
"Ega, aku harus pergi!"
"Pergi? Kau akan pergi kemana? Tunggu aku, aku belum berkemas."
Langkah kakiku berhenti tepat di sebrang jalan raya. Ega tampak ngos-ngosan berada di sampingku. Ku hadapkan diriku menatap wajahnya yang sedikit berkeringat.
"Aku akan pergi meninggalkanmu selama-lamanya. Tak ada lagi nostalgia. Aku hanya mencintai Ferel, cuma Ferel, hanya Ferel dan untuk Ferel!" Ucapku dengan tegas bersamaan dengan air mataku yang menetes.
"Ellen, aku mencintaimu!" Katanya dengan panik. Tangannya mencoba menggenggam tanganku, tapi selalu ku lepaskan.
"Tolong Ega, jangan meracuni pikiranku lagi, aku tetap akan pergi. Aku percaya hanya Ferel yang dapat membuat ku bahagia."
Sebuah Taxi melintas di depanku. Aku langsung melambaikan tangan dan berlari masuk saat Taxi itu berhenti. Tak ada tolehan untuk yang terakhir kalinya. Tak ada kata perpisahan yang manis. Aku pergi begitu saja meninggalkan Ega. Terakhir kali aku melihat wajahnya sebelum berlari menuju Taxi, ia begitu sedih. Matanya berlinang.
Aku tak tahu ia menangis karena bersedih atau bahagia, karena aku tak perduli. Mungkin saat ini Ega telah kembali ke khos Bella untuk mengkemasi barang-barangnya dan pergi pulang ke Rumahnya. Semoga Ega tidak mengejarku sampai ke Amerika. Semoga Ega dapat melupakanku. Semoga Ega cepat menemukan penggantiku.
Taxi membawaku menuju ke Bandara. Saat ini pikiranku sangat kacau. Ada sedikit kasihan kepada Ega yang ku tinggalkan begitu saja tanpa meminta persetujuannya.
Tapi aku yakin keputusanku adalah yang terbaik. Aku harus Move On dari Ega. Tidak ada Nostalgia atau masa lalu, karena yang lalu biarlah berlalu. Dan semua yang telah kita lewati biarkan menjadi sebuah pelajaran. Begitulah yang sering ku dengar.
Sekarang hanya ada masa depanku bersama Ferel dan hidup bahagia bersamanya.
Tuhan, semoga langkah yang ku pilih adalah benar. Bantu aku Tuhan, berikan pikiran yang jernih untukku agar aku tidak salah dalam mengambil langkah.
************
Aku telah tiba di America. Buru-buru aku langsung mencari Taksi menuju Rumah Ferel dan Trisya, lebih tepatnya Rumah calon keluarga baruku. Taksipun meluncur membawaku ke depan Rumah besar milik orang tua Ferel. Setelah ku bayar tagihan Taksi itu, aku masuk kedalam halaman Rumah bersama dengan koper dan barang-baranhku yang lain.
Riasan bunga sudah banyak ku lihat di sekelilingku. Syukurlah, itu berarti pertunanganku akan tetap di laksanakan walau aku sempat melangkah ke tempat yang salah. Tinggal menunggu waktu yang tidak akan lama lagi, yaitu pertunanganku akan di mulai selama dua hari lagi.
Tepat di depan pintu besar yang berwarna keemasan itu aku berdiri menekan Bel. Suara derit pintu yang terbuka membuat aku sedikit tegang. Di hadapanku Trisya berdiri tegak dengan kecantikannya yang menawan seperti biasa. Dengan spontan aku memeluk tubuh langsing itu. Bau harum tubuh Trisya dapat menenangkanku seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (TAMAT)
RomanceDia datang lagi setelah hampir setahun aku berusaha melupakannya. Membuat kenangan dulu kembali terngiang di ingatanku. kenapa harus sekarang? disaat hatiku masih belum bisa menentukan siapa yang terbaik untukku. aku harus memilih 2 lelaki yang sama...