Chapter 23

348 16 4
                                    

Pagi-pagi sekali Bella membangunkanku, rasanya aku belum puas tertidur karna perjalanan panjangku tadi malam dengan Ega. Bella menarik tanganku ke belakang komplek koshannya, ia tidak perduli dengan mataku yang setengah tertutup.

"Bella, kenapa kau menarik tanganku?" Bentakku, aku sangat marah padanya saat ini.

Tiba-tiba mata Bella melotot marah, "Apa kau sudah gila? Pertunanganmu tinggal sebentar lagi, sementara kau masih tenang-tenang dengan pria lain. Kau kemarin berkata padaku bahwa kau akan pulang kemarin malam. Tapi kenapa kau malah berubah pikiran?"

Bella mengomel panjang lebar. Jantungku seakan ditikam beribu pisau saat mendengar kata-katanya yang menusuk. Dan aku baru kepikiran dan merasa sangat gelisah saat ini.

Bagaimana ini? Bagaimana cara menjelaskannya? Sementara aku sendiri tidak tahu mana pilihanku. Kembali apa menetap disini?

Aku terdiam cukup lama, tanganku tak henti memijit pelipisku, tiba-tiba kepalaku berdenyut sakit.

"Kau gila! Kau benar-benar gila! Kau pikir segampang ini menyelesaikan masalah. Berhentilah kekanakan Ellen, belajarlah untuk mengerti orang-orang disekitarmu. Kau pikir mereka tidak khawatir disana? Bagaimana perasaan Ferel disana? Orang tuanya? Saudaranya? Ha?"

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku Bella! Aku tidak tahu apa yang sedang aku pikirkan! Aku benar-benar bingung saat ini!"

Aku menangis dan terduduk ditanah. Rasanya tubuhku sangat lemas. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, kepalaku semakin sakit, dan pikiranku semakin kacau.

Bella yang tidak tega denganku membangkitkanku, lantas memeluk tubuhku dengan kasih sayang. Aku tahu kakakku sangat menyayangiku walau kami kerap kali bertengkar. Aku tahu dia sangat mendukungku, dan selalu ada untukku walau aku sering membuatnya kesal dan marah, dialah kakakku, kakak yang sangat aku sayangi.

Air mataku semakin deras berjatuhan, sementara Bella tak henti menenangkanku dalam pelukannya. Ia menarikku untuk duduk di kursi panjang yang tak seberapa jauh dari kami. Ku sandarkan kepalaku di bahu kakakku masih dengan keadaan menangis.

Bella membiarkan ku menangis sepuasnya, mungkin setelah ini aku akan tenang. Dan tak berapa lama akhirnya aku berhenti menangis. Dan Bella mencoba meluruskan pikiranku.

"Ellen, aku tahu perasaanmu saat ini. Kau selalu mengambil langkah tanpa pikir panjang, jangan sampai kau menyesali perbuatanmu itu. Coba tenanglah dalam mengambil keputusan, jangan gegabah, cobalah untuk memikirkan resiko saat kau mengambil keputusan. Sekarang, tenangkan pikiranmu dan cobalah mengambil keputusan melalui hati dan pikiranmu yang jernih. Belajarlah mengikuti kata hatimu."

Aku mencerna kata-kata kakakku, walau belum sepenuhnya ku mengerti tapi setidaknya akan ku coba sekarang. Dengan senggugukan aku berkata, "Kak, aku tak tahu apa yang harus ku lakukan, aku bingung sekali. Aku mencintai Ferel, tetapi jika bersama Ega dengan gampangnya aku melupakan Ferel. Aku mencintai keduanya kak. Aku benar-benar bingung. Tolong bantu aku kak."

"Adikku Ellen, kau tidak memiliki waktu banyak, kau harus memilih secepat mungkin. Kau harus memilih mana yang terbaik untukmu, mana yang bisa membuatmu nyaman dan bahagia. Coba kau pikirkan pelan-pelan, aku yakin kau pasti bisa adikku. Semoga kau memilih yang terbaik untukmu." Bella mengecup keningku singkat, tangannya membelai-belai rambutku.

"Kak, bagaimana caranya? Tolong beri tahu aku!"

Bella tersenyum manis, "Kau bandingkan saja antara Ferel dan Ega. Siapa yang sering menyakitimu? Siapa yang sering membahagiakanmu? Kau harus dapat membanding-bandingkannya. Ya, aku rasa begitu. Karna aku tidak pernah berada dalam cinta segitiga seperti ini. Semoga ini dapat membantumu ya."

Move On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang