Kami bertiga saat ini berada di dalam kosh-an Bella yang terbilang sempit. Hanya ada tiga ruangan yang sangat kecil, ruang tengah yang langsung berdekatan dengan dabur, di samping dapur itu terdapat pintu berwarna grey yang tak lain kamar mandi, dan dekat pintu masuk itu terdapat satu kamar kecil. Tempat yang cukup nyaman untuk di tinggali seorang diri.Aku menyesap teh yang tadi di buat oleh Bella. Teh itu sangat mirip dengan buatan Ibuku, tidak terlalu manis dan tidak terlalu pahit, sangat pas sekali.
"Aku akan pergi ke rumah Ayah. Beberapa hari ini sepulang kerja aku menginap di rumah Ayah," ucap Bella dan beranjak dari Sofa keras yang mereka duduki.
"Hati-hati." Ujarku merasa sedikit khawatir karena ini hampir jam satu pagi.
"Diluar pasti sudah sepi, hati-hatilah! Hubungi aku jika terjadi sesuatu." Tambah Ega membuat Bella tersenyum.
Bella menyambar tas di atas nakas dekat sofa keras itu, lalu tersenyum menggoda, "Seharusnya kalian berdua yang berhati-hati. Apalagi tidak ada aku disini."
"Bella." Aku melotot, tapi Bella hanya terkekeh dan berjalan ke dekat pintu memakai sepatu snekers-nya.
"Ngomong-ngomong apa kalian sudah balikan?"
"Tidak!" Bantahku dengan tegas.
Bella mengangguk mengerti, "Oh, aku mengerti. Baiklah, aku akan pergi! Jangan lupa mengunci pintu nanti, dan kau Ellen," Bella menunjuk ke arahku, "Aku harap kau tidak mengacaukan tempat ini."
Aku tersenyum sinis, "Baiklah."
Setelahnya Bella pergi meninggalkan aku berdua dengan Ega di kohs-an sempit itu.
Aku merenggangkan otot-otot tubuhku yang terasa sangat lelah, lalu menatap Ega yang tengah menyandar pada Sofa dengan mata terpejam.
"Aku sangat lelah!" Ujarku, membuat Ega membuka matanya menatap ke arahku.
"Aku pun begitu. Masuklah ke kamar, Bella! Aku akan tidur disini." Ega berpindah posisi meringkuk di sofa keras itu.
Aku tersenyum kecut, tidur di posisi itu sangatlah tidak enak. Tapi aku membiarkan Ega, dan memilih masuk ke dalam kamar.
Aku kembali ke Sofa, ditanganku terdapat bandal dan selimut milik Bella.
"Pakailah ini!"
Ega membuka matanya saat aku mengguncang tubuhnya. Dia melihat ke arah tanganku, "Tidak perlu. Kau saja yang pakai! Udaranya sangat dingin."
Aku mengelengkan kepalaku. Tanpa persetujuan Ega, aku mengangkat kepala Ega, dan meletakkan bandal di tanganku. Lalu menyelimuti dengan selimut yang ku bawa tadi.
"Aku tidak perlu itu. Aku akan tidur tanpa bantal, karna tempat tidur Bella lumayan empuk. Di lemari Bella juga terdapat satu selimut lagi yang bisa ku pakai." Ujarku berbohong. Sedari tadi aku mengobrak-abrik isi kamar Bella mencari selimut atau kain yang bisa menutupi tubuh. Tapi tidak ku dapatkan.
"Tidurlah! Kau sangat mengantukkan?"
Aku mengangguk sebagai jawaban. Ega tersenyum dan memejamkan matanya kembali. Untuk sesaat aku menatap wajahnya yang cukup tampan, dia adalah lelaki yang tengah masuk ke relung hati ku yang paling dalam.
Aku langsung menggelengkan kepalaku mengusir pikiran aneh dari otakku. Dengan sedikit senyum aku berbalik berjalan ke kamar Bella. Saat tanganku membuka knop pintu, suara serak dari arah belakang membuatku repleks balik badan.
"Selamat malam, Ellen. Mimpi indah, I Love You."
Aku merinding menatap Ega. Hatiku berdesir hebat, sementara Ega kembali memajamkan matanya meringkuk di balik selimut. Dengan wajah malu merona aku berbalik membuka pintu di depanku dan buru-buru menguncinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (TAMAT)
RomanceDia datang lagi setelah hampir setahun aku berusaha melupakannya. Membuat kenangan dulu kembali terngiang di ingatanku. kenapa harus sekarang? disaat hatiku masih belum bisa menentukan siapa yang terbaik untukku. aku harus memilih 2 lelaki yang sama...