Dengan langkah gontai Ega berjalan mendekati Ellen yang masih belum berhenti menangis, tapi sudah tidak se histeris tadi. Matanya menatap tangannya yang berlumuran darah yang mulai mengering. Dia sekarang adalah seorang pembunuh. Ia berhasil membunuh Ferel hanya karna gadis di depannya yang bukan merupakan cinta pertamanya."Hahahahhahahah." Ega tertawa seperti orang gila melihat nasipnya sekarang. Lalu tiba-tiba saja tawanya berhenti, matanya menatap tajam ke arah Ellen.
Ellen yang di tatap bergidik ngiri, ia tidak bisa melakukan apa-apa saat ini. Ia hanya berharap semoga pertolongan akan segera datang.
"Kau," Ega menunjuk ke arah Ellen, "kau akan jadi milikku sekarang, tidak ada yang bisa menyelamatkan mu disini. Hahahaha." Ega merunduk menatap manik mata Ellen, namun Ellen menghindar.
"Jangan takut sayang, sekarang hanya kita berdua disini, kau dan aku. Yah, sayang sekali tidak ada seseorang yang akan menikahkan kita." Tangan Ega membelai wajah Ega.
"Kau begitu sangat mencintainya? Sampai-sampai kau berusaha melepas kain yang menyumpal di mulutnya hanya untuk meneriaki namanya. KENAPA?" Teriak Ega tiba-tiba sambil memegang kedua sisi pipi Ellen, seperti mengangkatkan wajahnya untuk melihat kearahnya.
"KENAPA KAU BEGITU MENCIBTAINYA? KENAPA TIDAK AKU YANG SUDAH MAU BERUSAHA BERUBAH UNTUKMU BRENGSEK!!" Ega melepas wajah Ellen dengan kasar membuat siempunya meringis akibat luka tamparan yang masih membengkak disudut bibirnya.
"Baiklah, mari kita akhiri ini semua." ujar Ega, lalu Ega berjalan kebelakang mengambil pisau yang tadi ia gunakan membunuh Ferel lalu berjalan mendekati Ellen yang semakin ketakutan.
"Kau dan aku akan bertemu di surga." Saat pisau itu sedikit lagi akan mengenai perut Ellen, tiba-tiba suara mobil polisi membuat Ega memberhentikan aksinya. Ia bingung tak tentu arah. Jalan satu-satu yang ada dipikirannya adalah melarikan diri.
Diluar ada Trisya bersama papinya dan segerombolan polisi. Saat selesai bertelponan dengan kakaknya ia iseng-iseng melacak keberadaan kakaknya dari Gps handphone miliknya. Saat kakanya memutar balik arah dan tidak kembali kerumah seperti yang ia katakan ia langsung berlari menemui papinya. Meraka langsung berangkat menuju lokasi setelah menghubungi polisi.
"ELLEN!!!" Panggil Trisya saat memasuki gedung dengan beberapa polisi.
Ellen yang mengenali suara itu langsung bersyukur di dalam hati.
"DISINI!" Jawab Ellen. Ia sendiri tidak tahu letak keberadaannya saat ini. Karna saat ia dibawa ia dalam keadaan pingsan.Mata Trisya melotot tak percaya melihat pemandangan di depannya. Kakinya lemas hingga ia jatuh terduduk. Di hadapannya kakaknya tergeletak tak berdaya. Ia memejamkan matanya dan air matapun mengalir dengan derasnya.
Ellen yang kini telah terbebas membantu Trisya berdiri. Saat ini tubuh Ferel sedang ditangani polisi.
********
8 Bulan kemudian.
Seorang wanita paruh baya memperhatikan seorang gadis yang beberapa bulan belakanga ini selalu menyendiri di ayunan depan rumahnya. Ia menyeka air matanya yang jatuh begitu saja mengingat perjuangan gadis itu. Ia paham dan mengerti apa yang dirasakan gadis itu saat ini. Bahkan anak perempuannya pun melakukan hal yang sama, lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya dari pada di luar seperti biasa. Anaknya yang tegar dan selalu ceria kini telah hilang tergantikan dengan anaknya yang selalu melamun dan menangis.
Tapi semoga kepedihan yang selama ini mereka rasakan akan segera berakhir. Nanti malam adalah keputusan yang akan mereka terima dengan lapang dada, baik itu buruk maupun baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (TAMAT)
RomansaDia datang lagi setelah hampir setahun aku berusaha melupakannya. Membuat kenangan dulu kembali terngiang di ingatanku. kenapa harus sekarang? disaat hatiku masih belum bisa menentukan siapa yang terbaik untukku. aku harus memilih 2 lelaki yang sama...