Saat ini aku berada dalam Taksi yang akan membawaku bertemu dengan Stella. Setelah menghabiskan waktu dengan Ferel, aku terburu-buru mengganti pakaian. Hingga saat ini aku memakai baju atasan yang seperti tangtop, tapi sedikit terbuka. Wajahku hanya berpoles bedak dan sedikit make up.
Berulang kali aku melirik kearah diriku sendiri. Apakah aku pantas mengenakan ini? Aku sedikit malas mengenakan gaun karna kupikir terlalu berlebihan jika hanya menghadiri kepergian Ega.
Ya, ternyata Ega hanya membuat kontrak kerja dalam jangka pendek. Dia hanya menulis artikel untuk satu buah lukisanku saja, tidak semuanya. Berita ini membuat ku kegirangan sekaligus sedih. Entahlah apa yang ada dalam pikiranku.
Terkadang aku ingin melihatnya, bersamanya, menemaninya, dan mengobrol banyak dengannya.
Tapi, terkadang aku berpikir harus menjauhinya. Dan berakhirnya kontrak kerja ini membuat semua sesuai dengan keinginan.
Cukup lama aku bergulat dengan pikiran ku, akhirnya aku tiba di gedung. Ku bayar tagihan Taksi dan melenggang masuk ke dalam.
Saat pintu besar itu benar-benar terbuka di dalam hanya ada Ega dan Stella yang ku lihat. Mereka mengarah menatapku, membuat aku jadi..gugup.
Aku duduk bersebelahan dengan Stella, sekali lagi ku arah kan pandanganku di sekeliling ruangan tak ada siapapun. Pendengaran ku-pun ikut ku tajamkan, tapi tak ada suara orang lain.
Kemana yang lain? Bukan kah ini hari perpisahan patner kerja?
Biasanya Stella akan
mengadakan party kecil-kecilan jika ada yang selesai menjalin kerja sama dengannya. Apa Ega tidak jadi pergi?"Ada apa Ellen? Kau mencari sesuatu?"
Aku langsung mengarah menatap Stella saat mendengar pertanyaannya. Dia menyadariku yang terlihat bingung.
"Kemana yang lain? Bukankah kau biasa membuat party?"
"Haha, tidak untuk kali ini. Atas permintaan mantan patnermu aku jadi tidak membuat party atau hal semacam yang lainnya. Aku terus memaksa, tapi dia keras kepala!"
Apa lagi rencana Ega sekarang? Apa aku terlihat bodoh disini? Tuhan aku tak ingin berada dalam posisi seperti ini.
"Aku tak suka keramaian, makanya aku menyuruh Stella membatalkan party nya. Tapi jika kau menginginkan kita bisa pergi ke cafe kofee di dekat sini. Sebelumnya aku pernah pergi kesana, dan aku tertarik ingin mencoba lagi." Ujar Ega membuka suara.
Aku muak dengan lelaki kadal ini. Apa dia bilang? Aku menginginkannya? Sadarkah ucapannya adalah ucapan yang memuakkan. Aku tau recanamu Ega, sebisa mungkin aku tak boleh terjebak lagi. Tak akan.
"Sebenarnya aku..."
"Tak apa, ayo kita berangkat!"
Sial laki-laki brengsek ini tak membiarkanku berbicara, bahkan meminta pendapatku pun tidak.
Stella bangkit diikuti oleh Ega. Aku beranjak dengan terpaksa. Rasanya aku ingin menikam Ega dari belakang. Agar dia mati, dan aku bisa tertawa lepas. Tapi memang tidak bisa segampang itu, aku akan membusuk di penjara. Aku masih waras untuk tidak membunuhnya.
Stella lebih dulu masuk kedalam mobilnya di ikuti Ega, setelahnya aku. Stella yang mengemudi, sedangkan si-kadal ini dengan tidak tau malunya duduk di sebelahnya.
Berulang kali aku menghembuskan napas berat, aku hampir habis kesabaran. Jika sampai terjadi, aku tak tahu harus bagaimana. Yang pasti semua akan menjadi buruk.
Selama perjalanan ini rasanya membosankan untukku. Tapi tidak dengan dua makhluk di depanku. Mereka seperti sepasang kekasih, yang menyangka bahwa dunia milik mereka berdua. Hanya sekedar menoleh ke arahku pun tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (TAMAT)
RomanceDia datang lagi setelah hampir setahun aku berusaha melupakannya. Membuat kenangan dulu kembali terngiang di ingatanku. kenapa harus sekarang? disaat hatiku masih belum bisa menentukan siapa yang terbaik untukku. aku harus memilih 2 lelaki yang sama...