Dengan dua cangkir kopi hangat di tangannya, Ferel berjalan dengan senyum sumrigah. Kopi itu akan ia berikan kepada kekasih hatinya tercinta. Namun saat telah sampai Ferel menjadi bingung, Ellen tidak ada di tempatnya.
"Sayang?" Panggilnya, matanya mengedar ke seluruh penjuru lalu berhenti ke satu titik, ada kemejanya yang terjatuh di bawah rerumputan hijau.
Panik, pikiran Ferel menerawang jauh. Tidak mungkin Ellen meninggalkannya begitu saja, pasti ada sesuatu yang terjadi padanya. Ferel mulai berlari mencari kesana-kemari, dua cangkir kopi yang ada di tangganya ia buang begitu saja. Ferel terus meneriaki nama Ellen, namun orang yang di cari nya tidak menyahut. Saat sedang berjalan ke dekat pasar, kaki Ferel menginjak sesuatu. Itu adalah sepatu milik Ellen. Dengan perasaan campur aduk Ferel memungut sepatu itu dan langsung berlari menuju mobilnya, ia yakin Ellen masih ada di sekitar situ.
"Sial!!" Umpat Ferel, " Ya tuhan, dimana kau Ellen."
Ferel memukul gagang setir prustasi. Ia tidak menemukannya walau ia telah berkeliling selama hampir 2 jam. Ia sangat takut jika Ellen sampai kenapa-napa. Ferel juga telah mengabari keluarganya dan mereka sangat syok termasuk Trisya. Ia benar-benar khawatir dan merutuki kakaknya yang tidak bisa menjaga sahabatnya dengan benar.
Papi Trisya mengerahkan orang-orang yang berpengaruh disana untuk mencari calon menantunya. mereka berharap semoga Ellen dapat di temukan.
Suara dering telpon membuat Ferel menepikan mobilnya.
"Ada apa dek?"
"Mami pingsan kak. Bagaimana ini? Besok acara akan dimulai, semua undangan sudah tersebar. Tidak mungkin acara ini di batalkan."
"Kau tenanglah, kita pasti bisa menemukan Ellen secepatnya?"
"Tapi bagaimana jika Ellen terluka?"
"Syut... Jangan pernah berpikiran yang tidak-tidak. Kau berdoa saja semoga semua baik-baik saja."
"Iya kak, cepat pulang. Mami me manggil-manggil nama kakak."
"Kakak sedang menuju kesana."
Setelah telepon mati Ferel kembali ke kenyataan, bahwa kekasihnya telah hilang. Dan dia sebenarnya sangat khawatir, namun ia mencoba tenang.
saat sedang menyetir Ferel mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenal. Dan saat membacanya Ferel langsung mengerem mobilnya dengan mendadak dan membanting setir memutar arah.
Ferel melajukan mobilnya seperti orang yang kesetanan. Bagaimana tidak ia telah men dapatkan keberadaan Ellen. Orang itu mengirimkan alamat lengkap beserta foto Ellen yang terikat di sebuah kursi.
Saat telah sampai Ferel langsung menabrak pagar tua di gedung itu. Gedung kumuh yang mungkin sudah puluhan tahun tidak di tempati. Orang yang membawa Ellen kesini pastilah penjahat kelas kakap dan mungkin memiki banyak kawanan. Namun Ferel tidak goyah maupun takut, yang ada di pikiran nya saat ini adalah Ellen. Gambar Ellen yang terkulai dan tak berdaya membuat Ferel semakin panas dan marah.
Ferel menendang pintu gedung sehingga menimbulkan suara yang menggema. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disana. Mata Ferel menatap kearah tangga besi yang menjulang tinggi, tangga itu mengarah ke puncak gedung itu. Dengan berhati-hati Ferel menaiki tangga hingga sampai kepuncak gedung. Hal pertama yang dilihatnya adalah Ellen dengan tangan terikat di belakang kursi dan mulut yang tersumpal kain.
"Ellen?" Panggil Ferel. Orang yang di panggil tidak meresponnya seperti sedang tertidur.
"Hahahaha.........." Suara tawa yang menggema membuat Ferel waspada. Tiba-tiba dari arah samping muncul seseorang dengan membawa kayu di tangannya. Orang itu mengenakan pakaian serba hitam dan topeng kain berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (TAMAT)
RomanceDia datang lagi setelah hampir setahun aku berusaha melupakannya. Membuat kenangan dulu kembali terngiang di ingatanku. kenapa harus sekarang? disaat hatiku masih belum bisa menentukan siapa yang terbaik untukku. aku harus memilih 2 lelaki yang sama...