Beberapa tahun kemudian."Sayang ayo buruan,"Teriak Ellen dari bawah.
"Sebentar." jawab Ferel dari lantai atas. Lalu ia turun mengenakan jas senada dengan Ellen.
"Sebentar lagi acara akan di mulai, kita akan terlambat. Jika tau akan seperti ini lebih baik ngikuti kata mami tidur di sana saja." Gerutu Ellen kesal dengan wajah mayun.
"Tapi tidak enak, tidak bisa berduaan dengan kau." Ferel mulai menggoda dan itu malah membuat Ellen bertambah kesal.
"Ya tuhan. Pertunangan Trisya 30 menit lagi di mulai Ferel."
"Haha maaf kan aku. Oh ia dimana Afka?" Ferel mengedar pandangannya mencari anak lelakinya yang berusia 5 Tahun.
"Afka?" Teriak Ellen memanggil Afka.
"Bukannya tadi Afka denganmu?"
"Ia Afka memang bersama ku tadi, tapi dia tadi disini." Ellen menunjukkan sofa yang penuh dengan mainan Afka.
"Daddy, mama..." Afka berlari menghampiri kedua orang tuanya. Di tangannya ada sebuah tobat dengan model terbaru. Dan Afka sangat menyukai itu.
"Ayo sini sayang." Ferel mendekap Afka membawa anak itu di gendongannya.
"Itu robot dari siapa?" Ellen berseru heran melihat robot baru yang ada di tangan anaknya.
"Loh ia, Daddy tidak pernah membelikan robot itu. Bukannya itu robot baru?" Ferel bertanya lembut pada anaknya.
"Ia. Tadi paman yang memberikannya." seru Afka dengan mata berbinar.
"Paman? Paman siapa?" Tanya Ferel heran.
"Katanya dia teman mama. Dan mama sangat mengenal paman. Pas Afka suruh masuk paman bilang gausah. Dan Afka disuruh sampaikan pesan dari paman untuk Daddy dan mama. Paman bilang, paman minta maaf."
Ellen membulatkan matanya tak percaya dengan penuturan anaknya. Sementara Ferel langsung menurunkan Afka dan berlalu ke luar rumahnya.
Jika benar orang itu seperti yang mereka kira, kenapa ia harus mengganggu anaknya. Apakah di panjara bertahun-tahun tidak membuatnya untuk bertobat.
Ferel mengedarkan pandangan di depan rumahnya tapi tidak ada siapa-siapa. Hanya kesunyian seperti biasa.
Ferel yang memutuskan memiliki rumah sendiripun membeli wisatawa yang penuh dengan pepohonan dan jauh dari rumah-rumah orang itu. Alasannya karna dirinya dan Ellen sangat menyukai tempat itu. Walau tempat itu adalah asal mula musibah menimpa mereka, namun mereka berharap tempat itu pula yang membawa kebahagiaan mereka.
Wisata itu tak banyak yang berubah. Hanya saja telah ada rumah besar di tentang tengah nya. Sementara yang lainnya tetap saja, tidak ada yang di rubah. Ellen sendiri yang meminta dan Ferel menyetujuinya. Jidilah rumah mereka terlihat cantik dengan banyaknya pohon di samping, depan dan belakang rumah. Taman-taman bunga yang berwarna-warni, serta kelinci yang selalu berlarian bebas di taman. Ferel juga membangun rumah untuk kelinci-kelinci yang kelewat banyak. Dan itu membuat anak mereka sangat senang. Pos jaga yang berada dekat pintu masuk hutan juga di biarkan begitu saja. Bahkan kini para penjaga wisata itu telah di bayar untuk menjadi satpam di rumahnya. Menjaga pekarangan rumahnya kalau-kalau ada orang asing yang datang mengingat tempat itu dulu adalah wisata.
Akses ke kota dari rumah Ferel yang sekarang sangatlah jauh. Memakan waktu dua jam lamanya. Bahkan dari rumahnya menuju pasar besar juga lumayan jauh memakan waktu 15 menit.
"Lucas, Aksen..." Ferel memanggil dua orang satpamnya yang mungkin saat ini sedang berada di posnya.
Mendengar panggilan bosnya, dua orang yang bertubuh besar itu berjalan buru-buru mendekat. Dan langsung mendapat amukan dari Ferel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (TAMAT)
RomanceDia datang lagi setelah hampir setahun aku berusaha melupakannya. Membuat kenangan dulu kembali terngiang di ingatanku. kenapa harus sekarang? disaat hatiku masih belum bisa menentukan siapa yang terbaik untukku. aku harus memilih 2 lelaki yang sama...