Chapter 25

297 13 0
                                    

    Akhirnya hari bahagiaku akan segera tiba. Besok adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu, ya besok adalah hari pertunanganku. Hari dimana aku melepas masa lajangku, hari dimana aku tidak bisa hidup sesuai keinginanku, karna aku telah menjadi miliknya walau belum sepenuhnya.

   Jantungku sejak semalam tidak berhenti berdebar-debar, lebih tepatnya aku gugup. Gugup sekali.

   Rumah besar ini menjadi banyak penghuninya, lebih banyak dari sebelumnya, sungguh luar biasa. Bahkan ada yang menginap di apartemen.

    Pukul 8 malam ayahku serta Bella akan tiba disini. Ah tidak bisa ku bayangkan bagaimana perasaan Ayah menaiki pesawat untuk yang pertama kalinya dan dalam jangka waktu ber jam- jam. Dan ini juga pertama kalinya bagi Bella, mungkin. Karna setahuku ia tidak pernah bepergian jauh. Aku hanya berdoa semoga mereka sampai dengan selamat.

Tokk..tokk...tok..

   Suara pintu kamarku yang di ketuk seseorang membuatku tersadar, rupanya sedari tadi aku hanya melamun. Ini sudah jam 9 pagi, dan aku belum keluar  kamar juga. Mungkin mereka khawatir padaku.

Kreeiikk.....

  Saat pintu ku buka seseorang langsung menubruk ke arahku, memeluk ku dengan erat. Aku tersenyum simpul saat mencium wangi parfum yang sangat aku kenal.

  Dengan lembut ku lepas pelukannya, "Ada apa? Kenapa datang ke kamar ku?"

"Kau tahu Ellen, aku sangat rindu, benar-benar merindukanmu. Haa.... Padahal baru tadi malam kita menghabiskan waktu bersama dan aku sudah tidak sabar ingin melihatmu lagi pagi ini." Ferel menarik tangan ku menuju tepian ranjang, "Aku benar-benar sudah gila."


    Aku hanya tersenyum manis melihat tingkah ajaib Ferel yang baru aku ketahui. Aku menggelengkan kepalaku pelan.

"Ada apa kau kesini? Pergilah tidak enak dilihat yang lain!"

"Aku menunggumu di depan sejak 3 jam yang lalu, tapi kau tidak keluar kamar. Karna aku sudah tidak sabar melihat senyum mu," tangannya menoel hidungku dengan lembut, "Jadi ku putuskan menemui mu."


Lagi lagi aku hanya dapat tersenyum, tersenyum karna tingkahnya dan aku mulai menyayangi nya.

"Ayo kita keluar, kau belum sarapan kan?" aku menggeleng menjawab pertanyaan Ferel.

"Kita sarapan bersama!" katanya dengan lembut.

"Kau belum sarapan juga? Kenapa?" Tidak biasanya Ferel tidak ikut sarapan dengan keluarganya yang dimulai pada pukul 7 pagi.

"Karna kau belum sarapan juga. Mulai sekarang aku ingin belajar merasakan apa yang kau rasa, aku ingin kita melalui hari kita terus bersama, melakukan hal yang sama dan saling jujur dan terbuka. Kau tahu kenapa aku ingin menjadi seperti ini?" aku menggeleng tidak mengerti, "Karna aku ingin menjadi suami yang terbaik untuk mu."

  Perkataan sederhananya mampu membuat ku melayang menembus langit, pipi ku terasa terbakar, dan senyumku tiada hentinya mengembang.


**********

  Selesai sarapan Ferel membawaku ke suatu tempat dangan Mobilnya. Padahal Mami serta keluargnya melarang kami untuk bepergian, karena mereka masih percaya pada hal-hal  seperti pamali.

   Katanya tidak boleh keluar rumah untuk sepasang kekasih yang ingin menjalin hubungan seperti tunangan atau menikah jika, hari nya sudah mulai dekat. Mereka harus berdiam dirumah untuk menghindari hal-hal yang buruk yang mungkin terjadi. Aku sih tidak percaya, dan ternyata Ferel juga. Buktinya saat ini kami berdua sedang dalam perjalanan yang entah menuju kemana. Jika tadi ada Trisya, mungkin ia berusaha keras agar kami tidak pergi. Kalian tahu sendiri lah sahabatku itu seperti apa. Sayangnya, ia sudah pergi subuh tadi untuk mengantar undangan pada sahabat-sahabatnya.



Move On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang