Chapter 18

289 16 0
                                    

   Setibanya aku di rumah sehabis dari Cafe itu, aku langsung masuk ke dalam kamar melewati Trisya dan keluarganya yang sedang di ruang Tv. Sekarang ini aku sedang mondar-mandir di dalam kamarku. Aku bingung harus memulainya dari mana.

Lebih tepatnya aku bingung bagaimana caraku memberitahukan kepada Trisya dan keluarganya. Apa Trisya akan mempercayaiku? Entahlah, aku sendiri tidak tau bagaimana sekarang.

   Aku beranjak ke dekat lemariku, disana terdapat banyak sekali pakaianku tersusun rapi. Di sebelah lemariku, lemari punya Trisya yang lebih besar dan pasti lebih banyak isinya dari pada aku.

   Aku mengambil koper hitam di atas lemari. Membuka lemari berwarna abu-abu tua itu, lalu membereskan baju-bajuku ke dalam koper.

Tiba-tiba suara pintu kamar terbuka mengalihkan perhatianku. Trisya tampak keheranan melihat aku sedang berkemas.
"Kau mau kemana, Ellen?"

Aku kembali memasuki pakaianku ketika mendengar Trisya bertanya. Saat ini aku sedang memikirkan jawaban yang tepat. "Aku ingin pulang, Ayahku sedang sakit!" Kataku sambil terus menyibukkan diri dengan baju-bajuku, aku menghindari tatapan Trisya.

"Semoga Ayahmu cepat sembuh ya?" Kata Trisya membuat aku langsung melihat ke arahnya. Dahiku berkerut, kenapa Trisya tidak heboh atau menuduhku seperti biasa? Melihat Trisya diam, aku kembali acuh berjalan ke meja rias mengambil peralatan make up yang akan ku bawa.

"Kau pulang dengan siapa?" Ujar Trisya sambil berjalan mendekatiku, "Aku akan memberitahu kak Ferel agar ia ikut denganmu."

"Itu tidak perlu!" Cegah ku cepat menoleh ke arah Trisya yang berada di sampingku.

"Kenapa? Ferel adalah pacarmu. Dia berhak mengantarmu dan bertemu dengan Ayahmu!"

"Ya..." Aku gelagapan mendapat pertanyaan Trisya, "Aku sudah mendapat tawaran pulang dengan Ega!" Kata ku jujur.

Wajah Trisya tampak shock, "Apa? Kau benar-benar kehabisan akal sehatmu, TIDAK BISA!" Bantah Trisya dengan suara tegas khas miliknya yang tidak bisa di bantah. Aku menelan salivaku dengan susah payah, lalu meraih tangan Trisya memohon.

"Ayolah Trisya, aku benar ingin bertemu Ayahku! Tak ada maksud lain. Tolong mengerti aku!"

"Baiklah," aku berbinar bahagia mendengar persetujuan Trisya. Trisya menghela napas, lalu tersenyum. "Aku mempercayaimu. Tapi ingat, segeralah pulang! Karena pertunangan kalian tinggal seminggu lagi!"

Aku membulatkan mata terkejut,"Apa aku tak salah dengar?"

"Tidak Ellen. Papiku yang memberi usul ini, dan kak Ferel menyetujuinya. Awalnya aku membantah karena belum mendapat persetujuanmu. Tapi karena kau akan pergi bersama Ega ke Jakarta, maka sekarang ku putuskan untuk menyetujuinya."

Aku menggeleng tak percaya dengan yang ku dengar sekarang. Aku berharap aku salah pendengaran atau hal semacamnya. Apa harus secepat itu? Bahkan baru seminggu kami berpacaran dan dalam waktu seminggu lagi kami akan bertunangan.

Gila, ini benar-benar gila. Mereka tak memikirkan perasaanku. Oh, Tuhan! Bantulah aku.

  Trisya tersenyum. Ia meraih tanganku membawaku duduk ke tepian ranjang.

"Kau hanya punya dua pilihan. Pertama, jika kau tidak pergi dengan Ega dan memilih Kak Ferel mengantarmu ke Jakarta, maka dengan senang hati aku meminta Papi untuk memberi waktu sedikit lama kepada kalian untuk bertunangan. Kedua, jika kau bersikeras pergi ke Jakarta bersama Ega, maka aku akan menyetujui permintaan Papi dengan senang hati, kalian akan bertunangan seminggu lagi. Bagaimana? Hm?"

  Bagaimana ini? Apa aku harus menuruti Trisya untuk pergi dengan Ferel dan menolak ajakan Ega yang telah jauh-jauh menjemputku kesini.

"Apa tidak bisa di perpanjang? Ini terlalu cepat, aku belum membicarakan ini dengan Ayahku dan Bella!"

Move On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang