Gaun putih gading dengan mutiara-mutiara pink rose terbalut indah di tubuh Ellen. Gaun tanpa lengan membuat Ellen terlihat lebih cantik. Apalagi gaun itu di rancang khusus oleh Bobby Art perancang busana terkenal di kota itu. Sungguh Ellen tidak menyangka dirinya hari ini bagai seorang putri seperti film yang selalu ia tonton saat Kecil.Pantulan dirinya di kaca semakin menawan saat perias memakai kan bando bunga di kapalanya. Ellen tersenyum manis saat dandanannya telah selesai setelah menunggu 2 jam lamanya.
"Wah cantiknya." Trisya datang menghampiri Ellen yang tersenyum malu. Saat ini Trisya memakai dress berwarna blue drak dengan mutiara-mutiara putih. Mereka sekeluarga memakai warna baju yang sama dengan model yang berbeda- beda.
"Kau juga cantik." Puji Ellen.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka kembali menampakkan wajah Papi Trisya.
"Ayo Ellen acara sudah di mulai. Papi yang akan mengiringimu menuju altar."
Ellen cukup sedih bukan Ayahnya yang mengantarkannya, namun Ellen yakin Ayahnya akan menyaksikan pernikahannya dari atas sana.
Suara jantung Ellen saling berlomba saat pintu besar menuju altar terbuka. Ellen berjalan dengan senyum merekah menyapa tamunya. Di ujung sana ada lelaki yang tak kalah merekahnya menatap Ellen yang begitu cantik.
Saat sampai Ferel mengambil tangan Ellen saat Papinya menyerahkannya dan seorang lelaki yang lebih tua memulai ritual pernikahan.
Selama proses berjalan Ferel dan Ellen hanya tersenyum gugup sesekali mereka saling melirik. Dan kini mulai lah acaranya pungucapan janji suci.
"Saudara Ferel, berjanjilah bahwa kau akan siap menjadi suami Ellen, menafkahinya, membahagiakannya, dan dapat menerima semua kekurangan dan kelebihannya. Menjadi kepala keluarga yang baik, setia, jujur dan saling mencintai sehidup semati. Dan akan tetap bersama dalam suka maupun duka, sedih dan bahagia, tawa atau pun tangis. Dan akan membimbing keluarga menjadi keluarga yang bahagia." Ujar lelaki yang agak tua itu.
"Aku Ferel akan berjanji bahwa aku siap menjadi suami Ellen, menafkahinya, membahagiakannya, dan dapat menerima semua kekurangan dan kelebihannya. Menjadi kepala keluarga yang baik, setia, jujur dan saling mencintai sehidup semati. Dan akan tetap bersama dalam suka maupun duka, sedih dan bahagia, tawa atau pun tangis. Dan akan membimbing keluarga menjadi keluarga yang bahagia." Ujar Ferel dengan suara lantang. Ellen di sampingnya sampai terharu dan meneteskan air mata begitu juga para tamu undangan dan keluarga Ferel. Perjuangan mereka hingga sampai disini tidak lah mudah, banyak sekali cobaan yang mereka jalani.
"Saudari Ellen, berjanjilah bahwa kau siap menjadi istri Ferel, dan menerima semua sumpahnya. Menerima semua kekurangan dan kelebihannya. Menjadi istri yang baik, setia, jujur dan saling mencintai sehidup semati. Dan akan tetap bersama dalam suka maupun duka, sedih dan bahagia, tawa atau pun tangis. Dan akan melayani suamimu hingga menajdi keluarga yang bahagia."
Sambil menarik nafas panjang, Ellen mengucapkan janjinya.
"Saya Ellen berjanji, bahwa aku siap menjadi istri Ferel, dan menerima semua sumpahnya. Menerima semua kekurangan dan kelebihannya. Menjadi istri yang baik, setia, jujur dan saling mencintai sehidup semati. Dan akan tetap bersama dalam suka maupun duka, sedih dan bahagia, tawa atau pun tangis. Dan akan melayani suamiku hingga menjadi keluarga yang bahagia."Setelah mengucapkan itu, Ferel dipersilahkan mencium istrinya.
Tangan Ferel meraih Ellen merengkuhnya mencium bibir Ellen lembut dan Ellen pun membalas ciuman Ferel.
Suara sorak tepuk tangan bahagia memeriahkan gedung istana yang mereka sewa. Banyak para tamu serta kerabat mendoakan kebahagiaan mereka terutama keluarga.
Kini Rika dan anak-anaknya telah tinggal di rumah besar Ferel, sementara Ferel belum tau akan menetap atau membeli rumah baru.
Senyum Ferel dan Ellen terus mengembang bahagia saat menjabat salam dari para tamu. Walau jujur sebenarnya Ellen sudah tidak kuat berdiri.
Acara selesai. Kini Ellen dan Ferel sudah berada di kamarnya yang disiapkan di gedung istana itu. tepat pukul satu dini hari mereka baru selesai membersihkan diri.
"Apakah lelah sayang?" Ferel membelai rambut istrinya.
"Ya. Tapi aku sangat bahagia." Ellen tersenyum membuat Ferel ingin segera melumat bibir istrinya.
"Syukurlah jika kamu bahagia."
Setelah mengatakan itu Ferel mendekatkan wajahnya ingin mencium Ellen. Dan Ellen sama sekali tidak menolak ia menyambut bibir Ferel. Mereka saling melumat hingga sama-sama kehabisan nafas."Harus sekarang ya?" Tanya Ellen, ia cukup lelah jika harus di lanjutkan hari ini.
Ferel mengangguk, "Ia pelan-pelan saja."
Ellen tak bisa berbuat apa-apa saat Ferel mulai menidurkan tubuhnya yang memang tadi sedang duduk di ranjang. Dan malam ini mereka akan menuntaskan hasrat atas cinta mereka, kewajiban mereka sebagai seorang suami istri akan lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (TAMAT)
RomanceDia datang lagi setelah hampir setahun aku berusaha melupakannya. Membuat kenangan dulu kembali terngiang di ingatanku. kenapa harus sekarang? disaat hatiku masih belum bisa menentukan siapa yang terbaik untukku. aku harus memilih 2 lelaki yang sama...