Seminggu sudah ku jalani hari-hari bersama Ferel. Walau ku tak bisa melupakan Ega, Ferel seperti pengobat rinduku pada Ega.
Mereka berdua mempunyai cara berbeda untuk menyayangiku.
Aku suka apapun yang di lakukan Ferel membuatku bahagia. Semua perlakuan manis dan sederhana darinya membuat aku terbang melayang dan gemuruh di dadaku tak pernah berhenti saat berdekatan dengannya.
Aku juga menyukai perlakuan Ega yang membuatku tak pernah bisa melupakannya. Sangat manis dan entahlah ku rasa aku sudah gila.
Kenyataannya saat ini aku telah menjadi milik Ferel. Dan dengan kurang ajarnya aku, aku selalu merindukan Ega.
DRETT..DRETT
Ponselku terus berdering. Semakin aku mengabaikannya semakin terdengar kuat di telingaku bahkan berbunyi terus tanpa henti. Dengan malas aku mengambil ponselku di atas nakas, mataku masih sulit untuk di buka saat ini. Saat benda pipih itu ku raih aku mengintip nama penelpon dari kelopak mataku. Seketika mataku terbuka sempurna.
"Astaga Ega." Aku memekik dalam hati. Mataku menatap sekeliling, syukurlah Trisya tidak ada mungkin dia sedang bersama si manis.
Aku mengangkat telpon Ega sambil berjalan menuju jendela kaca.
"Hallo Ega, kenapa kau menghubungiku sepagi ini?"
"Maafkan aku Ellen. Aku membangunkanmu! Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku telah tiba di America seperti janjiku waktu itu."
"Astaga, benarkah?" Aku menutup mulutku karna terkejut. "Kenapa? Eh, maksudku apa kau kesini mempunyai tujuan?"
"Ya. aku ingin menjemputmu seperti janjiku waktu itu, apa kau ingat."
Aku mengingat jelas waktu itu Ega berkata akan menjemputku satu minggu lagi. Aku pikir dia hanya bercanda dan ternyata Ega membuktikannya sekarang.
"Apa kau sudah gila, Ega? Aku tak bisa pulang denganmu!"
"Kenapa tidak? Aku mencintaimu dan kau mencintaiku..."
"Itu tidak mungkin." Potongku cepat, "Biar ku beri tahu! Aku telah bersama Ferel, kakak kandung Trisya. Jadi tolong jahui aku!"
"Ck, ternyata kalian sudah berhubungan? Secepat itu kah? Aku tidak bisa menjahuimu tolonglah." Terdengar helaan berat dari ujung telepon. "Ellen, apa kau tidak merasa bahwa perkataanmu itu sangat menyakitiku?"
Saat ini aku sangat resah, apalagi mendengar suara Ega yang sangat Frustasi. Apa aku jahat kalau aku menolaknya?
"Tapi itu adalah kebenaran." Gumamku lirih. Entah kenapa aku seperti ingin menangis saat ini.
"Baiklah aku terima ke putusanmu.Tapi kau tidak boleh menolak siang nanti temui aku di Cafe biasa!"
"Tapi..."
Tut tut tut..
Belum selesai aku berbicara Ega langsung memutuskan teleponnya.
Aku mengusap pipi ku yang telah basah oleh air mata. Aku tak tahu masalah apa lagi yang akan datang padaku. Aku berpikir semua telah selesai dan aku hidup bahagia bersama Ferel.
Tidak mungkin aku menghianati Ferel dan keluarganya yang sangat menyayangiku. Aku akan mengakhirinya sekarang. Biarlah aku di hantui oleh nostalgia, tak apa. Aku yakin Ferel akan dengan cepat menghapus masa laluku dengan benih-benih cintanya yang sedikit demi sedikit mulai tumbuh di dasar hatiku.
"Aku akan menemuinya di cafe nanti."
*****
Siang ini dengan menaiki sebuah taksi aku menuju Cafe Coffee. Disana mungkin Ega telah menunggu ke datanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (TAMAT)
RomanceDia datang lagi setelah hampir setahun aku berusaha melupakannya. Membuat kenangan dulu kembali terngiang di ingatanku. kenapa harus sekarang? disaat hatiku masih belum bisa menentukan siapa yang terbaik untukku. aku harus memilih 2 lelaki yang sama...