9. Caleroe.

5.9K 373 31
                                    

Author POV

Lagi-lagi rasa bersalah mulai menggerogoti jiwa Caleroe. Malam ini dirinya telah benar-benar di luar kendali. Mengapa ia bisa dengan teganya membuat wanita itu tersakiti, membuat wanita itu tidak mau lagi tersenyum kepadanya.

Amarahnya tanpa aba-aba memuncak saat memeriksa bahwa wanita itu tidak berada di belakang dirinya. Pikirannya saat itu sudah mulai kacau, memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk tentang wanita itu.

Pikiran tentang kehilangan wanita itu membuat dirinya sangat takut, pemikiran tentang wanita itu yang akan pergi meninggalkannya terus saja mengiang menghantui dirinya.

Persetan dengan Kiara yang memandang dirinya panik karena amarahnya yang meluap, segera saja Cal meninggal wanita tersebut sendirian.

Di dalam pikirannya hanya ada Alessa seorang.

Mengapa ia bisa dengan bodohnya melupakan Alessa saat ada Kiara di sampingnya? Ia sebenarnya hanya ingin melepas rindu pada teman masa kecilnya itu, karena sudah hampir beberapa tahun tidak berjumpa.

Dan parahnya, ia berkata bahwa Alesaa hanya pelayannya.

Persetan dengan penyakit yang di deritanya ini!

Cal terus menggenggam tiga tangkai bunga yang di lempar Alessa untuknya. Terus memandangi bunga itu tanpa lelah. Ia menyesal, sangat menyesal akan perbuatannya.

Cal sangat membenci dirinya sendiri, membenci akan dirinya yang mempunyai emosi yang tidak stabil. Ia membenci masa lalunya.

Apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Akan kah wanita itu akan memaafkan dirinya lagi?

Cal bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya ke depan pintu kayu yang sama sekali tidak berani ia buka.

Pintu kayu yang menghubungkan suatu ruangan. Ruangan yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang telah ia sakiti.

-

Alessa memandang kosong ke arah langit-langit kamar. Air mata di pipinya telah mengering, bahkan sekarang ia sudah terlalu lelah untuk mengeluatkan buliran air matanya.

Alessa hanya bisa berbaring disini, bersembunyi dari sang singa yang tidak ingin ia lihat. Deru napasnya terdengar teratur, semuanya terlihat normal, kecuali semua luka pada wajahnya yang membuat pemandangan menjadi rusak.

Darah di sudut keningnya telah mengiring, sama seperti darah di sudut bibirnya pula. Ia belum sempat membersih kan luka-luka yang di perbuat oleh pria itu.

"Huft."

Lagi-lagi hanya hembusan napas lelah yang keluar dari bibir penuh wanita itu. Alessa tahu, seharusnya ia tak perlu marah akan hal yang di lakukan Cal kepadanya. Di lihat dari sudut pandang mana pun, Cal memang berhak melakukan hal itu.

Cal adalah majikannya, mau pria itu berbuat manis ataupun kasar, dirinya tidak ada hak untuk marah. Karena Alessa hanya wanita yang Cal beli.

Alessa mengubah posisinya menjadi menyamping, ia memeluk guling yang berada di sampingnya. Ia terlalu lelah memikirkan itu semua.

Setidaknya ia harus berayukur karena dirinya sedang berada di dalam pesawat yang sedang terbang menuju Kota New York.

Alessa mulai memejamkan matanya dengan perlahan, mencoba untuk tertidur. Kembali bertaruh pada ke untungan agar mendapatkan mimpi yang indah.

Dan benar saja, entah itu mimpi yang indah atau mimpi buruk. Cal datang ke dalam ruangan tempat ia berbada, dan dengan diam-diam membersihkan lukanya.

-

Cal terus memandang wajah manis di depannya. Sungguh, ini adalah pemandangan favoritenya, pemandangan saat Alessa tertidur adalah salah satu keindahan yang tak bisa ia lewati.

Mata wanita itu yang biasanya membelak, kini terpejam dengan damai. Bibir wanita itu yang biasa terkatup rapat, kini sedikit terbuka.

Cal tak habis pikir, betapa lucunya wanita ini saat tertidur.

Cal melirik perban yang ia pasangkan di atas pelipis wanita itu, semua luka wanita itu telah ia obati. Wanita itu tak bergerak sedikit pun

Senyum getir Cal terukir di wajahnya. Ia mengelus pipi Alessa dengan lembut, seakan memberitahu bahwa penyesalan dalam dirinya yang begitu mendalam.

Cal membeku dengan tiba-tiba, tangannya masih berada di pipi Alessa saat wanita itu mulai membuka matanya.

Cal mulai mengambil napasnya dan membuangnya dengan perlahan, ia harus siap akan cacian yang keluar dari mulut wanita itu.

Cal menarik tangannya dengan perlahan saat melihat Ale yang membelakan matanya terkejut.

Ia siap. Semenyakitkan kata-kata yang akan di keluarkan wanita itu, ia siap mendengarnya.

Di lihatnya Ale langsung terduduk dengan wajah terkejut yang ketara, Cal pun bangkit dari duduknya untuk berdiri bersejajar dengan tubuh Alessa yang tingginya sama dengan hidungnya.

Cal menatap Alessa dengan pandangan yang sulit di mengerti oleh wanita itu. Pandangan yang entah apa namanya, pandangan yang Cal sendiri pun sulit untuk ia jelaskan.

Cal membuka mulutnya, bersiap untuk mengucapkan sesuatu. Tapi sesuatu yang perih mulai menyelinap di hatinya. Saat Alessa langsung bergegas pergi keluar dari ruangan tersebut sebelum ia sempat mengeluarkan suara.

Cal mematung, pandangannya terasa kosong, napasnya pun terasa hampa saat Alessa pergi.

Kemana Caleroe yang sangat berkuasa?

Kemana Caleroe yang menggerakan dunia di bawah kendalinya?

Cal tersenyum miris, ia siap akan caci makian dari wanita tersebut. "Tapi, aku tidak siap untuk yang ini."

***

Hulla!

Semoga pengganti kedua part kemarin memuaskan ya?

Kalian lebih suka yang kemarin atau gimana?

Ini pasti ga jelas bgt :')

Sebenernya selain aku kurang sreg sama yang kemarin, aku juga ga pede :( dan tujuan dari re-make ini, aku pengen kasih tau ke kalian, gimana perasaan Cal.

Please, komen. Aku pengen tau reaksi kalian :')

Maksih buat nataliaeviraxx yang nyemangatin gue. Dan makasih juga buat @guseti yang udah kasih pendapatnya :)

Bilary♔

Published : 06, Juli 2017

#060717

My MASTER IS STRANGER [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang