Aku terduduk diam di dalam mobil bersama seorang pria yang tengah marah padaku.
Jika kalian bayangkan wajahnya merah padam karena marah atau gigi yang bergemeletuk menyeramkan. Kalian salah.
Cal tengah merajuk. Wajahnya tertekuk. Bibirnya mengerucut. Dan itu sangat menggemaskan untukku.
Aku terus melihat keluar jendela mobil, tidak mengacuhkan keberadaam Cal di sampingku. Aku ingin sekali tertawa dan mencubit pipinya
Aku menoleh ke arah Cal saat aku mendengar ia mendengus. Sepertinya ia bertambah kesal padaku.
"Kau tau kau salah, tapi kau tidak mau meminta maaf pada ku." dengan otomatis aku menoleh menatapnya. Aku mengerutkan keningku. Pura-pura tidak setuju atas pendapatnya.
"Aku?" aku menunjuk diriku sendiri wajah tampak tidak percaya. "Kau berbicara dengan ku?" aku yakin Cal pasti bertambah kesal.
Kulihat ia menatap ku dengan tajam. Kulihat urat di tangannya mulai timbul seiring dengan genggaman tangannya pada stir mobil yang mengencang.
Kembali kuarahkan mataku pada jalanan diluar jendela mobil. Sengaja mengacuhkan Cal yang sedang kesal. Ini cukup lucu untukku. Hanya karena seorang pria (dan ya kalian tahu itu siapa) yang mengangkat telepon ku, ia merajuk seperti ini.
Diriku pun tidak mau mengurusi masalah ini. Berbicara dengan santai bahwa ponsel ku tertinggal di toilet saja sudah mengeluarkan banyak tenaga untukku.
Ya, aku berbohong pada Cal. Aku berkata bahwa aku tidak sengaja meninggalkan ponselku. Dengan keringat dinging yang mulai timbul di pelipisku, Cal menatap ku dengan tajam seolah aku akan habis pada hari ini juga.
Tapi syukurlah jika ia percaya padaku dan merajuk seperti ini. Mungkin jika tidak seperti ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Mulutku tak mengeluarkan suara, dan Cal pun masih senantiasa diam. Rasa bersalah sebenarnya melapisi diriku karena aku berbohong, dan tak seharusnya pula aku mengacuhkannya.
Aku menoleh kearah Cal saat kurasakan genggaman tangan yang berada di tanganku. Ku lihat wajah Cal yang masih senantiasi di tekuk. Aku terus menatap wajahnya dari kursi ku. Melihat keindahan yang terpahat diwajahnya. Tanpa sadar aku mengulurkan tanganku ke area rahannya yang kini di tumbuhi bulu-bulu halus.
Cal sedikit terperanjat dari kursinya, dan pria itu mencoba merilekskan dirinya kembali. Wajah kesalnya pun berangsur-angsur kembali melembut.
Dia manis untuk saat ini,
Seperti anak kucing.
Terkadang ia sangat liar.
Seperti singa.
Ia tidak bisa pernah kuduga.
Kata-katanya dan tindakannya itu seperti Api. Seringkali menghangatkan ku, dan tidak jarang pula membuat hatiku terbakar rasa sakit.
"Aku lapar." Ucapku dengan jari yang masih bermain di rahangnya yang kokoh. Dia menoleh menatapku, tatapan matanya teduh tidak seperti tadi.
"Kau ingin makan apa?" Suaranya terdengar sangap perhatian di telingaku. Cal kembali memfokuskan tatapannya pada jalanan.
***
Aku menopang daguku dengan tanganku. Sudah berapakali aku bilang bahwa ketampanan Cal yang sedang memakai apron bertambah berkali-kali lipat?
Ahh, sudah berapa kali aku melihat ia sedang memasak? Dan aku tidak pernah tidak menyukai dirinya yang sedang berurusan dengan peralatan masak.
"Cal."
Kudengar ia berdeham. Lihat, wajah seriusnya saat membuat pasta membuat bibirku selalu melengkung keatas.
Kemeja yang ia lipat sampai siku membuat pesonanya bertambah. Aku terus melihatnya sampai tidak sadar bahwa ia sekarang sudah duduk di depan ku dengan dua piring pasta yang pastinya lezat.
"Aku jamin. Makanan ku tidak kalah lezatnya dengan diriku, nona manis." mendengar ucapannya yang terlalu berbangga diri membuat aku memutar kedua bola mataku malas. Kudengar ia terkekeh.
Aku mulai melahap pasta buatannya. Dan entah mengapa perkataannya saat di mansion tadi kembali terngiang di dalan kepalaku.
Aku bingung. Aku yang tidak mengerti Cal, atau aku yang tidak mengerti diriku sendiri?
Sebenarnya apa yang ia rasakan terhadapku? Apa ia hanya bermain-main? Tapi jika itu tujuannya, ini sudah melampaui batas.
***
Bilary.
#200318
![](https://img.wattpad.com/cover/113106238-288-k835623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My MASTER IS STRANGER [ON HOLD]
ChickLit[Highest Rank #61 on ChickLit] Jika di jual oleh Ayah mu sendiri sudah sangat buruk, bagaimana jika kau di jual lagi oleh orang yang membeli mu tadi? Itu yang ku alami. Di jual dan di jadikan peliharaan oleh seorang Pria mapan yang sialnya juga tamp...