15. Our Night.

4.4K 276 19
                                    

"Jangan melihat ku seolah aku adalah makanan, cepat santap makanan mu dan berhenti memandangku!"

Aku memutar kedua bola mataku jengkel. Cal belum juga menyentuh makanannya, pria itu masih setia dengan posisinya yang terus memandangi ku.

"Aku hanya lebih tertarik padamu dari pada makanan ini."

Aku mengeratkan genggaman ku pada garpu dan pisau yang sedang ku pegang. Pria ini, bisa-bisanya berbicara seperti itu.

"What fuckin' ever." Aku berderdesis sambil kembali memotong steak ku dengan kasar.

"Kau kasar."

Ku dengar suara Cal yang seperti merasa tersindir membuat diriku mengangkat pandangan ku kearahnya. Dan yang ku lihat sekarang adalah bukan senyum Cal, tapi wajah Cal yang begitu menggemaskan dengan bibir yang mengerucut sedih. Pria itu sangat menggemaskan.

Aku memelototkan mataku seraya mengacungkan pisau makan yang ku genggam. "Makan, atau kau yang akan ku makan?" Ujarku dengan nada penuh ancaman. Karena dalam faktanya, aku sedang menutupi rasa gugup ku.

Ku dengar tawa renyah berasal dari mulutnya. Tapi, tetap saja Cal tidak mengalihkan pandangannya dari ku, dan hal itu membuat ku semakin merasa tak karuan.

Terdengar suara dering ponsel yanf berbunyi. Segera saja pandangan ku mengarah kepada benda pipih yang bercahaya itu.

Aku langsung mengalihkan pandangan ku secepat mungkin saat ku baca 3 huruf yang tercetak jelas di sana.

Kia.

Ku lihat dari ekor mata ku. Cal melirik ke arah ponselnya. Dengan harap-harap cemas aku sangat menunggu reaksinya. Aku tak berani bertaruh, Cal akan mengangkat panggilan itu atau tidak.

Dan ternyata. Deringan telepon itu berhenti, lalu dengan rasa penasaran aku arahkan pandangan ku ke dirinya.

Apa aku boleh berbangga hati sekarang?

Cal lebih memilih mematikan panggilan tersebut dari pada mengangkatnya.

Apa aku boleh merayakan ini semua?

Ku mohon katakan lah silahkan.

"Siapa yang menghubungi mu? Mengapa tidak kau angkat?" Aku kembali memotong makanan di piringku. Bertanya, seolah aku tak tahu apa-apa.

Lalu ku lihat senyum yang menurutku begitu manis terbit di bibirnya. "Sudah ku bilang, malam ini aku hanya khusus untuk mu."

Sialan! Mengapa pria itu berkata seolah dirinya memang tercipta untukku.

"Kau serius? Apa aku bisa memegang ucapan mu?" Aku berkata dengan nada meremehkan dirinya. Sebetulnya aku senang ia berkata seperti itu, tapi ada bagian kecil di dalam sini yang merasakan suatu ketidak percayaan.

"Tentu saja. Mengapa kau tidak percaya?"

"Karena wajah mu adalah tampang mafia. Membuat diriku sulit percaya." Ujarku dengan kekehan di belakangnya.

***

#030817

My MASTER IS STRANGER [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang