7. Fall after flying.

6.2K 389 80
                                    

My Master is Stranger.

7. Fall after flying.

Aku terus melangkahkan kaki ku dengan bahu tegap. Terus berjalan tanpa ada siapa pun di sampingku, tanpa ada siapa pun yang menggenggam tangan ku. Hanya ada hembusan angin yang menyisir nakal rambut ku.

Aku menatap dua insan yang terus menyebarkan suara tawa di depan ku, mereka terus tersenyum sepanjang jalan, seperti menunjukan bahwa sekarang dunia di bawah kendali mereka.

Mereka tanpa celah.

Pangeran dan Putri kerajaan, Si Tampan dan Si Cantik, Si Cerdas dan Si Pandai, Si Pengendali dan Si penguasa. Oh, Pasangan yang sangat serasi. Terlalu sempurna sampai-sampai tak saling melengkapi.

Aku seharusnya tak kesal seperti ini. Karena, mereka memang mempunyai dunia mereka sendiri. Aku yang seorang budak, hanya pantas menjadi pengikut di belakang mereka seperti sekarang ini.

"Cal?" Aku membuang muka ku kearah jalan raya yang tak begitu ramai oleh kendaraan saat wanita bernama Kia itu mulai menyelipkan lengannya di celah pinggang dan tangan Cal.

"Siapa orang yang berada di belakang kita?" Suara Kia seperti berbisik, sepertinya ia sengaja agar aku tidak mendengarnya, tapi tetap saja aku menangkap suaranya yang samar-samar.

Dari bayangan mata ku, aku melihat Cal menoleh kesamping dengan lirikan mata mengarah pada ku. "Pelayan ku."

Kata-kata santai dari mulutnya sukses membuat aku menggertakan gigi ku. Aku mengepalkan tangan ku sekuat mungkin yang aku bisa. Menahan gejolak amarah dalam diriku.

Seperti tertampar pada kenyataan di dunia ini. Aku berpikir kembali, untuk apa kau merasa marah, Ale?

"Sejak kapan kau berpegangan tangan dengan seorang pelayan, huh?!" Aku melihat sinis adegan di mana Kia memberikan cubitan kecil di pinggang Cal, yang menyebabkan pria itu sedikit mengaduh karena geli.

"Kau tentu tidak mati rasa akan dinginnya kota London yang sekarang ini kan?" Aku tersenyum miris saat ia melontarkan sebuah kalimat yang santai namun terasa menyakitkan.

Sinidirannya kepada Kia, entah mengapa seperti sebuah jarum yang menusuk hati ku. Kecil, namum terasa sakit.

Dengan lamat-lamat aku memberhentikan langkah ku. Mata ku masih mengarah kepada mereka. Aku ingin melihat reaksi Cal, apa kah ia masih peduli pada ku atau tidak.

Ternyata, aku memang harus meneguk rasa pahitnya sebuah kekecewaan. Saat melihat Cal dan Kia terus berjalan dengan serasinya. Bahkan cahaya lampu dari pertokaan pun mungkin merasa cemburu pada mereka.

Aku tak ingin berniat kabur, tapi mungkin saat ini lebih baik aku menghindar.

Ada apa sebenarnya dengan diriku?

Sudah dua kali aku bertaruh pada diriku sendiri tentang Cal. Aku memenangkan pertandingan pertama saat bertaruh jika seorang Cal meminta maaf dengan sungguh-sungguh atau tidak. Dan yang kedua aku kalah, saat bertaruh tentang hari yang awalnya indah ini.

Semua yang Cal lakukan hari ini sebelum Kia datang memang terasa sangat indah seperti bunga. Tapi, ternyata aku salah memperkirakannya, karena bunga yang indah itu sebetulnya beracun.

Aku terus memandang mereka saat tubuh mereka lenyap di makan tikungan bersama aura merah jambu yang menyebar dari tubuh mereka. Saat mereka berbelok kearah kiri, aku lebih memilih kekanan, menunggu lampu penyebrangan menjadi hijau, lalu kembali melangkah untuk menyebrang.

Semua kata-kata yang Cal ucapkan bagaiakan Balon Gas. Membuat ku melayang, tapi dalamnya kosong. Hanya ada gas udara yang bisa lenyap kapan saja dan hilang entah kemana.

My MASTER IS STRANGER [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang