=> 4. Pisah ranjang berujung kecelakaan. <=
***
Ken masih diam mendengar ucapan yang dilayangkan Dara barusan. Nggak pernah terbayang oleh Ken kalau suatu saat nanti dia dan Dara berpisah. Walaupun awal hubungan mereka dari sebuah kesalahan, tapi Ken nggak pernah berniat mempermainkan pernikahannya. Ken bahkan nggak pernah ngelirik cewek lain setelah menikah dengan Dara, itu komitmen yang akan Ken jaga sampai kapanpun. Baginya, cowok tukang selingkuh itu sampah. Dan dia nggak serendah itu kalau disamakan dengan sampah.
“Aku nggak mau cerai,” lirih Ken pada akhirnya. Lupa dengan rasa sakit di kakinya, Ken mendekati Dara dengan sebelah kaki yang sedikit pincang. “Nggak pernah sekalipun dalam pikiranku untuk bercerai dari kamu, untuk saat ini atau bahkan di tahun-tahun depan nanti.”
Dara tertawa mendengar ucapan Ken itu. Meremehkan. “Sebuah pernikahan itu bukan Cuma ah uh ah uh di ranjang, tinggal serumah, dan bercanda setiap hari, Ken. Kamu pikir nikah itu semudah itu apa?”
“Nggak! Aku juga tau kalo dari awal nikah itu nggak mudah. Tapi, kita udah sejauh ini, dan juga ada Hana. Kamu pikir aku bakal lepasin kamu apa?!”
“Aku yang akan lepasin kamu. Hal itu mudah selama dari kita nggak ada perasaan apapun. Anggap aja selama ini yang terjadi Cuma mainan, mudah kan?” Dara tersenyum lagi, terselip nada sedih dalam ucapannya.
Ken terkejut bukan main. Mereka bertengkar hanya karena masalah sepele, yaitu Ken mengatai Dara buluk. Apa sesakit itu dikatai buluk?
“Aku nggak tau apa alasan kamu berubah kaya gini, Ra. Tapi, kalo ini masih berhubungan sama apa yang aku ucapkan waktu itu, rasanya terlalu kekanakan.” Ken menghela napas, menggapai Dara berusaha untuk memeluk Dara, tapi Dara menjauh.
Ken kembali terkejut. Manatap Dara dengan nanar. Apa ini berarti Ken ditolak? Yang benar aja, Dara nggak pernah menolak pelukan Ken. Dara adalah istri penurut, jadi kemana istri penurutmu itu Ken?
“Untuk sementara waktu, kita nggak usah berkontak fisik Ken. Aku ngerasa nggak siap.” Dara memberi penjelasan atas sikapnya.
“Serius Ra. Lo ada apa sampai nggak siap hah?!” bentak Ken marah.
"Ya anu,"
"Anu, anu apa sih Ra?!"
"Dasar omes! Aku belom selesai ngomong main potong aja. Aku potong juga anu kamu Ken!"
Ken meraup wajahnya frustasi. Bukankah sedetik yang lalu mereka sedang berdebat serius tentang pernikahan mereka? Lantas kenapa sekarang malah jadi bahas anu. Ken nggak masalah sih bahas anu, sambil main anu juga nggak papa, tapi momennya itu lho. Nggak tepat banget.
“Jadi, lo maunya gimana? Mau bahas anu, atau bahas masalah kita sebelumnya?” tanya Ken pada akhirnya.
Dara mengerucutkan bibirnya, lantas memandang Ken sebal. “Yaudah! Padahal tadi aku udah lupa, malah diingetin lagi. Kita cerai aja!”
Lah? Dara itu kenapa sih? Ken jadi sebal sendiri.
***
Rumah tangga Ken dan Dara masih seperti sebelumnya. Nggak membaik, juga nggak memburuk. Mereka sudah fix pisah ranjang. Sekarang Ken tidur sendirian, kalau pengen ah uh ah uh juga harus main sendiri. Nggak ada lagi Dara yang perhatian dan penurut. Yang ada Dara berubah jadi seorang judes dan pembangkang.
Siang hari ini Ken pulang dari kampus. Dia berniat untuk mampir ke warung makan langganannya seperti hari biasa. Dia nggak penah lagi makan di rumah, seringnya dia makan di pinggir jalan karena dia nggak mungkin mengemis makan pada Dara. Ken masih kerja, masih menafkahi Dara, tapi dia nggak pernah dapat feedback dari apa yang dia berikan pada Dara. Ken sabar? Nggak sebenarnya, tapi mau apalagi? Semua sudah terlanjur.
Ken berjalan di sepanjang trotoar, sesekali menendang kerikil kecil yang terlihat di depannya, sesekali dia menoleh ke arah jalan raya.
Entah sebuah kebetulan, atau apa, Ken melihat Dara di sebuah perempatan dekat warung makan langganannya. Ken mengernyit, itu memang benar-benar Dara, dan juga anaknya Hana. Dara membawa kantong keresek, -yang ken yakini berisi belanjaan-.
Dara menyebrang sendirian. Di tengah jalan, tiba-tiba kantong belanjaan Dara jebol dan isinya berhamburan keluar, dan lampu lalu lintas yang tadinya merah sudah berganti warna menjadi hijau. Ken merasakan aliran darahnya terhenti saat sebuah motor melaju kencang dari arah belokan sebelah kanan.
Refleks Ken berlari ke tengah jalan, menarik Dara dan mendorongnya ke arah trotoar, sedangkan dia sediri terdorong ke arah lain. Ken sudah memejamkan matanya, yakin kalau dia pasti akan merasa kesakitan atau pingsan. Tapi, Ken nggak merasakan itu. Dia seperti tidur di kasur empuknya, karena merasa heran, Ken lantas membuka matanya.
Matanya membelalak. “Demi Tuhan! Lo apa-apaan?!” Ken ternyata nggak jatuh di aspal, tapi jatuh menimpa seorang cowok gendut dengan kacamata bulat menghiasi matanya.“Ma-maaf,” ucap cowok itu bergetar lantas mencoba berdiri. Ken pun melakukan hal yang sama.
Tapi, sebuah peristiwa itu nggak akan jadi istimewa tanpa ada kejutan di dalamnya. Dalam usaha mereka untuk berdiri, kedua orang berjenis kelamin sama itu terjatuh lagi.
Dan kalian tau apa yang terjadi. Sebuah kecelakaan bibir, yang membuat seorang cewek yang membawa anak di trotoar itu memekik marah.
Cowok berkacamata gendut itu lantas menatap cowok diatasnya dengan sayu. “Ciuman pertama gue.”
Tbc...
***
Gue tau ini freak, gaje atau apalah.
Tp bodo amat lah ya, maap dikit. Lagi sibuk mampus!
Yang blm dibaca sabar kay! Nanti kalo lg mood pasti dibaca, keep smile :)
Lovin
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Accident
ChickLitMenikah di usia delapan belas tahun tak pernah ada dalam bayangan Ken. Terlebih memiliki bayi tepat setelah dia diterima di UGM Jurusan kedokteran. Semuanya terasa berat, untuknya sendiri dan juga untuk 'istrinya', Dara. >>> Update seminggu satu kal...