=> 17. Kakak ipar. <=
***
Sejak pagi Dara sudah bersih-bersih apartment. Ken mau nggak mau harus membantu istrinya itu. Setelah tadi pagi dimulai dengan manis, pada akhirnya nggak berjalan semanis itu hingga siang ini.
Dara jadi sering marah-marah, mengomentari Ken yang nggak benar-benar membersihkan meja karena masih ada debu di sana. Padahal itu debu asalnya dari Dara yang menyapu lantai asal-asalan. Dan masih banyak lagi hal yang dikomentari Dara, termasuk rambut Ken yang sudah terlalu panjang. Entah gemas atau bagaimana rambutnya itu jadi tempat pelampiasan Dara. Nggak terhitung berapa helai rambutnya yang sudah berhasil Dara cabut dengan paksa.
“Ken! Ini kenapa kemoceng ditaruh di atas sofa, kan sofanya udah aku bersihin tadi! Kemocengnya baru kamu pake lap meja makan, kan?!” dan lagi-lagi tangan Dara dengan entengnya melayang pada rambut Ken. Menjambaknya dengan kekuatan penuh sampai Ken mendesis karena sakit.
“Ya ampun Ra, kamu kenapa sih?! Ini lama-lama aku bisa botak kamu jambakin terus. Emang siapa yang mau dateng sampai kamu heboh begini?” tanya Ken lemas sambil berusaha melepas jambakan Dara.
Mood Dara benar-benar menyeramkan, padahal tadi pagi Ken sudah sangat bersyukur karena saat bangun istrinya sangat manis. Tapi sekarang Ken rasanya mau menarik ucapan syukurnya itu.
“Kakakku mau dateng Ken! Kamu yang bener dong bersih-bersihnya, ihh! Kesel banget sama kamu!” lagi, rambutnya bahkan terasa mau copot dari kepalanya gara-gara jambakan Dara.
“Sakit sayang,” rengek Ken dengan wajah pucat pasi menahan perih.
“Masih untung yang aku jambak rambut di kepala kamu, kalo rambut yang lain mampus kamu!”
Ken lagi nggak konek buat mesum. Aslinya mah terlalu takut buat memulai mesum pada istrinya. Buat ngomong saja rasanya harus serba hati-hati takut istrinya berubah jadi gorila. Pada akhirnya Ken hanya akan mengiyakan saja sambil berusaha melepaskan jambakan Dara dari rambutnya.
“Yang, sakit. Kamu kasar banget sama suami sendiri!”
Pada akhirnya Dara melepaskan jambakannya karena merasa kasihan dengan Ken.
Cup
Dara mengecup kening Ken sekilas. “Maaf ya, abis kamu bikin kesel.”
Ken mendengus, “aku nggak ngapa-ngapain juga kamu bilang bikin kesel Ra.”
“Iya, iya kan aku udah minta maaf.”
Ting tong
Bunyi bel itu pada akhirnya yang bisa melerai perdebatan Ken dan Dara. Dara langsung beranjak untuk membukakan pintu sedangkan Ken langsung lari ke kamar untuk mengecek rambutnya masih banyak atau nggak. Kan malu kalau dia jadi botak.
“Syukurlah rambutnya masih banyak,” gumam Ken sembari menyisir rambutnya dengan tangan.
“Ken! Hana nangis tuh, tolong tengokin sebentar!” Terdengar suara teriakan Dara dari depan.
Ken mengelus dadanya sambil mengucap sabar berkali-kali. Jelas saja anaknya bangun, lha Dara ngomong seperti orang mau demo. Ken saja yang orang dewasa kaget, apalagi anaknya yang belum ada setahun. Mana ngerti kalau mamanya lagi ganas seperti sekarang. Moodnya berubah-ubah nggak jelas.Ken masuk ke kamar anaknya lewat pintu penghubung di kamarnya. Hana memang terbangun, tapi anaknya itu sudah nggak menangis. Saat Ken mendekat terlihat bayi yang umurnya kurang dari setahun itu sudah terduduk di dalam box bayinya sambil memainkan tangannya, mengemutnya di dalam mulut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Accident
ChickLitMenikah di usia delapan belas tahun tak pernah ada dalam bayangan Ken. Terlebih memiliki bayi tepat setelah dia diterima di UGM Jurusan kedokteran. Semuanya terasa berat, untuknya sendiri dan juga untuk 'istrinya', Dara. >>> Update seminggu satu kal...