7. Flashback adegan sebelumnya

13.5K 548 6
                                    

=> 7. Flashback adegan sebelumnya <=


***
“Gue Samuel,” ucap cowok gembrot itu membuka pembicaraan.

Ken memilih melengos. Dia nggak mau repot-repot menanggapi ucapan cowok bernama Samuel itu. Berada dalam satu mobil yang sama dengan cowok itu saja Ken udah bergidik. Nggak mau membayangkan lebih jauh apa yang akan dilakukan cowok itu nantinya.

“Lo kenapa sih? Gue ajakin ngomong bukannya jawab malah melengos gitu. Lo nggak suka jalan sama gue?”

Ya kali! Apa cowok itu nggak peka ya? Padahal udah kelihatan jelas kalau Ken nggak nyaman.

“Lo cerita kehidupan lo dong. Yang waktu itu beneran istri lo?” tanya Samuel, dan lagi-lagi Ken nggak menjawab. Akan tetapi Samuel nggak lantas menyerah gitu aja, dia masih asik bertanya pada Ken. Beberapa pertanyaan bahkan dia jawab sendiri.

Mobil yang dikemudikan oleh Samuel berhenti di sebuah rumah makan. “Makan dulu yuk! Ngisi tenaga sebelum perang.” Samuel tersenyum mesum sambil mengedipkan matanya. Ken langsung berlagak mau muntah.

“Gue mau pulang! Lo mau makan, ya makan aja! Gue balik aja, istri gue pasti udah nunggu.” Ken berusaha membuka pintu mobil, tapi Samuel langsung bergerak cepat menahan tangan Ken.

“Lo nggak bisa pulang gitu aja, masalah kita belum selesai.” Samuel menatap Ken tajam, dan Ken dengan berani membalas tatapan tajam Samuel. “Jangan macam-macam sama gue!” desis Samuel.

Ken menyeringai, lantas mendorong Samuel menjauh. “Lo yang jangan macam-macam. Lo nggak tau siapa gue!”

“Lo cuma orang miskin yang butuh duit, dan gue bisa kasih lo duit, asal lo mau jadi cowok gue.”

Ken tertawa, menatap Samuel dengan tatapan tak percaya. Dia kira cowok suka cowok itu nggak beneran ada. Tapi, setelah melihat langsung Samuel barusan, Ken jadi sadar, dunia udah beneran rusak.

Ken menghela napas, Samuel hanya nggak tau apa yang bisa dia lakukan, yang Samuel tau dia hanyalah cowok miskin yang butuh duit. Padahal Ken yakin kalau papanya turun tangan, Samuel nggak akan bisa berkutik. Hanya saja sekarang hubungan Ken dengan papanya nggak sebaik dulu, jadi Ken merasa sungkan jika harus meminta bantuan pada papanya.

Tepatnya sejak aib kehamilan Dara terungkap. Ken dulunya adalah anak kebanggaan sang papa, tapi sejak saat itu, papanya selalu menatap Ken dengan tatapan kecewa. Jelas itu karena tingkah brengsek Ken. Papanya dulu sering mewanti-wantinya agar menghindari sex bebas. Tapi Ken udah terlanjur. Jadi, dia meyakinkan dalam dirinya, dia kan hanya melakukan ‘itu’ dengan Dara, jadi namanya bukan sex bebas kan? Sejujurnya itu hanya sebagai penenang atas rasa bersalah yang Ken rasakan.

Ken menghela napas, dia kan cowok. Seorang cowok yang udah jadi suami bahkan udah jadi seorang ayah, harus bisa mengatasi masalahnya, seberat apapun itu. Dia nggak bisa selamanya bergantung dengan papanya. Dia sudah jadi cowok dewasa yang punya tanggung jawab besar. Jadi, masalah yang sekarang datang, harus dia hadapi, agar segera berlalu.

Ken lantas kembali memandang ke arah Samuel. Samuel masih menatap Ken, dengan sorot mata yang membuat siapapun yang melihat pasti langsung ilfil.

“Kenapa?” tanya Samuel.

“Ayo kita perang, sekali aja.”

Seperti anak kecil yang baru dapat hadian ulang tahun, wajah muram Samuel langsung berganti sumringah dengan sekejap. Yang dia tau, arti perang itu adalah tanding pedang dan pedang di ranjang. Yah nggak jauh-jauh dari itu. Ken yakin Samuel sudah terbawa pergaulan yang nggak bener sampai-sampai bisa suka sama cowok. Eh! Tapi bukannya Samuel pernah bilang bahwa waktu itu ciuman pertamanya? Jadi hal buruk itu karena Ken dong?

Ken lantas mengumpat. “Maksud gue bukan tanding pisang seperti yang lo pikir. Yang gue maksud di sini adalah perang. Perang sesungguhnya antar cowok. Kalo perlu, kita tanding di lapangan dan disaksikan banyak orang. Gue mau lo tau, seberapa lancangnya lo mengusik gue, istri gue, dan keluarga kecil gue.”

Ken tersenyum tipis, lantas mengetuk kening Samuel dengan telunjuknya. “Kalo lo beneran punya otak, harusnya lo mikir. Lo masih muda, masih punya masa depan yang panjang. Cari wanita yang baik, nikahi, lalu punya anak dan hidup bahagia. Nggak seharusnya lo melewati batas dengan cari perkara sama gue. Untuk sebelumnya mungkin gue tahan, tapi kali ini, gue nggak akan segan buat bikin lo babak belur.”

***

Ken dan Samuel benar-benar akan berperang. Mereka sudah berada di sebuah lapangan yang disaksikan banyak anak kecil, yang sebelumnya bermain bola. Ken kelihatan begitu tenang. Dia memakai celana pendek berwarna hitam dipadukan dengan kaus berwarna putih.

Samuel sejak tadi hanya melihat Ken dengan sorot mata yang sulit diartikan. Ken merasa risih, tapi hanya diam sejak tadi.

“Mulai!!” teriak seoarang anak kecil di tengah mereka yang memang bertugas memberikan aba-aba.

“Pukul gue!” suruh Ken.

Samuel terdiam, dan hal itu membuat Ken tersenyum, lantas melayangkan tinjunya pada Samuel. Samuel terhuyung ke belakang dengan sudut bibir mengalirkan darah segar.

“Lo beneran cemen ya ternyata? Lo nggak bisa apa-apa,” desis Ken meremehkan.

Samuel merasa tersinggung, dia bukannya cemen, tapi dia nggak mau menyakiti Ken. Kalau Ken sampai tau alasan itu, pasti Ken akan lebih murka lagi.

Samuel mendekat dengan tatapan intimidasi miliknya. Ken masih tenang. Sesekali dia bahkan melemparkan senyum remeh pada Samuel.
“Lo beneran bukan cowok,” ucap Ken jelas.

Samuel menggertakkan giginya, lantas dengan emosi penuh menarik kaki Ken ke atas hingga badan Ken terbanting ke bawah. Gerakan yang nggak bisa dibaca oleh Ken. Dia lengah karena terlalu meremehkan Samuel.

Samuel menunduk di atas Ken. “Gue juga bisa remukin lo dalam sekejap, tapi gue nggak mau.” Samuel berucap lembut sembari membantu Ken berdiri. Tapi Ken meronta, sekuat tenaga menghindari sentuhan tangan Samuel. Anak-anak di sekeliling mereka menyoraki Ken untuk bangun.

Sekelebat ide melintas di kepala Ken. Dia menyeringai, mengulurkan tangannya pada Samuel yang masih menunduk di atasnya. Samuel tersenyum, lalu menyambut uluran tangan Ken. Tapi tanpa disangka, bukannya berusaha berdiri, Ken malah menendang yepat tengah selangkangan Samuel, lantas berguling ke samping menghindari tubuh Samuel yang langsung roboh sambil mengerang kesakitan.

“Uwahhhhh keren!!!” beberapa anak bersorak kagum atas tindakan Ken. Tapi hal itu nggak dibenarkan, harusnya anak kecil nggak diberikan tontonan semacam itu. Jadi Ken mendekati anak-anak itu lantas menjelaskan apa yang terjadi.

Saat Ken berbalik, dia mendapati Samuel yang sudah bangun dengan tatapan tajam dan tangan terkepal. Ken langsung bergidik, aura Samuel saat ini mulai berbeda. Nggak ada aura Samuel yang homo seperti beberapa waktu yang lalu.

“Lo! Mati di tangan gue!!” teriak Samuel murka. Dia berlari ke arah Ken dan menubrukkan badannya pada Ken, hingga Ken terpelanting ke belakang. Ken menatap Samuel ngeri. Nggak ada lagi tatapan penuh cinta, yang ada hanya tatapan amarah dan kebencian.

“Bagus, lo udah sadar,” gumam Ken pelan.

“Kurang ajar!”

Sebelum Samuel menghabisinya, Ken sudah lari terbirit-birit meninggalkan lapangan. Nggak apa deh dia kehilangan pekerjaan, asalkan kehidupannya yang damai kembali. Dia bisa pulang dan meringkuk dalam pelukan istrinya. Ken nggak akan cari masalah dengan Dara, -janjinya saat ini-, dia akan baik-baik dengan Dara. Hidup dengan penuh gairah, dan nggak akan main-main dengan ucapannya. Dia nggak mau hal ini sampai terulang lagi.

Tbc...

***

Part selanjutnya nanti pake pov author ya.

Maaf kalo lama update, sebenernya udah diketik, tp males aja updatenya.

Sambil nunggu baca cerita yg lainnya yuk! Gak maksa sumpah. Yang tertarik aja Ada Devan di Love me? Why not?! Dan Ada Gefan di Zero Hour.

Sekian dan terima Kasih.

Lovin.

Freak AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang