=> 13. Mama mertua. <=
***
Akhir pekan akhirnya tiba. Entah sebuah kebetulan atau apa, sejak semalam Ken demam tinggi. Terpaksa Dara sendirian harus menjemput mertuanya. Dara sudah meminumkan obat penurun demam, dan juga mengompres Ken dari semalam, tapi sampai sekarang belum ada banyak perubahan. Ken masih demam tinggi dan sering meracau dalam tidurnya.
Dara berangkat dari apartment sejak pagi karena takut terlambat. Sejak pagi Hana sudah rewel, dan hal itu semakin membuat Dara kacau. Dia kurang tidur, dan lingkarang hitam di sekitar matanya kelihatan begitu jelas, Ken masih demam di rumah sendirian dan hal itu membuat Dara makin khawatir.
Dara sampai di bandara sekitar jam delapan, sampai di sana dia langsung menanyakan posisi kedua mertuanya. Pesannya dari pagi belum dijawab. Dara mencoba mengirim pesan lagi, berharap segera dijawab karena Hana semakin rewel dalam gendongannya.
“Tenang ya sayang, nanti kalo oma udah dateng kita pulang.” Dara berusaha membuat Hana tenang, tapi rasanya hari ini Hana nggak bisa diajak kompromi. Anaknya itu terus rewel dan menangis.
Saat itu ponsel di genggamannya tiba-tiba bergetar, Dara dengan cepat melirik layar ponselnya. Ada nama Ken terpampang di sana. Dengan raut panik, Dara menerima panggilan dari Ken.
“Kamu di mana?”
Dara diam, wajahnya memucat mendengar suara itu. Bukan suara Ken, melainkan suara mamanya Ken, mama mertuanya.
“Saya di bandara Ma, mama ada di mana?” tanya Dara takut. Dara menduga sih mama mertuanya itu sudah di apartment, tapi Dara dengan bodohnya tetap bertanya. Biarlah, Dara terlalu gugup berbicara dengan mertuanya walau nggak secara langsung. Suara mama mertuanya itu terdengar nggak bersahabat.
“Kamu nggak perlu tau, aku cuma mau ngasih tau kalau kami membawa Ken bersama kami. Demamnya makin tinggi, dia jatuh di kamar mandi tadi saat kami sampai. Entah istrinya di mana, nggak becus sekali. Ninggalin suaminya yang lagi sakit, apa nggak keterlaluan?” ucap mama mertuanya dengan nada sinis.
“Maksud mama apa?” tanya Dara cepat. Wajahnya makin pucat, dan matanya sudah memerah entah menahan tangis atau amarah.
“Kami bawa Ken pergi, apa kurang jelas? Terserah kamu mau menghidupi diri kamu bagaimana, tapi sebaiknya jangan kembali ke apartment karena itu bukan milik kamu, kalau masih ada harga diri ya. Ken lebih baik nyari istri lain yang lebih baik dari kamu, salah aku maksa Ken nikah sama kamu waktu itu.”
Dara membeku, segala ucapan mama mertuanya mengabur. Intinya kedua mertuanya membawa Ken pergi, entah berobat atau kembali ke Jakarta. Dara nggak tau harus bagaimana, tiba-tiba saja air matanya mengalir. Lalu isakannya bisa dia dengan sendiri.
“Tapi Ma-“
Tut tut tut
Telepon dimatikan sepihak begitu saja. Dara makin sesenggukan, nggak peduli orang-orang kini menatapnya heran. Dan seperti tau kesedihan ibunya, Hana ikutan menangis. Tangisan mereka saling berlomba. Dara hanya bisa mendekap putrinya erat untuk menguatkan diri.
“Nggak papa sayang, nggak papa sama mama ya,” ucap Dara berusaha menenangkan Hana.
Mimpi apa sih Dara tadi malam, kemarin dia dan Ken masih baik-baik saja. Kelewat baik-baik saja karena dengan jelas mereka masih saling melempar ucapan sayang, tapi sekarang tiba-tiba saja Ken dibawa pergi. Dara rasanya lemas sekali, kalau nggak ingat ada Hana di gendongannya Dara pasti akan menjatuhkan diri karena terlalu lemas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Accident
ChickLitMenikah di usia delapan belas tahun tak pernah ada dalam bayangan Ken. Terlebih memiliki bayi tepat setelah dia diterima di UGM Jurusan kedokteran. Semuanya terasa berat, untuknya sendiri dan juga untuk 'istrinya', Dara. >>> Update seminggu satu kal...