Pagi ini seperti biasa Dara muntah-muntah. Nggak ada orang lain di dalam kamarnya. Walau pernah merasakan morning sickness saat hamil Hana, tapi yang kali ini lebih berat menurut Dara. Nggak tau kenapa rasanya anak yang kali ini dikandungnya itu nggak bisa diajak kompromi.
Dara mengusap bibirnya setelah selesai muntah. Jujur Dara udah nggak kuat kalau harus berdiam diri tanpa mencari Ken. Handphone miliknya berada di tangan Reihan, dan Dara nggak bisa mengambilnya begitu saja. Dara yakin Ken pasti tengah mencarinya.
Saat Dara kembali dari kamar mandi, ada Syifa duduk di kasurnya. “Pagi Mbak Dara,” sapa Syifa ceria seperti biasa.
“Pagi Fa.”
“Ini Mbak.” Syifa menyerahkan handphone yang Dara tau itu miliknya.
“Loh!” Dara membelalakkan matanya. “Ini, Reihan yang ngasih?”
“Iya, tadi malam aku bujukin. Dan tadi pas aku bangun, Mas Reihan langsung kasih ke aku.”
“Ya ampun Fa!” Dara langsung memeluk Syifa. “Makasih ya.”
“Iya mbak sama-sama.”
Awalnya Dara mau menelepon Ken lebih dulu sebelum datang ke apartment. Tapi urung karena Dara mau membuat kejutan. Lebih baik dia datang langsung saja ke apartment setelah Reihan pergi kerja.
***
Sejak hari dimana Ken datang ke apartment dan nggak menemukan Dara di sana, Ken terus mencoba untuk menghubungi Dara. Nomornya aktif, tapi nggak pernah diangkat sampai sekarang. Ken paham kalau Dara masih marah, dan dia akan menunggu Dara datang ke apartment. Ken yakin Dara akan datang lama-lama, Dara kan nggak akan tega pada Ken.
Pagi ini dengan ransel di punggungnya Ken berjalan lemas di sepanjang lorong apartment. Saat hendak berbelok, tiba-tiba dari arah berlawanan seorang wanita jatuh tepat di depan Ken. Awalnya Ken nggak mau peduli, Ken hanya nggak mau kalau harus berurusan dengan cewek itu. Masalahnya sendiri saja sudah banyak, Ken nggak mau menambah masalah untuk dirinya sendiri.
Ken berjalan melewati wanita itu dengan tenang, tapi nggak sampai lima langkah wanita itu memanggil Ken.
“Mas to-long ...,” lirih wanita itu.
Ken menghela napas, niatnya kan mau pura-pura nggak liat. Eh malah dipanggil, mana nggak ada orang lain disekitar mereka lagi.Ken akhirnya berbalik dan mendekati wanita itu. “Mbak kenapa?” tanya Ken pada wanita itu.
Wanita itu nggak menjawab, wajahnya pucat pasi dan dipenuhi keringat dingin. Tangannya mencengkeram perutnya yang tampak membuncit. Saat Ken melihat ke arah kaki wanita itu, ada darah merembes dari dress yang dipakai wanita itu.
Ken langsung saja mengangkat wanita itu dan meninggalkan ranselnya sembarangan di sana. Walau Ken nggak mau peduli, tapi Ken merasa kalau dia nggak menolong wanita itu Ken akan merasa bersalah di kemudian hari.
Ken berjalan cepat, untung saja wanita itu nggak berat, jadi Ken bisa berjalan dengan cepat. Setelah menuruni lift, Ken memanggil pak satpam yang berjaga di tempatnya.
“Pak! Ini ada yang mau lahiran!” ucap Ken cepat dengan napas terengah.
Pak satpam langsung tanggap dan memanggil ambulance. “Sudah saya panggilkan ambulance, perlu diantar ke rumah sakit?”
Ken mengangguk cepat. Nggak beberapa lama kemudian ambulance datang dan wanita itu langsung dibawa masuk ke dalam. Ken baru saja mau naik, tapi urung saat melihat Dara berdiri di lobby apartment dengan Hana dalam gendongannya. Menatap ke arah Ken lurus-lurus tanpa Ken bisa tebak apa maksud dari tatapan Dara tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Accident
ЧиклитMenikah di usia delapan belas tahun tak pernah ada dalam bayangan Ken. Terlebih memiliki bayi tepat setelah dia diterima di UGM Jurusan kedokteran. Semuanya terasa berat, untuknya sendiri dan juga untuk 'istrinya', Dara. >>> Update seminggu satu kal...