=> 27. Diambang batas. <=
***
Dara termenung di meja makan dengan segelas air putih di depannya. Matanya menatap kosong ke depan. Waktu masih menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit. Dan kebetulan sekali Hana belum bangun pagi ini.
Dara nggak bisa tidur semalaman, pikirannya terus memikirkan bagaimana keadaan Ken saat ini. Apalagi sampai pagi ini nggak ada kabar sedikit pun dari Ken. Dara takut terjadi hal yang nggak-nggak pada Ken.
Suara pintu apartment yang terbuka membuat Dara langsung awas. Tatapannya tertuju pada pintu apartment yang mulai terbuka.
Di sana berdiri Ken dengan wajah segar. Berbeda sekali dengan Dara yang masih sangat kucel karena belum mandi, apalagi kantung matanya yang pasti terlihat jelas karena nggak tidur semalaman.
"Kamu nggak tidur?" tanya Ken memecah keheningan. Walau rumah tangga mereka sedang dalam keadaan nggak baik, tapi Ken nggak bisa mengabaikan Dara dan calon anaknya begitu saja.
Ken berjalan perlahan ke arah Dara. Menarik kursi di seberang Dara, lantas duduk di sana sambil menatap Dara.
"Kenapa nggak tidur?" tanya Ken, lagi.
"Nggak bisa tidur."
"Kenapa nggak bisa tidur?"
Dara diam."Mau terus diem aja?"
"Maaf," lirih Dara.
Ken menghela napas, lantas berdiri dari duduknya. Ken mengambil amplop dari tasnya, lantas menyerahkan amplop itu pada Dara. "Ini uang bulanan, buat makan kamu sama Hana."
Dara mengernyitkan keningnya. "Kamu mau kemana?"
"Aku nggak tinggal di sini untuk sementara. Toh percuma juga kan aku tinggal di sini, kaya nggak punya istri."
Dara mengepalkan tangannya tanpa sadar. Dara hanya nggak menyangka Ken akan bicara seperti itu. "Aku lagi hamil, kamu tega ninggalin aku di sini sama Hana aja? Kalo aku kenapa-kenapa gimana?"
"Setiap sebulan sekali aku ke sini."
Dara mengambil gelas di depannya lantas melemparkan itu pada Ken. "Pergi!"
Ken tentu saja menghindar. Dia nggak akan dengan bodohnya rela dihantam gelas apalagi dia ada jadwal kuliah pagi ini.
"Aku nggak mau liat kamu lagi, kita cerai aja!" ucap Dara lantang.
Ken membeku di tempatnya dengan tangan terkepal. Tubuhnya bergetar menahan amarah. Matanya memerah karena emosi. Mungkin Ken masih bisa bersabar dengan segala penolakan Dara. Tapi rasanya Dara terlalu nggak adil, padahal Ken nggak salah apa-apa.
"Kamu kekanakan,"lirih Ken. "Liat siapa yang salah dan siapa yang marah?! Kamu bersikap kaya gini seakan-akan aku cowok brengsek yang nggak bisa jaga kemaluannya, yang nggak bisa jaga hatinya. Kalau memang aku kaya gitu aku bakal terima sikap kamu ini. Masalahnya aku nggak pernah ngerasa ngelakuin hal itu, dan kamu terus-terusan bersikap seolah-olah aku salah, aku selingkuh. Kalau kamu di posisi aku Ra, emang kamu terima?"
Dara mulai terisak.
"Bagi aku Ra, nggak pernah terpikir sedikit pun buat ngucapin kata cerai. Kalau memang kamu capek sama aku, ok. Kita jaga jarak dulu aja, nggak perlu cerai karena buat aku masalah ini cuma salah paham."
Dara menggeleng, menatap Ken dengan linangan air mata.
"Semua cowok yang selingkuh ... selalu pake alasan salah paham."
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Accident
Literatura FemininaMenikah di usia delapan belas tahun tak pernah ada dalam bayangan Ken. Terlebih memiliki bayi tepat setelah dia diterima di UGM Jurusan kedokteran. Semuanya terasa berat, untuknya sendiri dan juga untuk 'istrinya', Dara. >>> Update seminggu satu kal...