***
Sekuat apapun Ken berusaha untuk membuat hubungannya dengan Dara menjadi baik, rasanya percuma saat Dara sendiri nggak menanggapi itu dengan baik. Selama hampir dua bulan ini Ken selalu menyempatkan diri untuk pergi ke rumah Reihan, paling nggak seminggu sekali di akhir pekan.
Ken lelah sebenarnya, tapi Ken nggak ingin menyerah. Dia yakin Dara akan luluh lagi. nggak mungkin Dara akan tega membiarkan Ken terus menerus seperti sekarang.
Hari minggu kali ini Ken absen ke rumah Reihan karena sejak kemarin kepalanya pening. Ken baru bangun saat mendengar bel apartmentnya terus berbunyi, dan handphonenya juga meraung berulang-ulang. Awalanya Ken berniat untuk mengabaikan itu semua, tapi karena nggak juga kunjung berhenti, Ken akhirnya memilih beranjak dari kasur dan pergi untuk membukakan pintu apartment.
“Gill?” tanya Ken heran saat melihat Gill beserta Kenya berdiri di depan apartmentnnya.
“Kamu harus ikut saya ke rumah sakit,” ucap Gill cepat. Kenya mengangguk cepat dengan napas tersengal, sepertinya mereka berlari sampai ke apartment Ken.
“Siapa yang sakit?” tanya Ken bingung.
“Istri kamu mau melahirkan,” jelas Gill sambil menarik Ken begitu saja. Ken diam saja saat Kenya mendorongnya agar berjalan lebih cepat. Dia masih bingung dan mendadak saja pikirannya blank.
“Hei!” bentak Kenya sambil melambai pada Ken. “Istri kamu mau melahirkan. Ayo dong, gerak cepat bisa kan?! Dia nggak mau melahirkan sebelum kamu sampai di sana!”
Dan seperti disadarkan Ken langsung melangkah semakin cepat bersama Gill dan Kenya. Ken sebenarnya bertanya-tanya darimana Kenya dan Gill tau Dara akan melahirkan. Tapi saat sadar Dara menunggunya sekarang dan nggak bisa untuk berlama-lama lagi, jadi Ken mencoba meredam rasa penasarannya.
Mereka sampai di rumah sakit tepat lima belas menit kemudian. Berkat Gill yang menyetir seperti orang kesetanan akhirnya mereka bisa sampai tepat waktu.
Saat Ken masuk ke ruang operasi Dara langsung menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Ken mengulas senyum kecil, berusaha menenangkan Dara, tapi sepertinya usahanya gagal karena Dara malah menangis seperti anak kecil.
Ken kelabakan tentu saja dan langsung meraih tangan Dara untuk digenggamnya. “Hei,” bisik Ken. “Aku di sini.” Ken mengecup pelan kening Dara.
Dara seperti ingin berbicara tapi tampaknya kesulitan karena sebentar-sebentar dia meringis kesakitan dan mencengkeram tangan Ken erat. Dokter yang menangani Dara memberitahukan bahwa kontraksinya semakin sering dan hanya butuh waktu sebentar lagi untuk mengeluarkan bayinya.
“Apapun yang terjadi, kamu harus kuat.” Ken mengecup kening Dara lagi, lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Dara. “I love you-“
***
Detik-detik menegangkan itu akhirnya terlewati. Seumur hidup Ken, baru sekarang dia merasa begitu tegang dan takut saat melihat Dara dengan keringatnya berjuang melahirkan anaknya. Ken jadi merasa bersalah, dulu saat melahirkan Hana, Dara berjuang sendirian.
Dan rasa takutnya bertambah berkalilipat, saat dokter bilang Dara mengandung anak kembar. Sepertinya hal itu mengejutkan untuk Dara juga karena istrinya yang tampak kelelahan itu tampak melotot kaget.
Rasanya jangan ditanya lagi, Ken sudah mau pingsan saat melihat Dara tampak sangat lelah dengan wajah pucatnya. Ken takut hal yang dipikirkan terjadi. Ken takut Dara meninggalkannya. Konyol memang, tapi ketakutan itu ada.
![](https://img.wattpad.com/cover/100738975-288-k412134.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Accident
ChickLitMenikah di usia delapan belas tahun tak pernah ada dalam bayangan Ken. Terlebih memiliki bayi tepat setelah dia diterima di UGM Jurusan kedokteran. Semuanya terasa berat, untuknya sendiri dan juga untuk 'istrinya', Dara. >>> Update seminggu satu kal...