=> 14. Masih Misteri. <=
***
“Mungkin kamu salah orang, saya rasa saya nggak pernah ketemu kamu sebelum ini.” Dara berusaha bersikap biasa, walau pun sikap Reihan membuatnya risih. “Syifa mana sih, saya susulin Syifa ya,” ucap Dara pada Reihan. Dia sudah beranjak dari duduknya, terlalu lama dekat dengan Reihan malah membuat Dara was-was tanpa alasan.
Reihan membiarkan Dara pergi, saat Dara menoleh ke arah Reihan orang itu terlihat sibuk dengan ponselnya.“Eh, Mbak Dara mau kemana?”
Dara menoleh ke arah sumber suara dan hanya bisa tersenyum tipis saat melihat Syifa datang dengan senampan makanan. “Ini mau nyusulin kamu.”“Kan Syifa bilang tunggu aja Mbak. Mas Reihan nggak ganggu Mbak Dara kan?”
“Oh, enggak kok.” Dara akhirnya memilih berbohong setelah tadinya bingung memberi jawaban. Ucapan Reihan dan tingkahnya sejujurnya membuat Dara risih, tapi takutnya kalau dia bicara pada Syifa malah hubungan pernikahan Syifa dan Reihan terganggu karenanya. Dara kan nggak enak kalau jadi perusak.
“Oh, Mas Reihan emang agak serem gitu Mbak. Tapi, aslinya baik kok.”
Dara mengangguk saja sambil tersenyum.
Setelah itu mereka makan dengan sesekali diselingi cerita dari Syifa. Hana sendiri terlihat tertidur nyaman dalam gendongan Dara, anaknya seperti tau jika ibunya butuh makan. Selama makan, Dara selalu menghindari menatap ke arah Reihan. Lebih baik menghindar daripada membuat masalah, pikir Dara.
“Loh Mas, ini Mbak Tiara katanya ke dokter kandungan. Mas udah tau?” tanya Syifa dengan tatapan tertuju pada layar ponselnya. Dara mengamati sambil meminum es jeruknya. Berlama-lama memainkan sedotan.
“Enggak, memang udah mau lahiran?” tanya Reihan dengan ekspresi datar.
“Ini katanya Mbak Tiara iya, aku disuruh nungguin soalnya Mas Pram lagi dinas. Terus gimana dong mas?”
“Ya udah, Mas anter kamu ke rumah sakit baru mas anter Dara ke rumahnya.”
Wah nggak bener nih, batin Dara. Nggak mungkin dia berduaan dengan Reihan, lebih baik Dara naik bus atau taksi nggak papalah daripada bareng Reihan.
“Ya udah, nggak papa deh Mas. Mbak Dara nggak papa kan? Nanti biar dianter sama Mas Reihan aja ya, maafin Syifa nih mbak nggak bisa nganter soalnya ini kakak ipar tiba-tiba minta ditemenin di rumah sakit.” Syifa menampilkan raut bersalah dan kelihatan jujur.
Dara membalasnya dengan sebuah senyum tipis miliknya. “Ah aku naik bus aja Fa, nggak papa kok.”
Syifa langsung menggeleng tegas. “Jangan gitu dong Mbak, Syifa jadi nggak enak nih. Mbak masih keliatan pucet banget, dan emang mbak nggak kasian sama adeknya?”
“Aku udah mendingan kok, Fa. Aku nggak akan apa-apa.”
“Dianter sama Mas Reihan aja mbak, Mas Reihan juga udah nggak ada kepentingan kok. Mau ya Mbak, biar saya tenang. Takutnya nanti mbak malah kenapa-napa lagi.”
Dara akhirnya hanya bisa menghembuskan napasnya pelan. “Ya udah deh.”
“Nah gitu dong Mbak dari tadi! Yuk berangkat sekarang Mas.”
Dara sudah punya perasaan nggak enak sejak masuk ke mobil Reihan. Apalagi saat Syifa turun di rumah sakit, lalu Dara terpaksa pindah ke depan karena dipaksa oleh Syifa. Dara makin mati kutu, dia nggak tau harus bersikap seperti apa. Bahkan duduknya saja kaku, Dara merasa nggak leluasa untuk bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freak Accident
ChickLitMenikah di usia delapan belas tahun tak pernah ada dalam bayangan Ken. Terlebih memiliki bayi tepat setelah dia diterima di UGM Jurusan kedokteran. Semuanya terasa berat, untuknya sendiri dan juga untuk 'istrinya', Dara. >>> Update seminggu satu kal...