Tiara mengerutkan kening saat sinar matahari terasa silau pada matanya. Dia mengerang sesaat lalu dengan perlahan matanya memindai seluruh kamar tempatnya terbangun. Terbelalak lebar, Tiara dengan cepat memeriksa tubuhnya.
Telanjang.
Sudah pasti semalam itu bukan mimpi. Sentuhan Javier terasa nyata, bahkan sampai sekarang pun Tiara masih bisa merasakan hangatnya berada dibawah telapak tangan pria itu. Tapi sekarang dimana Javier berada? Apa dia ada dikamar mandi?
Dengan pelan menahan rasa tak enak diarea pribadinya, Tiara berjalan kearah kamar mandi sambil melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Dibukanya perlahan pintu kamar mandi itu dan melongokkan kepala menatap kedalam.
Tak ada siapapun.
"Kau sudah bangun?"
Tiara terkejut saat mendengar suara pria dibelakangnya dan berganti dengan wajah datar saat melihat Javier. Pemuda itu membawa nampan ditangannya.
"Aku membawakanmu makanan." Kata Javier sambil menaikkan nampan sambil menatap Tiara menaikkan alisnya. Tumben sekali Javier perhatian, biasanya pemuda ini tak pernah begini. Apa yang mereka lakukan semalam, sampai pemuda ini bisa berubah 180 derajat?
"Apa ada racun didalamnya?" Kata Tiara.
Javier memutar bola matanya bosan mendengar perkataan Tiara, "Kau selalu menuduhku seperti itu. Aku tak punya racun sebanyak itu jika kau mau tahu. Jadi jangan menuduhku terus."
Javier melangkah kearah sofa dikamar mereka dan meletakkan nampannya keatas meja pendek didepan sofa. Tangan Javier menepuk sofa disebelahnya sambil menatap Tiara; mengisyaratkan gadis itu agar duduk.
"Ayo makan" kata Javier saat Tiara sudah duduk disampingnya. Gadis itu tetap mengeratkan pegangannya pada selimut di dadanya; mencegah agar kain putih polos itu tidak terlepas dan bisa berpotensi membuat Javier melakukan hal seperti semalam.
Memikirkan tentang semalam, sontak pipi Tiara memerah malu dan membuat Javier menaikkan alisnya jahil. Netranya berputar dan berdeham sekali, mencoba menarik perhatian Tiara.
"Ada apa denganmu?" Nada suara Javier terdengar jahil ditelinga Tiara sontak membuat gadis itu mendenguskan napasnya kesal, "aku tahu sentuhanku sehebat itu, tapi sekarang kau harus makan."
Pipi Tiara semakin memerah mendengar perkataan frontal tak tahu malu Javier tentang percintaan mereka semalam. "Heh, kejantanan kecil. Jangan terlalu pede, aku masih memikirkan satu alasan kenapa kau tiba-tiba baik padaku hari ini."
Javier mendengus kesal. Sekretaris semacam apa yang mengejek bosnya sendiri? Manik hitam milik Javier melirik Tiara yang sedang mengambil piring nasi didepannya dengan satu tangan. Seketika, Javier menyeringai kecil dan mendekatkan badannya kearah Tiara, membuat gadis itu mengangkat alisnya heran.
"Mau apa kau?" Kata Tiara sengit sambil mengeratkan genggamannya pada selimut di tubuhnya.
Javier hanya tersenyum kecil lalu menggenggam tangan Tiara yang berada diatas selimut, "Aku saja yang menahan selimutmu. Makan saja pake dua tangan" Tiara memberikan tatapan garang "tenang saja, aku tak akan mengintip.."
Menyipitkan matanya kesal, Tiara akhirnya melepaskan genggamannya dari selimut didadanya dan membiarkan tangan Javier yang menggenggam selimut itu, menggantikan tugas Tiara untuk menahan selimut tebal berwarna putih polos itu tetap berada ditubuhnya.
Tiara mengambil sendok diatas nampan dan mulai memotong ikannya sampai suara Javier terdengar lagi. Kali ini, Tiara benar-benar menyesali perbuatannya yang dengan rela memberikan tugas suci untuk memegang selimut pada Javier.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME ✔
RomanceTiara Winn mencoba untuk membuat seorang Javier Noarch bertekuk lutut demi perusahaannya. Tapi dia tak tahu jika Javier bukan hanya pebisnis sukses tapi sebuah dewa feromon berjalan. Seorang Noarch bertekuk lutut? Yang benar saja! Mereka berdua mamp...