The Game (9) : Tahap 'berbahaya'.

28.5K 810 12
                                    

Hah!

Tiara tersentak dalam tidurnya. Mimpi, itu tadi mimpi. Tiara memegang kepalanya, dan terkejut saat melihat kamar mewah yang ditempati olehnya dan Javier terlihat sangat berantakan. Kursi yang terbalik, sofa yang hancur dan banyak pecahan gelas dilantai. Ada apa ini?

Dan kemana si Javier? Tiara terdiam sebentar lalu terkejut lagi. Matanya melirik keseluruh ruangan untuk mencari pemuda berambut hitam yang seksi itu. Ciuman itu, Tiara menyentuhkan tangannya kebibirnya. Ciuman itu terasa nyata. Kesan kasar yang ditinggalkan Javier di bibirnya juga terasa nyata. Lalu? Kemana Javier? Kemana dia?

Dengan kasar, Tiara menyibakkan selimutnya.

Tidak!

Dia telanjang.

"AAAH!"

"Berisik!" Hardik seseorang.

Javier sedang berdiri di pintu sambil melipat tangannya di dada. Tiara menggigit bibirnya keras. Dia merasakan tangannya bergetar dengan cepat. Bukan karna takut atau sedih. Tapi lebih ke perasaan dimana kau dilema antara ingin membunuh atau meneriaki seseorang. Astaga! Apa mereka memang melakukan 'itu' semalam?

Maafkan aku, Trevin. Tiara sudah hina sekarang.

Netra birunya melihat Javier yang melangkah maju kearahnya, dengan sigap Tiara mengeratkan cengkramannya pada selimut tebal berwarna krim yang sedang menutupi tubuhnya yang telanjang sambil menunjuk Javier dengan ganas.

"Kau!" Tiara menggelengkan kepalanya panik. "Kau, kau, kau! Apa yang kau lakukan padaku? Beraninya kau melakukan itu padaku! Sialan kau!"

Javier menaikkan sebelah alisnya keatas, "Apa yang kau katakan, dasar sinting. Memangnya aku serendah itu?"

Bohong. Pemuda ini pasti ingin memanipulasinya. Javier semakin melangkah mendekat kearah tempat tidur, membuat Tiara panik, dan tersenyum senang.

"Diam kau! Aku yakin kau sudah melakukan sesuatu pada tubuhku!"

Javier semakin melebarkan seringaiannya saat menatap tubuh polos Tiara yang berselimut tebal. Gadis ini lucu sekali, "Aku tak melakukan apapun padamu Tiara" jelasnya pelan.

"Lalu kenapa aku telanjang?" Tiara melirik kesekitar, memindai apapun yang bisa digunakan untuk melindungi tubuhnya dari si mesum ini. Sifat kekanakannya keluar lagi. Seharusnya dia tak menyetujui rencana Trevin yang menyuruhnya untuk pergi ke Los Angeles.

Saat itu, dimalam ketika Tiara menyetujui ajakan Javier untuk pergi bersamanya ke Los Angeles, Tiara baru saja menangis akibat drama yang ditontonnya.

"Dia mati, Trevin. Dia mati!" Kata Tiara sambil menangis di panggilan teleponnya.

"Astaga siapa yang mati?"

"Aduh kau ini. Pokoknya dia mati! Pedangnya dicabut! Tidaak!" Jawab Tiara sambil sesekali menyeruput ingusnya.

"Ha? Aku tak mengerti. Aku menelponmu bukan untuk ini Tiara. Kukira si Javier Noarch itu yang membuatmu menangis. Dasar kau ini." Terdengar siara kresek tanda sinyal telepon yang hilang-timbul.

"Dasar sialan."

"Heh, jadi bagaimana? Ada perkembangan?" Tanya Trevin lagi.

Mengusap matanya kasar, Tiara mengambil kripik kentangnya dan sambil sesunggukan dia mencebik kecil, "Kau tahu? Aku ingin membunuhnya hari ini. Tak ada yang berubah... dia selalu menyuruhku ke dapur untuk membuat kopinya"

Trevin terkekeh berat dari seberang telepon, "Begitu ya? Terus bagaimana lagi?"

"Dia menyuruhku menemaninya ke Los Angeles besok. Aku belum memikirkannya." TIara mendecih kecil. Dia berniat menolak ajakan itu. Apa-apaan? Mana ada pesta bisnis berlangsung selama seminggu?

THE GAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang