Sebuah koper abu-abu besar terseret lambat di bandara subuh itu. Netra Tiara terus menerus melihat tujuan yang tertulis ditiket pesawat yang sudah dibookingnya dari dua hari yang lalu. Apa ini tepat? Bagaimana dengan Javier? Apa yang akan dilakukan pemuda ceroboh itu?
Semua pertanyaan berputar dikepala Tiara membuat gadis berusia dua piluh satu itu merogoh ponselnya di dalam saku jas dan menekan tombol. Netranya meredup saat melihat foto Javier dan dirinya yang dijadikannya wallpaper.
Tersenyum pedih, Tiara memutuskan untuk memberitahu Javier. Lagipula, dua puluh menit lagi pesawatnya pergi. Tak sampai tiga detik, teleponnya tersambung, membuat Tiara mengerjap pelan.
Sambil menyeringai, dia menyenderkan punggungnya dan melipat kaki, "Halo."
"Tir? Ada apa?" Suara Javier terdengar parau, khas bangun tidur.
Bibir Tiara menipis pelan, bagaimana cara dia mengatakannya? Apa reaksi Javier?
"Tidak. Aku hanya menelponmu saja..." Suara Tiara semakin terdengar bergetar menahan tangis. Gadis itu menggeleng cepat ingin menghentikan emosinya yang tiba-tiba melawan.
Dia masih ingin disini. Kenapa dia harus pergi?
"Tir?" Lama tergantung, Javier memanggilnya lagi.
Tiara sudah membayangkan pemuda itu sekarang sedang mengerutkan dahinya bingung. Siapa yang tak bingung, dua hari yang lalu, mereka masih berada dalam mobil. Javier berjanji untuk tak akan meninggalkan Tiara, bahkan pemuda itu masih berkeraskepala bahwa dia miliknya.
Tapi sekarang? Tiara harus memenuhi janjinya.
Gadis itu harus pergi. Hubungan mereka memang tak ada harapan lagi...
Menggeretukkan giginya menahan tangis, Tiara menarik nafas dalam, "Aku akan pergi jauh. Jangan mencariku. Sampai jumpa, Jav".
***
Javier menatap ponselnya bingung. Tak biasanya Tiara menelponnya sesubuh ini. Dan kalimat terakhir perempuan itu membuat jantung Javier berdebar kesakitan.Menelan ludah gugup. Javier menyambar kunci mobil yang berada diatas nakasnya dan memakai jaket cepat. Sambil menuruni tangga, Javier membuka GPS, melacak keberadaan Tiara lalu membulatkan matanya.
Bandara.
Buat apa?
"Sialan!"
***
Setengah berlari, Javier menelusuri bandara yang sudah semakin ramai. Dia membutuhkan waktu sepuluh menit dari rumahnya ke bandara menggunakan jalur biasa, sialannya karna hujan deras, jalanan yang biasa dilalui oleh pemuda itu ditutup dikarnakan ada pohon jatuh.Jadi Javier harus mengambil jalan memutar yang membutuhkan waktu tiga puluh menit. Pemuda iti hanya berharap waktunya masih sempat mengejar Tiara.
Gadis gila itu. Padahal semalam jam dua belas malam, mereka masih berpelukan. Kenapa tiba-tiba dia bisa berada di bandara jam lima pagi?
Mendecak keras, Javier mencoba untuk menghubungi nomor Tiara tapi gagal. Berjalan kearah regster ticket, Javier meletakkan sejumlah uang.
"Lacak keberadaan penumpang dengan nama Tiara Winn" titah Javier tegas.
Wanita bersanggul rapi didepannya hanya mengerutkan alis melihat uang berpecahan besar didepannya aneh, "Maaf?"
"Aku bilang. Lacak keberadaan Tiara Winn" Ulang Javier, mencoba bersabar.
Membutuhkan waktu dua puluh lima menit Javier mencari-cari disekeliling bandara, sampai toilet wanita, Tiaranya tak ada dimana-mana. Sampai pemuda itu yakin, bahwa Tiara sudah pergi, barulah dia berusaha 'menyogok' wanita didepannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME ✔
RomanceTiara Winn mencoba untuk membuat seorang Javier Noarch bertekuk lutut demi perusahaannya. Tapi dia tak tahu jika Javier bukan hanya pebisnis sukses tapi sebuah dewa feromon berjalan. Seorang Noarch bertekuk lutut? Yang benar saja! Mereka berdua mamp...