Sudah lebih dari empat puluh lima menit mereka berdua berdiam tak ada yang membuka suara. Javier menatap Tiara dari kaca spionnya. Gadis itu terdiam seperti sedang menimbang sesuatu. Tatapan wajahnya tak terbaca, membuat Javier mengerutkan alisnya tak mengerti.
Apa yang sudah dibicarakan oleh Dimitri tadi?
Javier masih memperhatikan Tiara yang tak membuka suara lalu berdeham pelan. Tangan Javier menarik Tiara agar menghadap kearahnya yang untungnya diikuti oleh gadis itu. Mata Tiara kembali menyendu dan melepaskan tangan Javier dari lengannya.
Gadis itu bersandar kearah jok mobil dan menghela napas gusar. Sesekali menjilat bibir bawahnya yang kering, Tiara melamun lagi.
Javier menipiskan bibirnya, "Apa yang ingin kau katakan?"
Netra biru Tiara menatap lagi kearah Javier dan tersenyum tipis.
"Kita... berpisah saja ya?"
Javier menegang mendengar perkataan Tiara yang tiba-tiba. Tangannya terkepal kuat dipahanya saat dia mencoba untuk menemukan kebohongan dimata Tiara. Tapi nihil, gadis itu benar-benar serius kali ini.
"Kenapa?" Tanya Javier serak hampir berbisik.
Tiara hanya menatap Javier datar lalu menegakkan tubuhnya, "Aku rasa sudah saatnya kita berpisah. Bukannya hubungan kita memang hanya sebatas kebohongan?"
"Apa kakek yang mengatakan itu padamu?"
"Tidak" Tiara menggeleng pelan lalu tersenyum manis. Tangannya menyentuh tangan Javier yang terkepal lalu mengelusnya pelan. "Aku hanya ingin hubungan ini berakhir Javier."
"Jadi selama ini... kau menganggap hubungan kita tak serius?" Javier menghempaskan pelan tangan Tiara yang menggengam tangannya lalu menipiskan bibirnya tak suka.
Tiara tak menjawab, gadis itu sibuk memperhatikan wajah Javier yang sudah mulai mengeras menahan emosi, "Bukannya memang begitu. Aku memanfaatkanmu untuk kepentingan perusahaanku, aku menipumu. Dan selama ini kau sudah mengetahui identitas asliku tetapi kau berpura-pura tak tahu."
Javier terdiam menatap Tiara.
"...bukannya sama saja? Jadi lebih baik kita mengakhirinya. Iyakan?" Tiara melanjutkan perkataannya dan sekali lagi tersenyum tipis kearah Javier.
"Kau sudah berjanji untuk berjuang kan tir? Kau berjanji untuk tak melepaskan ikatan kita. Iyakan?" Javier menatap Tiara datar lalu mendengus keras menahan sesak didadanya yang semakin tak tertahankan.
Tiara tersenyum kecil lalu mengelus pipi Javier pelan, "Maaf. Tapi ini yang terbaik untuk kita berdua..." ujar Tiara sambil mengela napas.
Gadis itu merasakan matanya berlinang. Mereka sama-sama merasa sakit akan perpisahan ini. Tapi memang ini yang terbaik untuknya dan Javier. Pemuda itu harus bebas dari ikatan yang dilandasi kebohongan Tiara ini.
Tiara menghela napas sesak, lalu maju mencium pipi Javier lembut. Pemuda itu tak memberikan reaksi sedikitpun. Dia hanya mematung menatap kearah parkiran yang semakin sepi.
"Aku akan pulang naik taksi. Jaga kesehatanmu, Jav." Tiara mengelus lengan Javier pelan lalu memutar badannya.
Saat gadis itu akan membuka pintu, Javier menyambar lengan Tiara lalu berdeham, "Aku akan mengantarmu pulang."
Tiara menatap Javier tak percaya. Dia kira pemuda itu terdiam karna membencinya saat ini. Gadis itu menuruti perkataan Javier lalu menarik seatbelt dan menguncinya. Sedangkan pemuda berdarah Noarch disampingnya sudah mulai menghidupkan mobil.
Sebelum mobil itu berjalan, Javier mengalihkan pandangannya sehingga mata mereka bertemu. Tiara semakin merasa sesak saat menatap netra Javier yang memerah menahan tangis. Pemuda itu menghela napas lalu mendekat kearah Tiara dan menempelkan bibir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME ✔
RomanceTiara Winn mencoba untuk membuat seorang Javier Noarch bertekuk lutut demi perusahaannya. Tapi dia tak tahu jika Javier bukan hanya pebisnis sukses tapi sebuah dewa feromon berjalan. Seorang Noarch bertekuk lutut? Yang benar saja! Mereka berdua mamp...