The Game (29) : Got'cha

11.3K 437 5
                                    

Sudah tiga hari semenjak perkataan Javier dimobil saat itu, tadi pagi Jeremiah menelponnya dan berkata akan ke kantornya siang ini. Javier sempat bilang bahwa dia benar-benar sedang sibuk hari ini. Sudah tujuh bulanan ini dia hampir tak pernah mengecek keuangan kantornya dan kemarin saat pengecekan, jantungnya hampir lepas dari rongganya.

Ada pemasukan sangat banyak dari para kolega bisnisnya yang dia bahkan tak tahu atas dasar apa. Maka dari itu, hari ini, Javier memutuskan untuk melanjutkan hidupnya lagi. Dia tak boleh hanya memikirkan Tiara sampai dia menelantarkan seribu orang lebih karyawannya terambing-ambing tanpa data yang jelas.

Pemuda itu bukannya menghentikan pencarian Tiara. Pencarian Tiara sudah diserahkannya keapada Kevin. Selama seminggu ini Mr. Kim, sekretarisnya yang lama yang sudah dikembalikan oleh Trevin sudah menyusun jadwalnya hingga sangat penuh.

Entah marah atau apa, Mr. Kim bahkan hanya memberinya waktu tiga puluh menit untuk makan siang sebelum rapat berikutnya. Pikiran Javier sudah hampir pecah membayangkannya.

Tapi karna Jeremiah sudah berkata bahwa pembicaraan mereka sangat penting, Javier hanya menyuruhnya datang pada saat makan siang. Dan sekarang, sudah lhampir lima menit di jadwal makan siangnya sudah dihabiskan untuk menunggu Jeremiah datang.

Sebenarnya kemana kakaknya itu...

Mr. Kim membuka pintu dan membawakan nampan berisi makan siangnya. "Ini, Tuan" kata Mr. Kim sambil meletakkan nampan itu didepan Javier yang dibalasnya dengan senyum kecil.

"Makasih. Oh ya, apa Jeremiah ada menghubungimu?"

Mr. Kim mengerutkan keningnya bingung, "Tidak Tuan. Saya tak menerima panggilan apapun."

Javier menghela napas lalu mengangkat sendoknya, "Baiklah".

Mr. Kim menganggukan kepalanya kecil lalu melangkah keluar dari pintu besar kantornya, lalu tanpa aba-aba, pintunya terbuka secara kasar. Javier mengerutkan alisnya lagi saat Jeremiah berjalan tergesa-gesa kearahnya, lalu kakak kandungnya itu langsung menghenyakkan diri diatas kursi didepan Javier.

Mr. Kim menatap adegan tadi bingung dan hendak melangkah masuk lagi sebelum Javier melambaikan tangannya; membuat gestur mengusir secara halus ke Mr Kim yang langsung dibalas anggukan oleh sekretarisnya itu.

"Kenapa kau tergesa-gesa seperti itu?" Tanya Javier.

Jeremiah tak menjawab. Pemuda itu hanya mengulurkan tangannya mengambil gelas bening yang berada di atas nampan Javier lalu menegak isinya sampai habis.

"Aku barusan kabur dari kakek."

Alis Javier terangkat keatas, "Kenapa?" Javier menatao Jeremiah penasaran sambil tetap memakan makanannya.

"Tak tahu. Kakek tiba-tiba begitu posesif hari ini padaku setelah dia mendengar aku mau bertemu denganmu tadi pagi."

Javier semakin mengerutkan alisnya, "Memangnya aku kenapa?"

Jeremiah masih mengatur nafasnya lalu mengambil tisu dan mengelap keringat di dahinya, "Mungkin dia punya firasat aku ingin memberitahumu tentang Tiara."

Javier terbatuk setelah mendengar perkataan Jeremiah, perutnya terasa diperas hingga Javier sudah tak bernafsu lagi makan. Mata hitam Javier saat ini memandang serius Jeremiah yang juga menatapnya.

"Kau tahu.... dimana dia?" Bisik Javier seolah-olah pembicaraan ini adalah rahasia negara.

Jetamine menghela nafas lalu menegakkan punggungnya, "Aku benar-benar tak tahu di dimana, Jav-"

Javier langsung menghela napas panjang.

"--tapi aku tahu kalau Tiaramu itu sedang ada di Paris saat ini."

Javier menatap Jeremiah tajam. Seolah mencari kebohongan dimata hitam kakaknya, tapi firasatnya mengatakan bahwa Jeremiah saat ini sedang tak berbohong.

"Apa? Darimana kau tahu?"

Jeremiah melirik kekanan lalu menghela nafas lagi, "Aku nelihatnya berada di toko roti dekat apartemenku di Paris saat aku mau berangkat kesini."

Jeremiah menatap Javier lagi lalu melanjutkan, "Aku sudah bertanya ke Robert soal hubunganmu dan Tiara kemarin saat dipesta, dan Robert bilang supaya aku tak mengatakan apapun ke kakek dan kau."

Jeremiah menatap Javier lagi, "Aku sudah tahu permasalahan kalian, dan sebelumnya aku tak bermaksud ikut campur, tetapi setelah... yah, kau tahu... setelah kau mengatakan aku memihak kakek saat itu, aku sangat kesal. Kau tahu kan, aku selalu memihakmu.." Javier tersenyum kecil mendengarnya lalu Jeremiah mendengus kesal,

"Aku tak bisa membantumu lebih jauh lagi, hanya itu yang aku tahu." Jeremiah menatap televisi gantung disebelah kiri Javier yang menampilkan rekaman CCTV Tiara terakhir lalu menghela nafas. "Kau bisa menyuruh orangmu untuk fokus diwilayah Paris saja. Aku dengar dari Robert kau bahkan menyisir Selandia Baru.."

Jeremiah menatap Javier lagi, tapi pemuda dideoannya cuman diam. Lalu tak lama, Jeremiah menghela nafasnya panjang, lalu berdiri, "Yasudah. Hanya itu yang mau kubilang. Aku pergi dulu. Bye."

Membalikkan badan hendak keluar, langkah jeremiah terhenti didekat pintu karna panggilan Javier.

"Terimakasih... kak"

Lalu Jeremiah tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya, "Kalau kudengar lagi kau bilang aku memihak kakek. Aku benar-benar akan memecahkan kepalamu."

Setelah mengatakan itu, Jeremiah menutup pintu pelan, meninggalkan Javier yang masih tersenyum lebar. Pemuda itu langsung mengambil handphone nya dan menekan nomor Kevin.

Seperti biasa, tak sampai sepukuh detik, Suara Kevin terdengar dari seberang.

"Siang, Tuan."

"Tarik semua orang-orangmu...." Javier menatap figura kecil berisi foto Tiara yang diambilnya dulu sambil tersenyum, "Fokuskan saja semuanya pada daerah Paris. Aku mau kalian mencarinya hanya diseluruh Paris saja."

****
Javier sedang meminum kopi hangatnya saat pintu kantornya diketuk pelan lalu seorang pria berambut klimis melangkah masuk. Kevin. Sudah satu minggu sejak Javier menyuruh Kevin menyisir Paris. Pemuda itu tak lagi menelpon asistennya yang satu ini untuk menayakan perkembangan.

Kevin membawa sebuah map besar berwarna merah lalu mengangguk sopan kearah javier.

"Siang, Tuan."

"Ada apa?"

Kevin tak langsung menjawab, pemuda berambut klimis hitam tersebut malah memberi map merah tersebut kearah Javier yang langsung dibuka olehnya. Mata kelam Javier melihat satu persatu foto dn kertas HVS berisi laporan demi laporan.

"Kami sudah menemukan nona Tiara," kata Kevin mantap.

Javier tak menjawab. Pemuda itu sedang asik melihat rindu foto ditangannya. Tiara tampak sehat. Rambut sepunggungnya sudah dipotong sebahu, membuatnya tampak lebih segar. Tapi perubahan-perubahan signifikan penampilan Tiara bahkan tak menutup sedikitpun wajah cantik gadis itu.

Gadis yang ditangannya tetaplah Tiara Winn, kekasihnya.

Yang statusnya sampai sekarang masih belum berubah.

Tersenyum kecil, Javier menatap Kevin lagi, "Bagus. Akan kukirim ekstra gajimu nanti.." Javier memandang lagi foto Tiara lalu melanjutkan perkataannya,

"Jangan melepaskan pandanganmu darinya sedikitpun, aku mau kau terus mengawasinya dari jauh... kalau dia memang mau menghindar dariku, kita tak perlu terburu-buru mendekatinya"

Javier tersenyum kecil lagi kearah Kevin yang mengangguk sopan dan langsung melangkah keluar dari ruangan Javier. Yah, benar, Javier tak perlu terburu-buru. Dia juga masih dalam masa sulit karna perusahaannya tak terurus. Tiara pasti bisa menunggu untuk bertemu dengannya,

Bukan,

Javier yang pasti bisa menunggu.

THE GAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang