The Game (14) : Dipanggil Pulang

18K 655 32
                                        

Javier mengenggam tangan Tiara dan membawanya kesebuah jalan setapak. Mobil hitam Javier diparkirkannya dipinggir jalan sepi yang dikelilingi oleh hutan dikanan dan kirinya.

Tiara menatap pohon-pohon pinus disekitar jalan setapak yang dilalui keduanya dan meneguk ludahnya gugup. Mau apa Javier membawanya kemari. Apa pemuda ini marah karna perkataan Tiara yang mengejeknya keju kemarin?

"Javier, apa kau memang ingin membunuhku?" Kata Tiara sambil mengigit bibirnya ketakutan.

Javier menghentikan langkahnya dan menatap kebelakang. Gadis berambut coklat sepunggung itu menatap tas besar yang disampirkan Javier dibahu ngeri, mencoba menebak isi tas besarnya.

Sesaat, pikiran jahil terlintas dibenak Javier membuat pemuda itu terkekeh pelan. Matanya menangkap Tiara yang melihatnya aneh dan melebarkan seringai sadisnya kearah gadis itu.

"Iya benar" Javier menarik pelan tangan Tiara hingga gadis itu menubruk dadanya. Tangan Javier mengambil tas di bahunya dan menyodorkannya didepan Tiara, "didalam sini ada palu, kapak dan cangkul kecil".

Tiara semakin membelalakkan matanya ketakutan. Bibirnya sedikit bergetar dan puncak hidungnya mengerut aneh, membuat Javier ingin meledakkan tawanya seketika. Tapi dia bertahan, mencoba untuk menjahili Tiara lebih jauh lagi.

Dekapan Javier mengerat kepunggung Tiara dan berbisik, "aku akan membunuhmu, memutilasimu dan menguburmu didalam hutan ini. Tidak akan ada yang tahu Tiara.." lalu diakhiri dengan hembusan pelan ketelinga Tiara.

Nafas Tiara tercekat dan menatap Javier ketakutan, tubuhnya semakin bergetar dan akhirnya Javier meledakkan tawany; tak tahan dengan wajah lucu gadis itu jika sedang ketakutan.

"Astaga kukira kau serius. Apa kau gila?" Tiara memukul bahu Javier kesal.

Javier menghentikan tawanya dan  menarik tangan Tiara lagi. Kali ini mereka berjalan dalam diam sampai sebuah cahaya remang kekuningan yang bersala dari lampu minyak menyambut mereka. Tiara mengerutkan alisnya tak mengerti menatap Javier.

"Untuk apa kau menyiapkan semua ini?" Tanya Tiara

Javier memasang banyak lampu minyak dipinggir danau yang membeku, menjadikan area hutan ini sangat indah dan tanpa dipungkiri lagi membuat Tiara terpaku. Javier terkekeh lagi dan membuka tas ranselnya. Tangannya mengeluarkan sebuah sepatu khusus dengan logam berbentuk pisau dibawahnya.

"Ini" kata Javier sambil menyodorkan sepatu yang lebih kecil kepada Tiara membuat Tiara menatap Javier dengan pandangan mencemooh, "Kau ingin kita bermain seluncuran es? Dimalam yang sedingin ini?" Tiara menggelengkan kepalanya lalu berujar, "Ternyata kau sudah gila".

Mendengus kesal, Javier berusaha tak memerdulikan ejekan Tiara lalu membungkuk dan memakai sepatu esnya. Peduli amat dengan perasaan Tiara. Gadis itu memang seperti itu. Pongah tanpa tahu apa-apa.

"Kau lihat itu?" Javier menunjuk kesebuah bungalow kecil yang berada ditengah danau. Satu-satunya jalan ke bungalow itu hanyalah melalui perahu, tapi karna kondisi danau yang membeku, bungalow itu tidak bisa dikunjungi, "kita akan bermalam disana."

Tiara memutar netra beningnya bosan lalu menatap Javier aneh, "Lalu?"

"Lalu.. ada sebuah kejutan lagi" Ujar Javier sambil menyeringai.

Tidak ada balasan yang berarti dari Tiara membuat Javier menghela napas kecil, lalu menaikkan alisnya seolah menantang Tiara, "Aku tahu kau bisa menggunakan sepatu itu, jadi ayo kita bertanding."

"Aku tak peduli dengan bungalow itu dan sebagainya, aku mau pulang." Jawab Tiara ketus.

"Aku akan menaikkan gajimu."

THE GAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang