Tiara menatap air terjun didepannya, hari ini adalah hari ketiga dia dan Javier berada di L.A. Sekarang pemuda itu sedang mencoba memakai setelannya di dalam toko didekat air mancur ini. Tiara melihat pemuda itu sedang mengancingkan jas hitamnya sambil menatap cermin dari tempatnya berdiri saat ini.
Salju pertama sudah mulai turun hari ini dan rasanya udara disekitar ini semakin hari semakin menusuk saja. Beruntung dia membawa syal dan mantelnya kemarin, tak seperti Javier yang tadi uring-uringan karna melihat salju karna tak membawa baju dingin apapun untuknya.
Jadi tadi pagi Tiara diseret untuk pergi ke mall untuk membeli beberapa mantel dan syal mengikuti pria ini. Dia bingung, kenapa si Javier ini tak membeli perlengkapannya sendiri? Kenapa dia harus ikut? Apa ini pekerjaan sekretaris zaman sekarang?
Mendengus kesal, dia mengambil batu dari dekat kakinya setelah itu mengucapkan, "Tuhan, buatlah hidupku menjadi lebih mudah. Amin" lalu membuang batu itu kedalam air mancur didepannya. Tak beberapa lama...
"Hai, Wati."
Panggil seseorang dari arah belakang tubuhnya. Segera dia berbalik untuk melihat pemanggilnya dan terbelalak karna terkejut saat melihat iris abu-abu cerah menggoda didepannya.
Sial!
Satu hal yang Tiara takutkan tentang kencan satu malam adalah... kembali bertemu dengan teman kencannya. Pikiran Tiara langsung berputar kembali pada malam dia tidur dengan pria ini. Tiara lupa namanya, tapi dia ingat rasanya. Refleks, gadis itu melihat kearah selangkangan pria berambut pirang itu sambil melangkah mundur. Mulutnya masih menganga tak bisa berkata-kata.
Kenapa... Kenapa dia ada disini?!
Dia kan si pirang sadistik kejantanan besar!
Memang tak sopan memenggil orang seperti itu, tapi Tiara benar-benar lupa dengan namanya. Borion? Korion? Arion? Ah.. pokoknya ada on-on dibelakang, tapi dia benar-benar lupa.
"H-hai?" Tanyanya sambil melambaikan tangan. "Em.. kalo boleh tau, kenapa kau bisa ada disini, Korion-ah.. Borion-eh?"
Pemuda itu terkekeh kecil menampakkan giginya yang mempesona, "Orion. Orion stoon, nona" ucap lelaki itu menjelaskan.
Tiara tersentak lalu mulutnya sontak melafalkan kata, 'Ooh' panjang ketika mengingat nama pria ini. Sambil sedikit menggaruk pelipisnya, tangannya yang bersarung tangan coklat terulur kedepan Orion.
"Hai, Orion" katanya.
Orion tersenyum dan mengambil tangan Tiara yang tampak kecil ditangannya, "Hai juga Wati... atau boleh kupanggil~ Tiara? Tiara Winn?"
Sontak Tiara melepaskan tangannya, "Darimana kau mengetahui namaku" tanyanya sambil menyipitkan matanya curiga.
"Aku membacanya dari kartu identitasmu", katanya sambil tersenyum palsu.
Tiara hendak membalas perkataannya lagi sebelum melihat Javier keluar dari butik sambil memanggilnya keras. Pemuda itu mendatangi Tiara dengan jas hitamnya yang masih terpakai dibadannya; membuat cetakan-cetakan kekar disekitar bahu dan lengannya.
Kalau Javier adalah pacarnya, Tiara rasa mungkin dia akan memanjat tubuh pemuda tampan ini disini sekarang. Tapi sayangnya dia bukan pacarnya. Pemuda itu berjalan kesisi Tiara dan menatap Orion dari atas sampai bawah.
"Siapa kau?" Katanya sengit.
Alis Tiara naik saat mendengar pertanyaan Javier. Hei, itukan bukan urusannya, untuk apa dia menanyakan nama Orion? Ck. Mata abu-abu milik Orion tampak mengkilat sejenak lalu menajam menatap Javier didepannya. Sambil tesenyum palsu -lagi- dia mengulurkan tangannya pada Javier; mencoba untuk bersikap ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME ✔
RomanceTiara Winn mencoba untuk membuat seorang Javier Noarch bertekuk lutut demi perusahaannya. Tapi dia tak tahu jika Javier bukan hanya pebisnis sukses tapi sebuah dewa feromon berjalan. Seorang Noarch bertekuk lutut? Yang benar saja! Mereka berdua mamp...