Tiara menguap bosan. Sudah lebih dari tiga puluh menit dia menunggu Javier yang tak kembali. Pemuda itu tadi ingin pergi ketoilet dan meninggalkan Tiara begitu saja di kafe berwangi coklat manis ini. Bukannya apa-apa, Tiara tidak peduli dengan Javier yang lama sekali dari kamar mandi. Masalahnya sekarang adalah, gadis ini bukanlah teman dekatnya menunggu dan ini terasa semakin menyebalkan.
Sebenarnya kemana pemuda itu?
Apa dia sengaja meninggalkan Tiara dikafe ini agar Tiara yang membayar semua makanannya seperti yang ada di sinetron? Jika iya, berarti Javier salah orang. Tiara membawa cukup uang bahkan untuk membeli seluruh mall ini.
"Lama menunggu?" Tiara menolehkan kepalanya sedikit melihat Javier yang baru saja datang.
"Kemana saja kau daritadi? Memoles ulang makeup mu?" sahut Tiara sinis.
Javier tergelak dan menggelengkan kelapanya. "Wah.." desah Javier pelan, "Lihat siapa yang datang.. Tiara dan mulut busuknya mulai lagi".
Mendengar jawaban Javier, Tiara menghembuskan nafas pelan, "Maaf-maaf saja, Javier. Tapi aku kesini karna kau bilang ingin mengatakan sesuatu kepadaku, tapi kau dan tingkah kekanak-kanakanmu yang membuang waktu itu sangat menyebalkan dan aku punya urusan pentingku sendiri dan jika kau tidak mengatakan sesuatu-yang-tadi-kau-bilang-penting-itu padaku sekarang aku akan pergi", kata Tiara dengan satu tarikan nafas.
Dengan biadabnya, Javier hanya tertawa mendengar celotehan Tiara.
"Oke, nona sok sibuk. Aku hanya ingin bilang, apa kau sudah punya baju untuk pesta keluarga nanti? Karna kau tahu... ibuku sangat menilai seseorang dari penampilannya" kata Javier dengan suara yang semakin memelan.
Tiara hanya menaikkan alisnya mengerti. Lalu mengangguk cepat. Tentu saja dia punya bau bagus, tiga lemari besar didalam kamarnya sudah cukup membuktikan itu.
Tapi belum sempat menjawab, Javier memotong Tiara cepat.
"Melihat rumahmu yang biasa-biasa saja. Aku yakin kau tidak punya baju bagus kan?" kata Javier sambil tertawa. Hampir saja Tiara membalas ucapan Javier sebelum dia ingat suatu hal. Javier tidak tahu rumah aslinya, tentu saja pemuda itu mengatakan hal yang seperti itu.
"A-ah haha" Kata Tiara gugup. "Kau benar juga, aku harus mulai mencari bajunya. Kalau begitu.. aku harus pergi sekarang-"
"Tidak perlu." Javier menangkap pergelangan tangan Tiara yang sudah bangkit dari kursi untuk berniat kabur. "Aku sudah menyiapkan baju untukmu".
Hah?
Tiara mengerutkan dahinya. Netra birunya menatap Javier tak percaya lalu tersenyum kecil, "Javier, kau tidak perlu repot-repot, aku sudah-"
"Tidak apa-apa. Aku tidak merasa direpotkan" Perkataan Tiara dipotong lagi oleh Javier. Kali ini pemuda itu sedikit memaksa Tiara agar menuruti perkataannya.
Tiara terdiam sabil menatap pemuda itu kaget. Kenapa Tiara harus terjebak dengan pemuda ini? Demi apapun, gadis berambut coklat itu masih belum siap dengan kedekatan mereka yang tiba-tiba. Apalagi dengan status hubungan 'mengambang' nya dengan Orion.
Tanpa berbicara lagi, Javier menarik tangan Tiara agar berjalan mengikutinya. Sesampainya di parkiran mobil, Tiara mengerutkan alisnya sejenak. "Mau kau bawa kemana aku?" Tanya Tiara.
Javier tak menjawab dan membungka pintu mobil dan meminggirkan badannya kesamping, mempersilahkan Tiara masuk kedalam mobil hitamnya. Javier menatap Tiara seolah berkata akan menjelaskannya nanti saja. Mendengus pelan, akhirnya Tiara masuk kedalam mobil Javier.
Tak lama berselang dan tak banyak berdebat, Javier melajukan mobilnya dari lahan parkir, dan tanpa ditanya lagi, pemuda itu membuka suaranya.
"Aku akan membawamu membeli beberapa baju," melirik Tiara sebentar Javier melanjutkan perkataannya, "...di toko milik keluargaku".

KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME ✔
RomanceTiara Winn mencoba untuk membuat seorang Javier Noarch bertekuk lutut demi perusahaannya. Tapi dia tak tahu jika Javier bukan hanya pebisnis sukses tapi sebuah dewa feromon berjalan. Seorang Noarch bertekuk lutut? Yang benar saja! Mereka berdua mamp...