Juni, 20xx
Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari saat Javier meneguk gelas bir ketiganya. Mata hitamnya menatap kosong kearah laptop yang menampilkan ratusan rekaman CCTV, hanya merekam beberapa menit video pendek yang berisi seorang wanita cantik berambut gelombang yang ketika itu sedang menarik cepat kopernya.
Javier menatap sosok Tiara rindu, video pendek itu sudah ditontonnya hampir ratusan kali dalam lima bulan terakhir. Selama itu, Javier selalu mencari Tiara kemanapun. Seluruh bagian kota sudah disisirnya, berharap menemukan setitik jejak kearah Tiara, namun nihil. Javier tetap tak tahu kemana Tiara pergi.
Bahkan dia sudah melacak semua rekaman CCTV dikotanya, namun yang menampilkan sosok Tiara hanyalah rekaman yang ada di bandara.
Javier mengambil botol birnya yang hampir kosong dan menuangkan seluruh isinya kedalam gelas kecil dan langsung meminumnya. Menghela napas kesal, Javier bangkit dari tempat duduknya dan melangkah kearah sofa.
Pemuda itu mengambil ponselnya dari atas meja sofa dan menekan sederet angka yang selama lima bulan ini sudah ditelponnya berkali-kali.
Tak sampai tiga detik, panggilan itu tersambung.
"Bagaimana? Apa kau sudah menemukan petunjuk?" Tanya Javier tanpa basa-basi.
Kevin, pengawal setianya yang sedang berbicara diseberang terdengar menghela nafas, "Nona Tiara pergi menaiki pesawat XZ-500 kearah Selandia Baru, tapi tidak ada jejak imigrasi atas nama Tiara Winn di bandara, artinya kemungkinan besar nona Tiara hanya transit ke Selandia Baru."
Javier mengerutkan alis, "Lalu?"
Ada jeda sedikit lama lalu Kevin menghembuskan nafas nya lagi, "Masalahnya Tuan... ada sekitar sepuluh pesawat yang transit dari Selandia Baru pada hari itu, dan tak ada copy jejak penumpang atas nama nona Tiara ang terdaftar transit. Ini aneh, sepertinya ada seseorang yang dengan sengaja menghapusnya"
Javier mendecih kesal. Keberangkatan Tiara sudah pasti direncanakan dengan matang oleh kakeknya. Sambil mengumpat dalam hati, Javier menghela nafas lagi.
"Kalau begitu, suruh orang-orangmu melacak kemana saja sepuluh pesawat transit itu pergi, ambil juga rekaman CCTV pada semua bandara yang memungkinkan, lalu kirimkan padaku jika kau melihat sesuatu yang baru,"
Lalu tanpa basa-basi, Javier menutup teleponnya. Kemana sebenarnya dia?
***Agustus, 20xx
Javier menatap sinis kearah kakeknya yang sedang berdansa bersama Jetamine, pria tua itu tampak sangat senang, berbanding terbalik dengan Javier yang hanya berdiri disudut ruangan sambil memegang gelas tingginya dan menatap malas.
Sudah tujuh bulan sejak Tiara menghilang, dan saat ini, keluarganya sedang merayakan pesta besar-besaran karna ibunya berulang tahun. Javier menghela nafas lagi, dia benar-benar bosan. Harusnya, saat ini Javier masih ada diruang kerjanya, menunggu kabar dari Kevin, tetapi abangnya, Jeremiah yang sengaja datang dari Paris menyeretnya untuk ikut.
"Kau benar-benar seperti pecundang, ya"
Mata tajam Javier melirik kekiri, mendapati Robert, sepupu tertuanya berdiri disampingnya, Robert memandang Dimitri dalam diam. Kakek mereka itu sekarang sedang berdansa dengan gadis kecil berusia empat tahun.
"Aku dengar dari Jeremiah, kau masih mencari sekretarismu itu? Siapa namanya... em, Tiara.. aku tak menyangka, padahal dulu mulut besarmu itu bilang kalau kau dan dia hanya terikat hubungan profesionalitas kerja"
"Diamlah" Javier menghirup anggur pahit ditangannya. Dia benar-benar tak ingin diceramahi oleh seseorang yang kisah cintanya juga tak lebih baik darinya.
Ada jeda lama antara mereka berdua, sebelum Robert menunjuk Dimitri. "Sophia sudah rindu padamu, kau tak mau menyapanya?"
"Aku sedang tak ingin berinteraksi, bert"
Robert terdiam lagi, lalu tak lama dia melihat Javier lalu menepuk pundaknya singkat, "Aku benar-benar tak ingin membantu tadinya, tapi melihat kau yang seperti zombie kesetanan begini, akan kubocorkan sedikit rahasia..."
Javier memutar bola matanya mendengar nada jenaka dari Robert, tapi pemuda itu langsung terdiam saat Robert melanjutkan perkataannya.
".... aku benar-benar tak tahu Tiara Winn berada dimana, tapi apa kau pernah minta bantuan Jeremiah? Kau tahu kan, kakakmu itu mengetahui segalanya?"
***
Pesta sudah selesai dari satu jam yang lalu, tetapi Javier masih saja memikirkan perkataan Robert tadi, apa maksudnya dia mengatakan seperti itu, memangnya apa yang Jeremiah tahu. Apa kakaknya itu terlibat akan hal ini?
Javier menggigit pipi dalamnya. Sekarang pikirannya sedang sangat rumit, sangkin rumitnya, tubuhnya pun ikut berimbas, sudah lebih dari seminggu ini Javier menelan pil penambah darah dikarnakan tekanan darahnya benar-benar menurun.
Mata gelap Javier melihat Jeremiah berpamitan ke kakeknya, sementara Javier menunggu di dalam mobil. Javier sedang tak ingin menyalam Dimitri atau berbicara kepada pemuda itu. Lagipula, Dimitri sudah melihatmya tadi didalam pesta yang artinya kakeknya itu pasti tahu dia ada disana, satu-satunya orang yang dipeluk Javier dari tadi hanyalah ibunya.
Javier mendecak kesal, lama sekali Jeremiah berpamitan, sekitar dua puluh menit kemudian, baru Javier melihat Jeremiah keluar dari pintu rumah utama Noarch, melangkah kearah mobil mereka, malam ini, Javier memang akan diantar oleh Jeremiah.
"Maaf lama" kata Jeremiah ceria yang tak dibalas apapun oleh Javier. Pemuda bermata hitam itu hanya memalingkan wajahnya kearah jendela di sisi kirinya saat Jeremiah menghidupkan mesin mobil mereka.
Dijalan, Javier dan Jeremiah tak berbicara apapun. Kakaknya itu mungkin tahu keadaan hati javier yang tak ingin diganggu, sehingga dia menyalakan musik lembut dari arah radio.
Tapi setelah setengah jam perjalanan dan mobil mereka hampir masuk kekompleks rumah pribadi Javier, pemuda itu membuka mulutnya.
"Aku ingin menanyakan sesuatu."
Jeremiah melirik Javiee aneh lalu terkekeh kecil, "Tanya saja."
"Ini tentang Tiara" tukas Javier tanpa berbasa basi. Jeremiah tak langsung menjawab, pemuda itu hanya terdiam, memfokuskan diri kejalan kompleks mereka seolah-olah kakaknya baru pertama kali mengantarnya pulang ke rumahnya.
Javier hanya terdiam dan tak mau bertanya lagi lalu tiba-tiba Jeremiah membuka mulut, "Aku tak tahu apa yang kau katakan."
Javier memutar bola matanya malas, dia tahu Jeremiah akan menjawab seperti ini. Suasana mobil yang sangat dingin bertambah dingin saat tak ada lagi yang mau membuka suara. Javier tetap menatap kearah kiri sedangkan Jeremiah tetap mengendarai mobilnya lurus.
Hanya tersisa dua blok lagi kearah rumah Javier ketika pemuda itu menatap Jeremiah tak terbaca.
"Aku tahu kau tahu sesuatu Jer"
Jeremiah diam lagi, lalu tiga menit kemudian, mobilnya berhenti tepat didepan halaman Javier. Jeremiah menatap kekanan, lalu melihat lurus mata Javier lalu menghela napas, "Aku minta maaf, tapi aku benar-venar tak bisa membantumu."
Javier tetap menatap lurus kearah mata hitam kakaknya, seolah berusaha mengorek lebih dalam lagi perasaan Jeremiah, tapi pemuda itu hanya menghembuskan nafas berat lalu melihat kearah sepatunya.
Jeda beberapa menit lalu Javier mendecakkan bibirnya, "Sudahlah. Tak usah dipikirkan lagi, aku tahu kau selalu ada dipihak kakek.."
Setelah mengatakan itu, Javier membuka pintu dikirinya lalu keluar tanpa mengatakan apa-apa, meninggalkan Jeremiah yang terpaku.
A/n:
Udah berapa bulan ya sejak saya ngepost cerita lagi? Udah lama banget sampai terasa kaku saat menyusun kata-katanya. Sekitar 3 chapter lagi kayaknya The Game tamat.Terima kasih atas dukungannya selama ini...
![](https://img.wattpad.com/cover/104503449-288-k30623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME ✔
RomanceTiara Winn mencoba untuk membuat seorang Javier Noarch bertekuk lutut demi perusahaannya. Tapi dia tak tahu jika Javier bukan hanya pebisnis sukses tapi sebuah dewa feromon berjalan. Seorang Noarch bertekuk lutut? Yang benar saja! Mereka berdua mamp...