Sejak kedatangan Javier yang tiba-tiba sejak dua bulan lalu, hubungan mereka berdua yang sempat terputus jadi semakin erat dari sebelumnya. Sudah dua bulan Javier tinggal diapartemen Tiara. Tadinya Javier ingin membeli sebuah kamar baru yang berdekatan dengan kamar Tiara, tetapi secara tak disangka, Tiara menawarkan diri agar Javier tinggal bersamanya, yang pastinya langsung diterima tanpa pemikiran apapun.
Membuka mata pelan, Javier mengerang dan melihat Tiara yang sedang mengelus kepalanya. Wajah mereka sangat dekat, Tiara yang tersenyum tipis disertai pantulan sinar bulan yang masuk dari sela-sela jendela mereka tampak sangat cantik. Javier hampir-hampir merasa dia memandang malaikat.
"Hei, seksi." Sapa Tiara lembut, tangan berkuku merah perempuan itu tetap menyapu lembut rambut Javier.
Javier meregangkan badannya dan beranjak duduk. Dengan sigap, Tiara langsung menekan dadanya, menahan selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya.
"Hai.." Suara serak dan dalam Javier terdengar menggema, tangan pemuda itu mengelus pipi Tiara halus, "Ada apa? Kenapa bangun?"
"Aku khawatir..." Tiara menurunkan bahunya lalu bersandar di kepala kasur. Bibirnya yang merah alami menekuk kebawah, "Bagaimana jika kakekmu membuat ulah?"
Javier mengigit pipi dalamnya sekilas lalu tersenyum paksa. Besok pagi, kesepakatan Tiara dan Dimitri berakhir, dan gadis itu diwajibkan untuk menemui Dimitri saat itu juga. Tiket sudah dipesan. Javier akan ikut dengan Tiara, membantunya melawan kakeknya, kalau perlu.
"Tenang saja. Aku akan menemanimu" Javier menampilkan senyuman penenang yang dibalas anggukan pelan Tiara.
"Aku tahu. Aku hanya.. maksudku, aku hanya sedikit takut."
"Tak ada yang perlu ditakutkan," Sahut Javier sambil memperbaiki posisi duduknya. Pemuda itu menatap Tiara lama lalu tersikap, "Ah! Aku lupa ingin mengatakan sesuatu."
Kening Tiara mengerut, "Apa?"
Javier tak langsung menjawab, pemuda itu sebaliknya tersenyum jahil kearah Tiara, "Tutup matamu."
Terkekeh kecil, Tiara menurutinya. "Kau kekanakan."
"Biar saja."
Ada jeda sunyi diantara mereka sebelum suara Javier menggema lagi, "Oke. Aku siap."
Tiara langsung membuka matanya, dan satu-satunya yang langsung menyita perhatiannya adalah cincin berlian cantik yang berdiri pas didalam kotak berwarna merah mahal. Peristiwa itu terjadi tiba-tiba, dengan Javier yang tersenyum kecil.
Sangkin terkejutnya, Tiara merasa seluruh badannya bergetar haru. Bahkan gadis ini menatap Javier, seolah mencari dalam mata hitamnya setitik keraguan, tetapi Javier hanya balas menatap lembut Tiara.
Apa ini... apa ini seperti yang aku pikirkan? Tiara menyahut dalam hati. Tapi mulutnya tak berkata apapun.
"Aku tahu ini bukan saat yang paling romantis, dengan kita berdua yang telanjang dan sangat amat kelelahan sekarang..." Javier berhenti untuk menjilat bibirnya, "...Maafkan aku yang mencumbumu habis-habisan saat kita ingin berkencan. Tadinya aku sudah merencanakan akan melamarmu di restoran yang akan kita tuju, ini bukan salahku, salahkan gaunmu yang terbuka itu..."
Javier menggantungkan kalimatnya lagi, kali ini pemuda itu terkekeh geli mendengar kalimat mesumnya sendiri lalu menghirup nafas dalam-dalam, "Tiara... Menikahlah denganku."
Tiara mengeluarkan suara aneh, seperti tersedak ludah sendiri lalu tangan gadis itu mengusap matanya yang berair, "Maafkan aku juga yang tersedak. Ini sangat tak elit..." Balasnya jenaka, lalu Tiara menatap Javier lagi. Wajah Kekasihnya itu tampak sangat tak beraturan, antara cemas menunggu jawaban Tiara atau khawatir akan insiden tersedak tak elitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAME ✔
RomantizmTiara Winn mencoba untuk membuat seorang Javier Noarch bertekuk lutut demi perusahaannya. Tapi dia tak tahu jika Javier bukan hanya pebisnis sukses tapi sebuah dewa feromon berjalan. Seorang Noarch bertekuk lutut? Yang benar saja! Mereka berdua mamp...