SA(Part 2)

77 22 18
                                    


Han TaeJun kembali ke S.E setelah 2 minggu pertemuannya dengan gadis bernama Park SaeHan. Tugas kuliah begitu banyak dan ia izin untuk libur. Karena posisinya hanya karyawan magang, manager memperbolehkannya. Lagipula ia sudah menggantikan siaran beberapa senior sebelum ini.

Lagi-lagi gadis itu berada disana. Taejun tidak ingin makan dan tidak juga lapar jadi ia memutuskan untuk membeli segelas mocachino. Taejun d uduk di dekat gadis itu. Sepertinya SaeHan tidak menyadari kehadirannya.

"Aku muak kau tau tidak!?" Park SaeHan memandang tugasnya dengan gemas. Ia benar-benar ingin menjatuhkan diri kedalam Sungai Han sekarang juga. Tiba-tiba seseorang merebut soalnya lalu menaruhnya diatas meja.

"Nomor 3 kau harus mengalikan X dengan angka yang berada di..."

SaeHan terus memperhatikan TaeJun yang menjelaskan dengan mudah. Tidak perlu banyak rumus yang dipakai. Bahkan TaeJun memberikan beberapa rumus yang lebih mudah dan cepat. Waktu 30 menit berlalu dan semua pekerjaaan SaeHan selesai.

"WOE DAEBAK!!" SaeHan bertepuk tangan ringan. "Kau sekolah dimana?" tanyanya. "Aku tidak pernah mengerjakan tugas matematika secepat ini," lanjutnya. "Aku mahasiswa Seoul Nations University semester 5 jurusan matematika. "Mendengar itu, SaeHan membulatkan matanya. "DAEBAK! Berarti anda lulusan tahun depan?" tanyanya. TaeJun menggeleng. "Aku ikut program axelirisasi. Tahun ini aku bisa lulus." Lagi-lagi SaeHan mengatakan 'Daebak'

"Han TaeJun-ssi. Aku harus memanngil anda Han TaeJun-ssi," katanya. TaeJun mengibaskan tangannya. "Kau tidak perlu seformal itu padaku." SaeHan tampak berpikir. "Oppa! Aku harus memanggil anda oppa. TaeJun oppa," katanya lagi. TaeJun tersenyum menyetujui panggilan tersebut. "Lalu, kenapa oppa berada disini? Rumah oppa disekitar sini?"

TaeJun menggeleng. "Rumahku di Sinsa-dong tapi aku DJ radio di KBS setiap hari Sabtu dan Rabu tapi hari ini aku menggantikan seorang DJ yang absen," kata TaeJun. "Jadi acara setiap Sabtu Dan Rabu itu siaran oppa? "TaeJun mengangguk entah mengapa ia merasa bangga. "Kau kelas berapa?"tanya TaeJun sembari meyeruput mochacinonya yang sudah dingin. "Kelas 11," jawab SaeHan singkat. "Aku punya adik namanya Han RaIn dia satu tingkat di atasmu. Melihat kau sibuk mengerjakan tugas, aku heran dengannya aku bahkan jarang melihatnya belajar padahal ia sudah kelas 12." SaeHan menjawab. "Mungkin karena dia tidak akan ikut seuneung, atau dia memang cerdas atau mungkin oppa selalu pulang malam jadi tidak melihatnya belajar " TaeJun bergumam."Ya, mungkin saja."

SaeHan menatap jam tanganya. "Sepertinya aku harus pulang." Gadis itu bangkit dari kursinya. "Kamsahamnida oppa." SaeHan membungkuk hormat kepada TaeJun begitu juga sebaliknya. Ketika hendak keluar dari toko tersebut SaeHan berseru. "Oppa, kalau tidak keberatan mungkin lain kali oppa bisa mengajariku lagi?" TaeJun tersenyum. "Tentu saja."




RaIn merutuki ponselnya yang sudah berlayar hitam. "Tidak berguna!" desisnya. Ini Malam. Kelewat malam baginya. Ia tidak yakin bus masih beroperasi. Ia juga takut pergi ke stasiun apalagi naik taxi. Lagipula ia tidak menemukan taxi yang lewat disekitar sini. Andai saja ia membawa power bank, ia pasti sudah menelpon Kim Ahjussi dan memintanya untuk menjemput RaIn. Dan RaIn yakin, MiRan pasti mengkhawatirkannya.

RaIn terus melangkah. Jalan ini benar-benar sepi. Jarang sekali orang berlalu lalang di tempat ini. Tiba-tiba saja pikiran RaIn melayang kepada kejadian beberapa menit lalu. JaeHan. Bagaimana keadaanya sekarang? Mengingat kejadian tadi memang membuat RaIn menangis. Ingin rasanya ia mengulurkan tangannya untuk JaeHan. Namun itu tidak mungkin. Kali ini, RaIn bukan hanya menyesal karena tidak membawa power bank. Namun, ia lebih menyesal meninggalkan JaeHan sendiri.

"Teman macam apa aku ini!?"

Langkah RaIn terhenti karena tiba-tiba dua orang lelaki jangkung menghalangi jalannya.

Forthcoming Season 1[COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang