Ship (Part 2)

28 10 3
                                    



"Jadi kau akan ikut bersamaku kan?" tanya JaeMin pada DongHoon. DongHoon tersenyum kecil. "Tidak bisa." katanya.

 "DongHoon akan bertanding di awal musim gugur. Jadi ia harus banyak mempersiapkan diri bukan begitu, DongHoon?"kata Rao. Lagi-lagi DongHoon tersenyum.

 "Kau benar." JaeMin menghela napas. "Baiklah, semoga dilain waktu kita punya kesempatan untuk makan bersama." DongHoon mengangguk. 

"Sunbae, Rao-ya aku pulang dulu. Bersenang senanglah." DongHoon melajukan motornya meninggalkan Rao dan orang yang selalu membuatnya kesal dari dulu. Dan selamanya, DongHoon tidak akan pernah mau makan bersama dengan Ji JaeMin.

"Menurutmu, DongHoon akan ikut mereka makan bersama?" tanya JaeHan sesampainya mereka di halte bus. 

"Tentu saja tidak, selama hidupnya ia tidak akan makan bersama Ji JaeMin. Kalau perlu sampai ia matipun itu tidak akan pernah terjadi." JaeHan mendengus. 

"Bagaimana kau begitu yakin seperti itu?" RaIn memutar tubuhnya menghadap JaeHan sembari bersedekap.

"Kau tidak percaya padaku? Lihat kesana!" JaeHan membalikkan tubuhnya. Benar saja, motor DongHoon melaju dengan cepat melewati mereka. 

 "Sudah kubilang kan?" JaeHan menghela napas. "Mampirlah kerumahku, akan kuceritakan kepadamu."

JaeHan kembali menjejaki kakinya ke rumah vintage modern ini lagi. Kali ini, JaeHan tidak berada di kamar RaIn. Namun berada di sofa bernuansa sama. RaIn kembali dengan membawa nampan berisi 2 minuman dan sudah berganti pakaian. Kaos pendek dengan celana tiga perempat. Pandangan JaeHan tertuju kepada minuman yang RaIn bawa. Orange Juice. Minuman kesukaannya.

"Sudah dua kali kau menyediakan Orange Juice untukku. Yang pertama ketika kau memaksaku ke Café Inn dan yang kedua ini." tutur JaeHan.

 "Kenapa? Kau tidak suka ya?" tanya RaIn lalu duduk di sebelah JaeHan. JaeHan menggeleng lalu berkata. 

"Tidak. Aku suka. Sangat suka." RaIn tersenyum. 

"Kalau begitu minumlah." JaeHan mengambil gelasnya lalu meminum Orange Juicenya.

"Jadi aku menagih janjimu."

RaIn mengatur posisi duduknya mengahadap JaeHan lalu menghela napas. 

"Ini hanya sebuah kesalahpahaman. Di sekolahku dulu, masalah JaeMin sunbae dan DongHoon bukan hal yang rahasia. SeungHoo dan SeRa tau masalah mereka. Awalnya aku juga tidak tau. Ketika aku di JungHakyo(SMP) kubu mereka sering sekali bertanding sengit terkadang untuk memperebutkan kubu siapa yang akan masuk turnamen. Sebenarnya, kepala sekolah bisa saja menggabung kubu mereka, namun itu tidak mungkin. Mereka bermusuhan dan jika kubu mereka digabung kekompakan sesama pemain tidak akan terbentuk. JaeMin sunbae berada satu tingkat di atas kami. Mereka berdua sama-sama populer."

"Aku beteman dengan dekat dengan Rao dan DongHoon semenjak MOS di JungHakyo. Berbeda dengan Rao dan DongHoon yang berteman dekat lebih lama daripada aku. Ketika kelas 5 SD, Rao pindah ke Korea dan DongHoon adalah tetangganya dari situ mereka sudah dekat. Rao bilang ketika berada di JodeongHakyo(SD), DongHoon dan JaeMin pernah satu regu dalam sebuah permainan basket. Waktu itu, takdir mengharuskan mereka untuk kalah karena DongHoon dan sebagian teman-temannya adalah hobae(adik kelas). JaeMin yang ketika itu adalah kapten menyalahkan permainan mereka yang katanya-payah-JaeMin terus menurus menyalahkan mereka tanpa mengoreksi kesalahan temannya sendiri padahal DongHoon dan teman-temannya sudah meminta maaf."

RaIn menghela napas dan satu kalimat yang membuat DongHoon membenci JaeMin sunbae adalah

"Jika akhirnya seperti ini, lebih baik kita bertanding sendiri saja. Kalian pemain yang payah dan akan terus menjadi payah."

 "DongHoon yang tidak terima di anggap seperti itu akhirnya membuktikan bahwa dia akan selalu menjadi pemain yang hebat. Maka itu, DongHoon mendaftar di sekolah yang sama dengan JaeMin sunbae agar JaeMin tau bahwa DongHoon tidak seperti yang dikatakan. Mungkin saat itu JaeMin sunbae sedang emosi namun sampai saat ini, JaeMin sunbae juga belum pernah mengklarifikasi kata-katanya dan meminta maaf. Bagi DongHoon, sesorang yang mempunyai kesalahan di masa lalu dan tiba tiba datang dimasa sekarang dengan berpura-pura hubungan mereka baik-baik saja adalah orang yang tidak bertanggung jawab atas kesalahannya. Maaf adalah kamus hidup terpenting bagi DongHoon. Begitulah." RaIn mengakhiri ceritanya

"Namun, mengapa Rao dekat dengan JaeMin?" tanya JaeHan

"Mereka sudah pernah bertemu namun tidak saling menyadari jika mereka satu sekolah apalagi waktu itu Rao anak pindahan dan JaeMin sudah kelas 6. Ketika Junghakyo mereka kembali bertemu dan semakin dekat. Hubungan mereka seperti adik-kakak tapi DongHoon tidak menyukai hal itu."

JaeHan mengangguk paham. "Sebenarnya jika JaeMin ingin meminta maaf dan jika DongHoon tidak mempunyai prinsip seperti itu semua akan cepat selesai."RaIn menyeruput Orange Juicenya. 

"Ya sepertinya begitu. DongHoon sebenarnya bukan tipe pendendam ia hanya memegang prinsip maaf yang kuat." JaeHan menyenderkan punggungnya ke sandaran sofa.

" Lalu apakah menurutmu JaeMin adalah penyebab semua ini terjadi?" RaIn ikut menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa lalu menatap langit-langit ruang tamunya dengan tatapan menerawang.

 "Siapapun penyebab semua ini pada dasarnya kehidupan adalah takdir. Sekera apapun kita menjauhkan diri agar tidak menjadi penyebab kejadian yang tidak diinginkan, jika Tuhan sudah menakdirkan seperti itu, kita mau apa? Lagipula, jika aku menganggap JaeMin sunbae adalah penyebab semua ini, dia sendiri juga tidak pernah menginginkan ia menjadi penyebab, bukankah begitu?"

 JaeHan tersenyum kecil.JaeHan akui bahwa di beberapa keadaan gadis disampingnya ini bisa menjadi orang bijak. "Ya, kau benar"






Hai aku balik...

Entah mengapa ngerasa kalo minggu ini lama banget..

yang belum cek work aku yang baruuu

kuyyy wkwkw..

jangan lupa voment yaaa

Forthcoming Season 1[COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang