CHIL (Part 3)

34 15 15
                                    

DongHoon memeluk RaIn dari belakang secara tiba-tiba membuat RaIn tersentak kaget.

"DongHunnie, ini tempat umum. Kenapa kau melakukan hal ini padaku?" DongHoon berdecak. "Orang-orang sudah terbiasa melihat aku, kau dan Rao berpelukan. Kau ini kenapa sih?"

RaIn menutup lokernya. Lalu membalikkan tubuhnya. Menatap DongHoon yang sedang merengut. "Mianhae." DongHoon tersenyum. Senyum yang mempesona. Apalagi untuk kaum hawa. "Jangan tersenyum seperti itu, kalau aku aku jatuh cinta kepadamu, kau akan tanggung jawab?" kata RaIn

"Tentu saja." jawab DongHoon. RaIn tertawa ringan sembari memukul ringan bahu DongHooN. Begitu juga DongHoon. Ia sama sekali tidak menghentikan perlakuan RaIn terhadap dirinya.

"Kau tau tidak?"

"Tidak."

"Ayolah RaIn, aku serius."

"Aku juga."

DongHoon menghela napas. RaIn hanya tersenyum lebar. "Ketenaran JaeHan berkembang pesat setelah seseantero sekolah tau jika dia mengikuti olimpiade." RaIn memiringkan kepalanya. "Lalu apa hubungannya denganku?" DongHoon bersedekap. Menatap RaIn prihatin. "Aku hanya memberitahu. Kau kan sibuk melakukan masa percobaan dengan Kim DaNi." RaIn memicingkan matanya. "Oh... Kau menyindirku rupanya?"

DongHoon berjalan menuju loker JaeHan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. RaIn yang cukup penasaran mengikuti langkah DongHoon. Lelaki blasteran kanada itu membuka loker JaeHan. "Lihat ini." Diloker JaeHan penuh dengan hadiah, post it, coklat dan surat-surat berwarna merah muda. "JaeHan sudah mengalahkanku." Bisik DongHoon. RaIn tidak menggubris perkataan DongHoon. Pandangannya focus ke loker JaeHan yang dulunya hanya berisi barang-barang pribadi saja.

"Kalian sedang apa?"

RaIn kenal suara itu. Dengan kikuk, RaIn dan DongHoon membalikkan tubuh mereka. "Annyeong, JaeHan-ah!" RaIn dan DongHoon melambaikan tangan kearah JaeHan.

"Aku tanya kalian sedang apa?"

"Aku lapar.Ayo kita pergi kekantin. Aku yang teraktir." kata RaIn sembari melangkahkan kakinya meninggalkan DongHoon dan JaeHan. Dalam hati, RaIn merutuki DongHoon. Namun, gadis itu lebih merutuki dirinya sendiri yang mengikuti DongHoon.

"Kau ingin mentraktir kami, mengapa kau berjalan duluan?" RaIn menoleh kesamping kanan dan kesamping kirinya. DongHoon dan JaeHan sudah berjalan sejajar dengannya. RaIn memandang DongHoon yang tampak tidak berdosa karena telah membawanya kedalam kesialan ini. "Tidak ada aturan terkait bahwa si pentraktir harus berjalan bersama orang-orang yang ditraktir."

"Hooo... Kenapa kau jadi ketus seperti ini?" tanya DongHoon. Namun, pertanyaan itu tersengar seperti ejekan ditelinga RaIn. Sial!! "RaoLin eodiga?" tanya JaeHan. "Ia sedang mengurus evaluasi akhirnya dengan Bang seongsaenim."

"JaeHan oppa."

Seorang gadis kelas 10 menghampiri mereka bertiga. RaIn menatap gadis dihadapan JaeHan. "Cih! Oppa? Kau memanggilnya oppa?" gumamnya. "Naega?" tanya JaeHan ragu. "Tentu aja kau." Lagi lagi RaIn bergumam. Gadis itu mengangguk semangat. "Waeyo?" JaeHan menatap gadis dihadapannya dengan tatapan penuh tanya. Gadis itu menyodorkan sebatang coklat berukuran sedang dengan pita yang mengelilingi coklat tersebut.

"Semoga berhasil Hwaiting!"

JaeHan menerima coklat tersebut. "Kamsahamnida." Gadis itu tersenyum senang. "Cheonmaneyo, oppa." Gadis itu berlari meninggalkan mereka bertiga. RaIn berharap gadis itu terpleset jatuh. Namun, sayangnya RaIn tau. Tuhan tidak kan mengabulkan permohonannya tersebut.

RaIn melirik kearah JaeHan lalu dengan cepat gadis itu melangkahkan kakinya lebar lebar. Sepertinya udara sudah mulai panas di penghujung bulan April ini. Secepat itukah?

Forthcoming Season 1[COMPLETED]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang